Geolog University of Tasmania Australia Belajar Budaya Osing

 

Banyuwangi-menaramadinah.com-Para Geolog ini tidak hanya terkagum dengan alam yang dilihatnya selama di Banyuwangi tetapi juga ingin belajar dan mengenal ragam tradisi seni budaya, mitos cerita rakyat yang ada pada masyarakat Osing saat berkunjung di Sanggar Genjah Arum desa Kemaren Gagah Banyuwangi, Kamis 16/3/2023.

Mereka begitu menikmati sekaligus mengapresiasi mulai dari kuliner, kopi, arsitektur rumah, musik tradisi dan gending2 pengiring serta gerak gemulai para penari.

“Welcome to Kemiren, the land of Osingese as a sub ethnic group of the Javanese who believe that they live on a land owned by their ancestors”, ini penjelasan singkat saya kepada Prof David dan rombongannya.

Suatu siang yang cerah usai dari Kawah Wurung rombongan Geolog dari UNIVERSITY of Tasmania – Australia mengunjungi sanggar Genjah Arum di desa Kemiren.
Begitu tiba, rombongan disambut Barong Osing kemudian disusul alunan musik ritmik gedhogan lesung yang dimainkan oleh nenek-nenek tua tapi masih enerjik. Keunikan ini membuat para tamu dari berbagai negara ini terperangah dan langsung terlibat untuk memukulkan antan ke lesung dengan ritme dan melodi mengikuti angklung paglak.

Mata para expert ini jelalatan tertarik dengan tatanan arsetektur rumah Osing dengan aura dan atmosphere gaya petani desa ini. Mata mereka langsung melihat sekeliling, ada kiling, ada paglak, ada gubuk gaya warung pedesaan tempat untuk menikmati kopi dan kue khas Osing (kucur gula aren, ketela dan pisang goreng) sambil mendengar alunan musik tradisional.
“Gandrung is one of the traditional dance used to be created by the farmer presented to Dewi Sri, the goddess of rice. But at the present this dance is performed for welcoming and honour the guests”, penjelasan singkat saya kepada mereka dan didengarkan dengan serius sambil menikmati kudapan menu khas Osing.
Rasa lelah mereka pulih karena efek minum 2 sampai 4 cangkir Kopai Osing hasil roasting dari racikan tangan the best coffee taster dunia yang menghasilkan komposisi aroma dan cita rasa yang mantap luar biasa.
Letihpun terobati saat mereka menyaksikan gemulainya para penari gandrung disusul tari Jaran Goyang diiringi suara melankolis gandrung Temu dengan syair yang terkenal bernuansa magis itu.
Para geologpun tak kuasa menolak ajakan para penari untuk menari bersama.Dari ekspresinya, mereka terhanyut dan angan-angan mereka melambung sesuai dengan pesan moral GANDRUNG dan tari JARAN GOYANG adalah RASA SALINGJATUH CINTA dan rasa saling menghormati antar sesama tanpa memandang perbedaan bangsa.

Aku jadi ingat kata2 seorang Geolog sekaligus Anthropolog Mr.Guy Martini (sekjen Unesco Global Geopark) saat kupandu explore Banyuwangi berkata dalan bahasa Inggris yang artiya ; “Para Geolog ketika fokus pada Geopark sebenarnya tidak hanya bicara tentang bumi tapi seluruh aspek yang ada di dalamnya seperti kehidupan masyarakat dan budayanya. Banyuwangi punya elemen yang sangat potensial untuk menjadi bagian dari Global Geopark Network karena lengkap keragaman geologicalnya, keragaman alam hayati dan keragaman warisan budayanya”.

Nah inilah yang membuat Banyuwangi dikenal sebagai destinasi pariwisata kelas dunia karena memiliki atraction, access, dan tourism resource yang berbeda dengan tempat2 lainnya.

(By Aekanu – Kiling Osing Banyuwangi)