Diriwayatkan dari Imam Ja’far ash Shadiq bahwa jika mulai terlihat hilal bulan Syaban, maka Rasulullah SAW menyuruh seseorang untuk menyerukan di Madinah, “Wahai orang Madinah, Sya’ban adalah bulanku. Allah merahmati orang yang membantuku dalam bulanku.”
Peristiwa ini adalah hal yang sangat ditunggu oleh Nabi Muhammad SAW karena pada masa itu, umat Yahudi mengolok-olok kaum muslimin karena beribadah menghadap ke arah yang sama dengan mereka.
Oleh karenanya, untuk menghindari perselisihan Nabi Muhammad SAW menantikan perintah dari Allah SWT untuk memindah kiblat umat muslim.
Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 144:
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى ٱلسَّمَآءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَىٰهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُۥ ۗ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Itulah peristiwa di bulan Syaban. Semoga di bulan ini kita mendapatkan syafaat dari setiap amalan yang dikerjakan.