” Meneladani Gus Dur melalui Aksara “

Oleh ; Arif.

 

Selalu menarik bila tema pembicaraan berkisar tentang sosok Kyai nan jenius ini.Almaghfurllah KH.Abdurrahman Wahid atau karib disapa Gus Dur.

Membaca buku karya dari Politisi muda NU, Dr.A.Effendy Choirie berjudul Islam – Nasionalisme UMNO – PKB ini,Saya dibuat terkagum kagum oleh tulisan dari Almaghfurllah Gus Dur dalam kata pengantar yang Beliau tuliskan dalam buku ini.

Kata Pengantar dalam buku ini yang Berjudul Perbandingan Selalu diperlukan,Gus Dur menjelaskan kaitan antara Nasionalisme NU yang terwujud dalam langkah politik PKB dengan rentetan Sejarah yang melatari dan menjadi alasan mendasar mengapa NU yang notabene sebagai Sebuah Organisasi Islam justru lebih memilih berjuang untuk menegakkan komitmen Berbangsa dan Bernegara yang mempunyai watak menghargai kebhinekaan daripada memperjuangkan bentuk dan dasar Negara yang menampilkan simbol Agama.alasan ini pula yang kiranya mempunyai titik kesamaan dengan apa yg diperjuangkan oleh UMNO,Sebuah Parpol di Negeri jiran Malaysia.

Gus Dur menuliskan tentang Sejarah Bangsa kita pada masa lampau dengan sangat renyah.meski catatan Beliau ini Saya kira Tidak cukup ” Detail ” seperti tulisan tulisan bertema Sejarah milik para sejarawan Asing,tapi apa yang Beliau ungkapkan dalam tulisannya ini sangat menarik. Dalam tulisan Gus Dur, Saya jarang menjumpai dan menemukan adanya Catatan kaki yang bisa menjadi pijakan dan penguat dari apa yang Beliau sampaikan.Tidak seperti misalnya tulisan karya Pigeaud atau H.J De Graaf yang dengan mudah dapat kita temui catatan kaki dalam setiap tulisan Mereka yang menjadi penguat dari apa yang Mereka sampaikan.

Gus Dur menulis tentang Satu cerita dimana pada Zaman dahulu pernah terjadi serangan yang dilakukan oleh Kerajaan Buddha Sriwijaya yang ada di Sumatera Selatan menyerang Pulau Jawa melalui Pekalongan dan dari sana kemudian mengalahkan Kerajaan Hindu Kalingga yang berada di pegunungan Dieng Wonosobo.dari serangan ini pula,yang menjadi awal terciptanya Candi Borobudur di Dekat Muntilan ( Abdurrahman Wahid dalam kata pengantar buku ini hal XV ).

Gus Dur mendapat data darimana ? Naahh… Ini yang menarik.Tanpa menyertakan catatan kaki sebagai penguat dari apa yang Beliau sampaikan, Seakan pembaca tulisan Beliau diajak untuk meraba dan kembali Asyik dan menggeluti kembali khazanah Budaya dan Sejarah Bangsanya.Gus Dur terkesan memberikan start awal dan kitalah yang kemudian harus aktif mencari dan menggali sendiri petunjuk yang Beliau sampaikan.

Kubuka kembali tumpukan buku yang berada di Almari.setumpuk buku yg siap kulalap hingga pagi ditemani segelas Kopi dan sebungkus Rokok kretek.Gus Dur Gila baca lalu Anda ? 😊

( Iqra’ Yaa Nahdliyin )