GENERASI MUDA PERLU MEMANTABKAN 4 PILAR KEBANGSAAN YAKNI PANCASILA, UUD 1945, NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI), DAN BHINNEKA TUNGGAL IKA DALAM MENGHADAPI TANTANGAN JAMAN

Bali-menaramadinah.com-Empat Pilar Kebangsaan merupakan suatu sistem yang tidak boleh ditinggalkan dan dilupakan satupun, karena jika salah satu pilar tidak berfungsi maka bagian yang lain juga tidak akan bisa berfungsi normal.

Demikian dikatakan oleh Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MahendradattaWedasteraputra Suyasa III, SE, M(Tru), M.Si selaku Anggota DPD / MPR RI B.65 Provinsi Bali saat membuka acara sosialisasi wawasan kebangsaan bagi pelajar SMK N 2 Tabanan di Aula kebangsaan, Selasa (21/02/2023).

Saat ini ada pandangan dan tindakan yang mengecam kebhinnekaan serta ada sikap yang tidak toleran yang mengusung indiologi selain pancasila hal ini diperparah oleh penyalah gunaan media sosial yang banyak menggaungkan hoax atau kabar bohong.

Bangsa ini patut belajar dari pengalaman buruk Negara lain yang dianut oleh radikalisme, konflik sosial, terorisme dan perang saudara. Dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika kita bias terhindar dari masalah tersebut, kita bisa hidup rukun dan bergotong – royong untuk memajukan negeri, dengan Pancasila Indonesia adalah harapan dan rujukan masyarakat internasional untuk membangun dunia yang damai makmur ditengah kemajemukan
Empat  Pilar tersebut adalah Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Bhenika Tunggal Ika Dan NKRI.

Dalam Penyelenggaraan Pemerintahanpun jika satu kesatuan fungsi ini ada yang pincang maka roda pemerintaha tidak akan berjalan sempurna, tegas Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III, SE, M(Tru), M.Si kepala peserta Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang dihadiri oleh siswa SMK N 2 Tabanan
Empat Pilar Kebangsaan ini harus ditumbuh suburkan kepada generasi muda saat ini, melalui sosialisasi dan kegiatan serupa, karena dalam dunia pendidikan, materi ini sudah banyak dikurangi.

Pemantaban Pilar Kebangsaan merupakan tanggung jawab bersama untuk tetap memupuk suburkan jiwa nasionalis kepada generasi penerus bangsa.

Dalam pendidikan formal, wawasan kebangsaan tersebut sangat penting untuk membekali generasi muda agar mencintai tanah air dan bangsa.

Kalau pemantaban kebangsaan ini tidak segera digalakkan kembali, maka negeri ini akan menjadi rapuh dan bisa muncul tindakan terorisme karena kurangnya jiwa nasionalis. Tegas Putu Agung Mahardika,S.T,M.Pd selaku Kepala Sekolah SMK N 2 Tabanan
Cindy Ayu Mustika, SE selaku pembicara dan selaku Panitia Penyelenggara, menyampaikan maksud diselenggarakannya kegiatan ini adalah memberikan informasi dan bekal pengetahuan kepada peserta yang berkaitan dengan Wawasan Kebangsaan dan cinta tanah air serta hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan dan hasil Pembangunan pada umumnya serta mengimpun masukan-masukan sebagai kontribusi yang nyata dari para siswa dan dewan guru untuk dijadikan bahan pertimbangan pengambilan keputusan dan kebijakan pemerintah pada program pembangunan daerah Provinsi Bali khusunya Kabupaten Tabanan menjadi lebih maju ke depan.

Kegiatan road show sekolah – sekolah ini telah dilaksanakan dari bulan Pebruari sampai dengan bulan Maret 2023 dengan dilaksanakan di sekolah SMA/SMK di sembikan Kabupaten/Kota di Bali yang terdiri dari peserta dari gabungan kelas VIII dan IX, metode sosialisasi Empat Pilar MPR RI penyampaian materi, tanya jawab atau dialog.

Yang menjadi narasumber adalah kalangan Akdemisi, Praktisi dan Kepala Sekolah
Dengan kegiatan ini kami harapkan dapat mempersiapkan anak-anak generasi muda Bali yang menjadi penerus bangsa dalam membangun kejayaan bangsa memahami betul-betul tentang Empat Pilar Kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI) dan dapat ditanamkan dalam jiwa dan sanubari merka serta dalam diimplementasikan dalam kehudupan
“Bung Karno itu menciptakan Pancasila dengan tetesan darah dan air mata.

Tujuannya supaya anak-anak bangsa rukun. Itu tidak gampang karena menyatukan 14 ribu pulau lebih dan ribuan suku, bahasa. Kita yang tinggal menikmati dan mejalansi masuk tidak bisa, “pungkasnya;

Wayan Supriatna