Sosialisasi ‘Deteksi dan Intervensi Dini Gangguan Dengar Bayi -Anak’ Secara Terus Menerus.

Surabaya-Menaramadinah.com Pengalaman ‘unik dan mengesankan’ para pelaku sosialisasi Gangguan Dengar Bayi – Anak, dalam rangka ‘WORLD HEARING DAY 2023_)’ Inilah penuturan Laksamana Pertama TNI Purn dr. Sulantari, Sp. T.H.T.B.K.L. Tim TOA Jala Puspa RSPAL dr Ramelan di Surabaya, diarena CFD Taman Bungkul Surabaya.

“Pengunjung nya beragam ada orang tua senior, orang tua muda, remaja, anak-anak, sampai bayi-bayi yang masih digendong” ungkapnya mengawali cerita pengalaman nya dengan senyum dan tawanya yang khas dan mengesankan.

Lebih lanjut dr. Sulantari menjelaskan bahwa para pengunjung itu ada yang dengan senyum menerima penjelasan dari pelaku sosialisasi, tetapi ada juga beberapa orang, justru yang menggendong bayi atau anak, seperti takut atau ’emoh’ alias tidak mau mendengarkan. Padahal ini penting sekali untuk bayi -anak yang digendong tersebut.
“Melihat hal itu saya jadi sedih dan prihatin” jelasnya dengan nada suara yang rendah dan halus.
“Mungkin inilah uniknya” cetusnya.

Dari berbagai tanggapan pengunjung itu menjadi pertanyaan bagi nya apakah segelintir orang tersebut memang tidak mau belajar lagi atau takut kalau ketahuan anak nya tidak bisa mendengar, atau mungkin sebab lain, misalnya ‘terganggu’ waktu nya untuk menikmati suasana indah nya keramaian di taman itu, dan masih banyak kemungkinan lainnya.
Hal tersebut juga menjadi keprihatinan nya.

 

Berbagai tanggapan baik yang mengesan ataupun yang memprihatinkan dari kegiatan sosialisasi ‘Deteksi dan Intervensi Dini Gangguan Dengar Bayi – Anak’, masyarakat harus terus diberikan informasi, edukasi, motivasi agar apabila mempunyai bayi mempunyai kesadaran dan kepedulian yang cukup memadai untuk melakukan deteksi sejak dini, setidaknya proses melahirkan di rumah sakit atau bidan, dan juga apabila ternyata bayi nya mengalami gangguan dengar, sudah tahu harus menuju ke tempat pelayanan yang sudah representatif, nah disinilah TOA Jala Puspa RSPAL dr Ramelan di Surabaya, khususnya dan rumah sakit lainnya yang sudah memiliki klinik gangguan dengar bayi -anak dengan peralatan yang komplit mempunyai peranan penting.
Selain hal tersebut di atas, dalam ‘melaksanakan sosialisasi’ untuk bisa memperluas jangkauan nya sangat dibutuhkan kerjasama sama dengan berbagai fihak secara luas, misalnya organisasi keagamaan dan ke- masyarakat-an, terutama yang berbasis pembinaan keluarga, seperti; Dharma Wanita( Istri PNS), Bhayangkari (Istri Polri), Dharma Pertiwi (Induk semua organisasi istri tentara, yaitu Persit Kartika Chandra Kirana:Istri TNI AD, Jalasenastri:Istri TNI AL, PIA Ardhya Garini: Istri TNI AU, disingkat PITA. NU, mempunyai:: Muslimat NU (para ibu), Fatayat NU (para pemudi), dan Muhammadiyah, memiliki: Aisyiyah(para ibu), Nasyiatul Aisyiyah(para pemudi) dan lain-lain, mereka semuanya mempunyai kegiatan yang bisa langsung menyentuh keluarga. Juga sangat penting dukungan dari pemerintah dan masyarakat.

Ada satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah pemanfaatan media sosial seperti Twitter, Facebook, dan lainnya, juga para awak media, baik cetak maupun elektronik.

Pada akhirnya ‘sosialisasi’ sebaiknya dilakukan secara rutin, terus menerus, melibat berbagi fihak dan menggunakan bahan informasi yang menarik beraga dan melalui berbagai media massa dan sosial.

Dari evaluasi kecil kegiatan yang cukup menarik di Taman Bungkul itu adalah; cara mendeteksi gangguan dengar bayi -anak yang lebih akurat, dan tempat klinik Gangguan Dengar Bayi -Anak, yang representatif. Sambil tersenyum manis namun tetap serius, dr. Sulantari berkata; “TOA Jala Puspa RSPAL dr Ramelan di Surabaya, akan terus menerus melakukan sosialisasi”.
Nur Habib, mengabarkan.