Coaching Clinic Jurnalistik dengan Pemateri Alumni Kauje Diminati Aktivis Pers Mahasiswa

Jember-menaramadinah.com-Coaching Clinic Jurnalistik yang diadakan Kauje di Auditorium Universitas Jember pada Kamis, 1 Desember 2022 sangat menarik dari pukul 08.30-13.40 wib. Karena menampilkan pemateri yang sangat  bagus dari alumni Unej.

Pada sesi pertama titik tekannya pada penyampaian materi dan tanya jawab dengan menampilkan Ahmad Munir Direktur Kantor Berita Antara yang mengatakan bahwa, jurnalis sekarang harus punya mainset digital. Bukan sekedar bisa nulis dan mengedit. Tapi bikin foto, video dan editing. Karena zaman sudah menuju digitalisasi.

Sedangkan Zika dari Kantor Berita Antara bicara lebih menekankan teknik penulisan 5 W 1 H. Harus sesuai penulisan EYD dalam penulisan jurnalistik.

Sementara Dwijo Utomo Founder Kediripedia menekankan kepada bahasa yang santun. Tidak boleh profokatif.

Kemudian pada sesi kedua lebih menekankan kepada tanyajawab dipimpin moderator Satrio dosen UI alumni Ekonomi Univ Jember. Pematerinya  adalah Khudori, Singgih, Pung Purwanto dan Lutfil Hakim Ketua PWI Jatim.

Hal tersebut menjadikan  peserta Coaching Clinic Jurnalistik semakin bersemangat dalam bertanya. Seperti mahasiswa Universitas Jember, FKIP UNEJ dan FAPERTA Unej.

Mas Pung dari Sindo menjawab pertanyaan yang ditujukan ke Ahmad Munir mengatakan, memang ada media yang memuat berita setiap hari 1000 buah. Salah satunya Kantor Berita Antara dan media online nasional.

Sementara Khudori Pemred Alinea Id mengatakan, kalau ingin tulisan dimuat dimedia besar dan kecil yang ditulis itu adalah berita aktual  jadi pembicaran di masyarakat itu.

Sedangkan Singgih Sutoyo menyampaikan pengalaman mendirikan industri media. Ia menyatakan,  banyak tantangan dalam mendirikan industri media. Sehingga harus menyerah.

Kemudian tampil pembicara terakhir adalah Lutfil Hakim sambil berdiri mendekati moderator yang juga berdiri dengan gerakan lebih leluasa.

Lutfil Hakim mengatakan,   konten jurnalistik itu punya tahapan yang panjang. Tidak boleh ngarang, bohong, freming. Jiks dilakukan oleh media, bisa disebut kejahatan informasi.

Kemudian ia menjelaskan, sebenarnya media kampus punya kebebasan. Karena tidak punya kendala.  Bagaimana pers kampus mengelola kebebasan berfikir. Sehingga  semua bisa dikritisi.

Kalau bisa, katanya,  jadilah yang kontroversial. Kritik untuk kehidupan bersama. Memberikan edukasi dan kontrol sosial.

“Menembus batas kampus. Jangan hanya terkungkung dikampus  karena tidak ada yang mengadukan:”ujarnya.

Seluruh mahasiswa yang hadir terdiri tokoh pers mahasiswa merasa ada tambahan ilmu baru. Khususnya ilmu jurnalistik praktisi .

ESA GHANI dan Sutrisno tokoh pers Jember juga hadir dengan tujuan menambah ilmu digital.

Husnu Mufid