Kisah Para Kiai NU Mendirikan NU DI Kota Yang Dikuasai Belanda

Catatan Drs. Husnu Mufid, M.PdI Sejarawan Surabaya.

NU berdiri sejak Tahun 1926 di Kota Surabaya. Dimana kota ini merupakan basis penjajah Belanda yang sangat kuat sekali. Namun para kiai mampu mendirikan  NU ditengah tengah hegemoni Belanda di Surabaya.

Keberadaan NU ini didirikan oleh para kiai yang tulus ikhlas tanpa pamrih. Tokohnya KH. Kholil Bangkalan, KH Hasyim Asyari, KH. Wahab Hasbullah, KH Abbas dan para kiai lainnya dari berbagai pelosok Jawa dan Madura.

Pendirian NU ini atas prakarsa sendiri dan biaya sendiri. Karena para kiai pendiri NU ini  memiliki kemandirian ekonomi. Pekerjaannya selain sebagai kiai juga  sebagai pengusaha.

Oleh karena itu, berdirinya NU dananya ditopang dari para kiai. Sehingga memiliki kekuatan tersendiri dalam menjalankan organisasi. Beliau saling bantu membantu untuk mengembangkan Ormas Islam NU.

Awal mulanya anggota dan pengurus NU dari satu keluarga dan dari kalangan santri. Hal ini terlihat dari kepengurusan Ranting NU, MWC NU, PWNU dan PBNU. Hampir semua pengurus dalam ikatan saudara dan santri.

Mereka mengelola organisasi yang baru berdiri dengan ikhlas. Tidak ada yang berambisi untuk menjadi pemimpin NU. Siapa yang bersedia. Dipersiapkan.

Demikian juga saat awal Muktamar NU  pun para kiai menggunakan uang sendiri. Tidak minta bantuan Pemerintah Hindia Belanda. Malahan Gubernur Jatim pertama memberi bantuan ke pesantren ditolak.

Keikhlasan dan kemandirian dana para kiai terdahulu menunjukkan betapa kuat dan hebatnya dalam menjalankan roda Ormas NU di zaman penjajahan Belanda.

Dari sinilah kemudian  NU mampu mengantarkan Indonesia menuju gerbang Kemerdekaan Indonesia. Karena banyak para kiai yang ikut angkat senjata lewat PETA (Pembela Tanah Air). Bahkan banyak yang jadi Komandan.

Begitu pula saat merumuskan Pancasila, Pembukaan UUD 1945 dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia para kiai dan samtri NU ikut andil bagian. Seperti dalam Perang Palagan Ambarawa. Kiai NU Temanggung memberi restu kepada Jenderal Sudirman dan para santri ikut dalam pertempuran dan menang.

Demikian pula dalam Pertempuran 10 November 1945 Kiai NU mberorestu Bung Tomo dan mengerahkan para santri untuk ikut dalam pertempuran.

Kini di masa kemerdekaan NU terus berkiprah mengisi kemerdekaan di segala bidang. Perannya sudah nampak. Ada yang jadi presiden, wakil presiden, menteri dan pejabat tinggi.

Hanya saja PBNU saat ini perlu seleksi dalam memasukkan pengurus. Jangan sampai menjadikan pengurus sembarang orang. Jaga nama baik NU. Mengingat saat ini Bendahara PBNU dari politisi PDIP tertangkap KPK terlibat korupsi.

Ambil contoh pengurus PBNU dimasa awal berdirinya adalah orang orang yang ikhlas tanpa pamrih. Jauh dari perilaku korupsi. Inilah hebatnya pengurus PBNU di masa lalu. Berjuang dengan kesucian.