Menakar Ektrakurikuler Program Pintar yang Terlantar hingga Bubar ( Sebuah Pemikiran dan Studi Kasus)

Oleh : H. Sujaya, S.Pd.
Guru SMP Negeri 3 Sindang lndramayu

I. Apa itu Ekstrakurikuler ?

Ekstrakurikuler atau sering disingkat ekskul merupakan program sekolah yang dimana bisa ekstrakurikuler ini bisa dijadikan wadah bagi siswa untuk mewadahi minat dan bakatnya. Ekstrakurikuler sekolah ini juga merupakan bentuk program sekolah yang masuk ke dalam penilaian raport, artinya meskipun setiap sekolah menganggap ekstrakurikuler merupakan program peminatan tapi secara tidak langsung setiap siswa wajib minimal mengikuti 1 ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakatnya masing masing.

 

 

Ekstrakurikuler sekolah ini memberikan banyak manfaat bagi siswa, maka tidak aneh jika setiap sekolah mewajibkan siswa minimal mengambil 1 ekstrakurikuler.
Sekolah dalam merekomendasikan ekstrakurikuler sekolah tergantung dari minat dan bakat siswa. Selain itu juga ada beberapa manfaat dan alasan pentingnya ekstrakurikuler sekolah bagi siswa diantaranya adalah sebagai berikut ini :

Dapat mengasah kerjasama antara siswa
Ekstrakurikuler sekolah dapat mengasah kerjasama antara siswa. Di dalam kegiatan ekstrakurikuler banyak sekali kegiatan yang harus dilaksanakan secara berkelompok atau berpasangan. Meskipun ada beberapa ekstrakulikuler yang memang bisa dilaksanakan secara sendiri atau solo. Tapi ketika seorang anak mengikuti ekstrakurikuler yang bersifat kelompok maka kerjasama harus benar benar diasah.

Kemampuan bekerjasama, bersosialisasi dan juga berkomunikasi dan berkoordinasi dalam sebuah tim merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan siswa dan juga demi masa depan siswa. Karena semua skill itu akan berguna hingga siswa beranjak dewasa dan memasuki dunia yang profesional.

Tempat atau wadah penyaluran minat dan bakat siswa
Setiap siswa memiliki minat dan bakatnya masing masing. Maka dari itu ekstrakurikuler sebagai program sekolah dapat menampung semua itu. Penampungan disini tidak hanya sebagai wadah siswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya saja. Akan tetapi juga bisa membuat siswa menjadi berprestasi.

Ekstrakurikuler sebagai wadah untuk pengembangan dan penyaluran minat bakat siswa bukan hanya tempat bagi siswa bersenang senang setelah belajar seharian di dalam kelas, justru ekstrakurikuler ini bisa dijadikan tempat melampiaskan hobi secara positif. Mengingat di era modern ini hobi dianggap hanya sebuah hal yang tidak penting, padahal dengan konsep didikan sekolah yang memiliki ekstrakurikuler beragam, hobi siswa justru bisa dijadikan sebuah pencapaian siswa yang bisa dibanggakan sekolah dan orang tua. Maka dari itu ekstrakurikuler sekolah merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi siswa sekolah.

Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler akan menjadi siswa yang lebih aktif
Ekstrakurikuler sekolah bisa memberikan tempat bagi siswa untuk menjadi pribadi yang aktif. Apalagi jika siswa tersebut mengikuti ekstrakurikuler sesuai dengan permintaan yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Ekstrakurikuler juga dapat meminimalisir siswa dari kegiatan kegiatan yang negatif di luar sekolah, apalagi bagi anda siswa yang memang bersekolah di sekolah yang memiliki konsep pembelajaran full day school.

2. Urgensi dan Esensi Program Ektrakurikuler di Sekolah

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tidak lepas dari amanah Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

Turunan dari Undang-undang SISDIKNAS tersebut adalah Permendikbud No.62 tahun 2014 tentang kegiatan ekstra kurikuler. Selain sebagai ajang penyaluran ekspresi peserta didik terkait dengan bakat dan minatnya, kegiatan ekstra kurikululer juga bisa dimanfaatkan untuk ajang peningkatan citra sekolah dalam kaitannya dengan peraihan medali atau piala dalam setiap event kejuaraan yang diselenggarakan pihak internal ataupun eksternal.

Untuk itu, setiap kegiatan ekstra kurikuler diharapkan mempunyai orientasi pencapaian target secara kuantitatif berupa peraihan medali/piala yang hasilnya meningkat dari tahun .

Sebuah prestasi dalam kegiatan lomba/kejuaraan yang melibatkan peserta didik dalam bingkai ekstra kurikuler pada akhirnya akan sangat membantu perkembangan karir peserta didik yang bersangkutan. Misalnya, mereka akan mempunyai akses khusus untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri/Swasta melalui jalur prestasi non akademik.

3. Sumber Biaya Program Ektrakurikuler

Dana kegiatan ekstrakurikuler bersumber dari Anggaran Sekolah dan atau swadaya dari peserta didik/peserta kegiatan yang jumlah dan ketentuan syarat-syaratnya disesuaikan.

Berdasarkan Permendikbud Nomor Permendikbud Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Permendikbud Nomor 8 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis BOS Reguler, disebutkan bahwa ketentuan pembayaran honor paling banyak 50 persen tidak berlaku selama masa penetapan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 oleh Pemerintah Pusat. Kini pembayaran gaji guru honorer bisa menggunakan dana BOS lebih dari 50 persen sesuai dengan kebutuhan sekolah.

Ada I2 komponen alokasi penggunaan dana BOS. Ke-12 komponen penggunaan dana BOS yang dimaksud Hamid tersebut adalah 1) Penerimaan Peserta Didik baru (PPDB), (2) pengembangan perpustakaan, (3) kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler. (4) kegiatan asesmen/evaluasi pembelajaran, (5) administrasi kegiatan sekolah, (6) pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan, (7) langganan daya dan jasa, (8) pemeliharaan sarana dan prasarana Sekolah, (9) penyediaan alat multi media pembelajaran, (10) penyelenggaraan bursa kerja khusus, praktik kerja industri atau praktik kerja lapangan di dalam negeri, pemantauan kebekerjaan, pemagangan guru, dan lembaga sertifikasi profesi pihak pertama, (11) penyelenggaraan kegiatan uji kompetensi keahlian, sertifikasi kompetensi keahlian dan uji kompetensi kemampuan bahasa Inggris berstandar internasional dan bahasa asing lainnya bagi kelas akhir SMK atau SMALB, dan (12) pembayaran honor.

Sekolah yang sudah menerima dana BOS bisa langsung menggunakan dana tersebut sesuai dengan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yang sudah dibuat sekolah dan disetujui Dinas Pendidikan setempat. Jadi tidak ada lagi pengaturan lainnya, misalnya menunggu arahan Dinas Pendidikan dulu. Sekolah bisa langsung menggunakan dana BOS sesuai peruntukan RKAS atau RKAS yang sudah direvisi sesuai dengan regulasi (permendikbud) yang baru.

4. Problematika Program Ekstrakurikuler dari Honor yang Sekadar hingga Bubar

Sekolah yang memiliki siswa dengan kualitas yang bagus memang cukup diminati. Sekolah seperti ini selain memiliki perangkat kurikulum yang mantap, guru yang kompeten, kepala sekolah yang memiliki leadership dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang baik, tentu memiliki kegiatan ekstrakulikuler yang variatif dan berkembang. Bagaimanapun, kegiatan ekstrakulikuler adalah salah kegiatan siswa yang menjadi wadah mereka dalam berkreasi atau menyalurkan bakat serta minatnya di luar jam belajarnya. Dengan adanya ekstrakulikuler, siswa diharapkan dapat mengatur waktu antara kegiatan belajar dan ekskul. Bila kemampuan ini dilatih sejak dini, maka pada saat dewasa nanti siswa akan menjadi pribadi yang mampu mengatur kehidupannya dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Menjadi pribadi yang tangguh dan berkualitas yang akan menjadi kunci kemajuan bangsa di kemudian hari. Inilah alasan mengapa ekstrakulikuler disebut sebagai wadah pembinaan karakter bagi siswa.
Sekolah swasta yang disokong pembiayaan oleh wali murid maupun pihak yayasan tentu tak akan kesulitan dalam masalah pendanaan ini. Namun bagi sekolah negeri atau bahkan beberapa sekolah swasta, masalah pembiayaan ini adalah hal klasik.

Sumber utama pembiayaan dari dana BOS membuat ekstrakulikuler di sekolah negeri harus menyesuaikan dengan anggaran dana yang terbatas. Terbatasnya anggaran membuat sekolah hanya akan mengadakan ekstrakulikuler yang dianggap potensial dan tentu tak menguras banyak dana. Fasilitas untuk kegiatan ektrakulikuler pun tak bisa tersedia dengan layak. Akibatnya, banyak potensi dari anak-anak yang tak tersalurkan dengan baik. Problem kedua dengan terbatasnya dana.

Kegiatan yang seyogyanya dapat meningkatkan potensi anak melalui ekskul menjadi terhambat. Salah satunya adalah kegiatan lomba. Dalam satu kali lomba, tentu sang anak membutuhkan biaya yang besar. Sebagai contoh, jika anak ingin mengikuti lomba drum band, maka harus ada biaya untuk membeli atau menyewa kostum, biaya konsumsi selama latihan, honor pelatih, dan sebagainya.

Tak semua sekolah bisa merangkul orang tua yang rela untuk menyumbangkan dana demi putra-putrinya. Ditambah dengan aturan yang ketat dalam penarikan dana kepada orang tua, kegiatan yang mengasah kemampuan semacam ini tidak bisa berjalan lancar. Ketiga, tak jarang sekolah yang mengadakan ekskul belum memiliki program eksktrakulikuler yang jelas.

Padahal, di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS), sekolah harus memaparkan ekskul apa saja yang ada di sekolah kepada orang tua dan komite sekolah. Bagimana peraturannya, kapan jadwal latihannya, hingga apa saja kegiatan dan target yang akan dicapai selama satu tahun berjalan. Setelah satu tahun berjalan pun, sekolah harus mengevaluasi kegiatan-kegiatan ekskul yang telah dilakukan. Apakah anak-anak telah mampu mengembangkan dirinya atau tidak dari kegiatan ekskul tersebut. Bila kegiatan monitoring dan evaluasi ini tak berjalan maksimal, kegiatan ekskul di sekolah hanya akan sekedar menjadi pemanis belaka.

Problem keempat adalah banyak guru eksktrakulikuler yang mengajar di banyak sekolah. Bagi guru pelatih ekskul yang mampu mengatur waktunya dengan baik tentu tak masalah. Guru seperti ini malah dapat direkomendasikan menjadi pengajar ekskul yang diharapkan mampu meningkatkan potensi siswa.

Sayangnya, cukup banyak guru ekskul yang harus berjibaku menyusun jadwal ekskul dari satu sekolah ke sekolah lain. Implikasinya adalah ketika mengajar, sang guru tersebut tidak bisa maksimal. Belum lagi, tak jarang pula anak-anak harus menunggu lama kedatangan guru tersebut. Tentu, kegiatan ekstrakulikuler semacam ini tidaklah optimal.

Terakhir, yang seringkali terjadi adalah jadwal kegiatan ekskul berdekatan dengan kegiatan bimbingan belajar atau les tambahan siswa.

Banyak orang tua yang rela memampatkan kegiatan les dan ekskul dalam satu hari penuh di banyak tempat. Kondisi ini jelas tak akan membuat anak mampu mengasah potensinya secara maksimal karena faktor kelelahan. Keadaan semakin diperparah dengan adanya kemacetan di jalan raya yang akan menambah rasa bosan dan capek bagi sang anak. Bukan prestasi gemilang yang didapat, malah peningkatan frekuensi sakit yang akan melanda. Jika dibiarkan, tentu hal ini tidaklah baik.

Dari beberapa problem ini, orang tua pasti mengharapkan dapat memberi tambahan bidang akademik dan nonakademik kepada sang anak dengan efektif dan efisien.

Indramayu, 3/2/2023