Makna Hadits Qudsi & Hadits Hadits Nabi Tentang Keiklasan

Surabaya Menara Madinah Com.
Beberapa hari yang lalu kami mengikuti perkuliahan Studi Hadits 31 maret 2023 kelas C di ruang E 202 prodi PBA FTK Uinsa.
Pemakalah : M. Fahmi Ardiansyah 088, Indria Putri Wulandari 040 & Amelia Nihayatus Solihah 072 sebagai moderator saudara Karl ina Jumiatin Octavia diskusi berjalan lancar mulai pukul 13.00 – 15.00 menarik walaupun mereka sedang berpuasa.

Secara Etimologi, kata al qudsi adalah nisbah, atau sesuatu yang dihubungkan, kepada alqudsi yang berarti “suci”. Dengan demikian, al-Hadits al-qudsi berarti Hadis yang dihubungkan kepada zat yang quds, yang Maha Suci, Yaitu Allah SWT.
Pengertiannya menurut istilah llmu Hadis adalah:

هُوَمَانَقَلَ إِلَيْنَا عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم مع إِسْناَدِهِ إِيَّاه إلى ربِّه عَزَّ وَجَلَّ
Yaitu Hadis yang di riwayatkan kepada kita dari Nabi SAW. Yang di sandarkan oleh beliau kepada Allah SWT
Atau
كُلُّ حَدِيْثٍ يُضِيْفُ فِيْهِ الرَّسُوْلُ صلى الله عليه وسلم قَوْلاً إلى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
Setiap Hadis yang di sandarkan Rasul SAW perkataannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla
Definisi di atas menjelaskan bahwa Hadis Qudsi itu adalah perkataan yang bersumber dari Rasul SAW, namun di sandarkan kepada beliau kepada Allah SWT. Akan tetapi, meskipun itu adalah perkataan atau firman Allah, Hadis Qudsi bukanlah Al Qur’an dan bahkan keduanya adalah berbeda.

•Makna Hadist Qudsi secara Terminologi
Hadits qudsi adalah salah satu jenis hadits dalam Islam yang berisi firman-firman Allah yang disampaikan melalui Rasulullah SAW, namun tidak termasuk dalam ayat-ayat Al-Quran. Hadits qudsi dianggap memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam karena berisi langsung firman-firman Allah, meskipun bukan bagian dari Al-Quran.

Secara terminologi, “qudsi” berasal dari kata “al-quds” yang berarti “suci” atau “murni”. Oleh karena itu, hadits qudsi merupakan hadits yang dianggap sangat suci dan murni karena isinya adalah firman langsung dari Allah.

Dalam hadits qudsi, Rasulullah SAW menyampaikan firman-firman Allah yang diucapkan dengan kata-kata yang berbeda dari Al-Quran, tetapi tetap memiliki arti yang sama. Isi dari hadits qudsi biasanya berkaitan dengan ajaran-ajaran agama, seperti tata cara beribadah, akhlak, dan lain sebagainya.

Karena keistimewaannya, hadits qudsi harus dipelajari dan dipahami dengan seksama oleh umat Muslim sebagai salah satu sumber hukum Islam. Namun, penting juga untuk selalu meneliti keaslian dan kredibilitas hadits qudsi tersebut agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman dan penafsiran yang salah.

•Persamaan dan Perbedaan Hadist Nabawi dan Hadist Qudsi
Hadis Nabawi adalah riwayat perkataan, perbuatan, atau persetujuan Nabi Muhammad SAW yang dicatat oleh para sahabat dan ditransmisikan secara turun temurun. Hadis Nabawi disusun oleh para ulama hadis dan merupakan salah satu sumber utama dalam agama Islam selain Al-Quran. Hadis Nabawi bersifat wajib dipahami oleh umat Islam dan digunakan sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh hadis Nabawi ialah:
الإيمان بضع وسبعون شعبة، فأفضلها قول لا إله إلا الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق، والحياء شعبة من الإيمان
Artinya: “Iman terdiri dari tujuh puluh lebih cabang, yang paling utama di antaranya adalah ucapan Laa ilaaha illallaah (tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah), dan yang paling rendah di antaranya adalah menghilangkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu (haya) adalah salah satu cabang dari iman.” (HR. Bukhari-Muslim)
Sedangkan hadis Qudsi adalah riwayat perkataan, perbuatan, atau persetujuan Allah SWT yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW, namun tidak termasuk dalam Al-Quran. Oleh karena itu, dihubungkanlah Hadist tersebut dengan al-quds (maka dinamai “Hadis Qudsi”), atau dengan Allah (dan dinamai “Hadis Ilahi”).Hadis Qudsi memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari hadis Nabawi karena berasal dari Allah SWT. Hadis Qudsi juga disusun oleh para ulama hadis dan digunakan sebagai sumber dalam memahami agama Islam.

Perbedaan utama antara hadis Nabawi dan hadis Qudsi adalah sumbernya. Hadis Nabawi berasal dari Nabi Muhammad SAW, sedangkan Hadis Qudsi berasal dari Allah SWT. Meskipun keduanya digunakan sebagai sumber dalam memahami agama Islam, namun Hadis Qudsi memiliki kedudukan yang lebih tinggi karena berasal dari Allah SWT.

•Persamaan dan Perbedaan Hadist Qudsi dengan Al Qur’an
Ada beberapa persamaan maupun perbedaan antara hadist Qudsi dan Al Qur’an, antara lain:
#Persamaan:
1. Kedua-duanya merupakan wahyu Allah SWT.
2. Kedua-duanya menjadi sumber ajaran agama Islam.
3. Kedua-duanya mengandung nilai-nilai moral dan etika yang menjadi pedoman hidup umat Muslim.
#Perbedaan:
1. Al-Quran adalah wahyu Allah SWT yang disampaikan secara langsung melalui Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, sementara Hadits Qudsi adalah wahyu Allah SWT yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW, namun tidak termasuk dalam Al-Quran.
2. Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab, sementara Hadits Qudsi menggunakan bahasa Arab akan tetapi bukan bahasa Al Qur’an .
3. Al-Quran memiliki susunan ayat dan surat yang tertata dengan sistematis, sedangkan Hadits Qudsi tidak memiliki susunan ayat dan surat yang teratur.
4. Al-Quran menjadi sumber utama dalam Islam dan merupakan kitab suci umat Islam, sementara Hadits Qudsi memiliki kedudukan yang lebih rendah dari Al-Quran.
5. Al-Qur’an lafadz dan maknanya berasal dari Allah SWT. Sedangkan Hadis Qudsi maknanya berasal dari Allah SWT, sementara lafadznya berasal dari Rasulullah SAW.
6. Al-Qur’an dapat dibaca di dalam shalat, sementara Hadis Qudsi tidak dapat dibaca ketika sedang melaksanakan shalat

Contoh Hadist Qudsi.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ عن النّبيّ صلّى اللّه عليه و سلّم فِيمَا رَوَى عن اللّه تَبَارَكَ و تعالى أَنَّهُ قال: يا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُلْمَ على نَفْسِي و جَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوْا {رواه مسلم}
Dari Abu Dzar dari Nabi SAW, seperti yang beliau riwayatkan dari Allah Azza Wa Jalla berfirman, “wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya aku mengharamkan perbuatan aniaya pada diri-Ku sendiri, dan Aku jadikan ia diharamkan diantara kalian. Karena itu, janganlah kalian saling berbuat aniaya.” {H.R Muslim}
Hadits Hadits Nabi Tentang Keikhlasan

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى عليه وسلّم: انّ اللّه لا يَنْظُرُ إلي صوركم و لا أموالكم و لكن ينظر إلي أعمالكم و قلوبكم {رواه ابن ماجه}
Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasullullah Saw bersabda: sesungguhnya Allah tidak melihat keadaan tubuhmu (keindahan bentuk) dan juga tidak melihat harta kekayaanmu, akan tetapi Allah melihat amal perbuatanmu dan hatimu. {Hadist riwayat Ibnu Majah}
عن ابن عمر بن الخطّاب رضى الله عنه قال: سَمِعْتُ النبي صلى الله عليه وسلم يقول: انّما الاعمال بالنّية وانما لكل امرئٍ مانٰوى فمن كانت هجرته الى الله ورسوله فهجرته الى الله ورسوله. ومَن كانت هجرته لدنيا يصيبها اوِ امْرَأَةٍ يَنْكحها فهجرته الى ما هاجر اليه (رواه البخاري)
Dari Umar bin Khattab r.a berkata saya mendengar Nabi SAW berkata: segala perbuatan itu hanyalah tergantung niatnya dan bagi setiap orang hanyalah memperoleh atau sesuai dengan niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya karena mencari keridhaan Allah dan rasulnya, maka hijrahnya itu akan mendapat ridho atau diterima Allah dan rasulnya dan barang siapa yang hijrahnya karena mencari keduniaan atau karena wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya itu hanyalah akan mendapat atau terhenti pada niat hijrahnya itu. (Riwayat Bukhari)

عن جابر قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يُحْشَرُ الناس على نياتهم (رواه ابن ماجه
Dari Jabir ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: manusia akan digiring sesuai dengan niat mereka. (hadits riwayat Ibnu Majah)

عن ابي موسى الاشعري رضي الله عنه قال: سُئِلَ رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الرَّجُلِ يقاتل شجاعةً ويقاتل حميَّةً ويقاتل رِيَاءً اَيٌّ ذلك في سبيل الله فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ قاتل لِتَكُونَ كلمة الله هي العُلْيَا فهو في سبيل الله (رواه مسلم)
Dari Abu Musa Al Asy’ari r.a berkata: Rasulullah SAW ditanya tentang seseorang yang berperang karena keberaniannya, seseorang yang berperang karena mempertahankan keluarganya dan seseorang yang berperang karena riya’, siapakah diantara mereka yang termasuk dalam berjuang di jalan Allah? maka Rasulullah SAW menjawab: barang siapa yang berperang dengan niat agar kalimat Allah itu luhur maka itulah yang disebut jihad atau berjuang di jalan Allah (Hadist riwayat Muslim)

عن ابن عباس رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ ، قَالَ النَّبي صلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فَتح مَكْمْ لَا هِجَرَة وَلَكِن جِهَادٌ وَنِيَّة (رواه البخاري)
Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW bersabda pada hari fath (kemenangan) kota Makkah: Tidak sah (sempurna) hijrah sesudah Fathu Makkah akan tetapi yang ada adalah jihad (membela agama Allah) disertai niat yang ikhlash. (Hadits riwayat Bukhari)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ؛ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي ، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ”. (رواه مسلم (وكذلك ابن ماجه)
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Telah bersabda Rasulullah ﷺ, “Telah berfirman Allah tabaraka wa ta’ala (Yang Maha Suci dan Maha Luhur), Aku adalah Dzat Yang Maha Mandiri, Yang Paling tidak membutuhkan sekutu; Barang siapa beramal sebuah amal menyekutukan Aku dalam amalan itu, maka Aku meninggalkannya dan sekutunya” (Hadis Riwayat Muslim)

عن ابي سعيد الخدري عن النبي صلي الله عليه وسلم قا ل: من يسمع يسمع الله به و من يراء يراء الله به (رواه مسلم)
Dari Abu sa’id Al-Hudry dari nabi SAW beliau bersabda: Barang siapa yang memperdengarkan (amalnya) maka Allah akan mendengarkannya , dan barang siapa yang memperlihatkan (amalnya) maka Allah akan memperlihatkannya. (Hadist riwayat muslim).

عن ابي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ان الله ينظر الي سواركم ولااموالكم ولاكن ينظر الى اعمالكم وكلوبكم.(رواه ابن مجه)
Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah tidak melihat keadaan tubuhmu (keindahan bentuk) dan juga tidak melihat harta kekayaanmu, akan tetapi Allah melihat amal perbuatanmu dan hatimu. (Hadist riwayat ibnu majah)

#Nilai-nilai pendidikan dari hadist-hadist diatas tentang Keikhlasan, antara lain:
1. Bahwasanya hadist tentang niat sangat berkaitan dengan keikhlasan, sebagaimana dikutip dari para ‘arifin diantaranya ialah perkataan Abdul Karim bin Hawazin al- Qusyairi bahwa “Keikhlasan adalah satu – satunya kebenaran dalam ketaatan” oleh sebab itu Imam Al- Nawawi menempatkan hadist ini sebagai pembuka pada setiap kitabnya.
2. Keikhlasan menentukan nilai amal kita, seperti dalam melaksanakan ibadah sebab tanpa rasa ikhlas ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah.
3. Ikhlas juga merupakan sikap untuk merelakan sesuatu yang kita anggap paling baik dengan harapan mendapatkan ridha dari Allah SWT.
4. Al-Harawi berkata: “Ikhlas adalah menghilangkan setiap noda amalan”.
5. Ada pula yang mengatakan: “Orang yang ikhlas ialah orang yang tidak peduli jika dia kehilangan semua kehormatannya di dalam hati manusia kerana kebaikannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan dia tidak suka orang mengetahui apa yang dia ada. selesai, walaupun seberat debu Tuhan.

Selain dalam Al-Quran, ikhlas juga banyak dijelaskan dalam hadist. Rasulullah SAW adalah sumber inspirasi manusia yang pernah hidup di bumi ini. Risalah Beliau dalam menyebarkan Islam, mengerucut pada satu titik penghambaan yang utuh pada keesaan Allah. Substansi keikhlasan seorang hamba ialah proses penyerahan diri secara tulus, dalam balutan rasa syukur dan sabar. Keikhlasan akan berbuah ketentraman, dan kebahagiaan di dalam hati hamba-hamba Allah yang beriman.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “ Ikhlaslah dalam beragama, cukup bagimu amal yang sedikit.” Dalam hadist lain Rasulullah SAW. bersabda,“ Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.
Barakallah….

Semoga bermanfaat !
Penulis: M. Fahmi Ardiansyah, Indria Putri Wulandari, Amelia Nihayatus Solihah : Mahasiswa PBA FTK UINSA.