Menasehati tanpa Menggurui

Banyuwangi-menaramadinah.com-Anak Muda Berkacamata Tebal dalam Foto dibawah ini ( Paling Kiri ) adalah Alumni sebuah Institut Negeri Terkenal di Kota Kembang Bandung.Sebagai Alumni sebuah Kampus Negeri terkenal,Wajar apabila Ia sering sekali berargumen dan membantah dalam setiap diskusi yg Kami lakukan.

Semangat dan Ghirah Keagamaannya tumbuh dan Terasah pd saat Ia rutin mengikuti Aktifitas Keagamaannya di Masjid Kampusnya ( Nama Masjidnya diberi nama Salah Satu Sahabat Nabi yang berasal dari Persia ).

Kerap Ia bertanya hal hal yg menurutku cukup nyelekit dan Ia pun Hobi menggugat Amaliah dan Tradisi Ibadah yg selama ini telah mapan dan Istiqomah diamalkan oleh Warga di Kampungnya.Ia memanggilku Om dan Pertanyaan yg Ia ajukan pun tak jarang langsung menohok.” Om Kenapa sih setiap kali Kita sowan ke Tempat Kyai,Om selalu mencium Tangan Kyai ? Om,Kenapa di Indonesia ini yang Mayoritas Penduduknya Muslim tapi malah tidak menggunakan Hukum Islam sebagai Dasar Hukumnya “?

Mendapat pertanyaan seperti diatas,Saya merasa amatlah Sia Sia seandainya langsung Kita berikan Jawaban dengan menggunakan Nash Agama atau Dalil.

Bagi Saya,1 Juta Dalil yg Kita kemukakan terhadap Orang yg bertanya seperti itu tidak akan bermanfaat apabila Hati Sang Penanya sendiri telah tertutup ( Atau Menutup ? ) oleh Alur Berfikir yg Ia buat sendiri.Sejarah Bangsa ini pun dahulu telah membuktikan bahwa Perdebatan terkait Amaliah Ibadah yg digugat kesahihannya hingga Dasar Negara ini yg Mereka anggap tak islami telah berjalan lama sepanjang Sejarah Perjalanan Bangsa Kita.

Tak produktif rasanya apabila perdebatan tersebut terus Kita ladeni tanpa Kita pernah mengetahui kapan hal itu akan berakhir.Saya lebih memilih Menjawab pertanyaan seperti diatas dengan Contoh nyata atau Perilaku.

Pernah Suatu Hari Si Anak Muda Alumni Kampus Terkenal di Kota Kembang itu Saya ajak Berziarah ke Makam Almaghfurllah KH.Syafaat Abdul Ghafur,Sang Pendiri dan Pengasuh Utama Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi.

Tak lupa pula Ia dan Seorang Kawannya Kuajak Sowan menemui Putra Mbah Kyai Syafaat.Seusai Berziarah,Kuajak Mereka Diskusi.” Kalian Tahu mengapa Kalian kuajak Berziarah ke Makam Mbah Kyai Syafaat ini ? Mbah Kyai Syafaat ini adalah Santri Hadrotussyaikh Hasyim Asy’arie dan saat ini Pesantren yg Beliau dirikan, Memberi Pengajaran Ilmu Ilmu Agama kepada Ribuan Santriwan dan Santriwati yg berasal dari Seluruh Penjuru Nusantara.Bisa Kalian bayangkan betapa kelak Ribuan Santriwan Santriwati tersebut setelah lulus akan menjadi Pejuang Islam yg tangguh dan menyebarkan cahaya Islam melalui ilmu yg Mereka dapat kala di Pesantren kepada Masyarakat dimana Mereka tinggal.Dan pernahkah Kalian bertanya Mengapa Mbah Kyai Syafaat dahulu Memberi nama Pesantrennya dengan nama Darussalam dan Bukan Darul Islam ? Pemberian nama Darussalam oleh Mbah Kyai Syafaat sebenarnya memberikan pesan penting bagi Kita bahwa dalam Islam yg diutamakan adalah Tegaknya Sebuah Negeri yg bisa memberikan Kedamaian dan Kenyamanan untuk Seluruh Anak Bangsa tanpa terkecuali apapun latar belakangnya ( Darussalam ) dan Bukan Darul Islam.

Apapun Bentuk dan Metode Bernegara yg digunakan selama Negara tersebut mampu memberikan Keamanan dan Kenyamanan untuk Semua,maka hal tersebut Sah Keberadaannya.Dalam Islam dikenal ungkapan Al-Ibratu bil Jauhar la bil Mazhhar.Bahwa Yang menjadi pegangan pokok adalah substansi,bukan sekedar atau Formalitas semata.

Kerap Berdiskusi,Alhamdulillah Kini Mereka malah Rutin ikut Ziarah Kubur.Tanpa Sadar,Mereka kini Telah menjadi ” SARKUB ” Alias Sarjana Kuburan SejatiĀ  Arif