Catatan Jelang 24 Agustus 2019 di Blitar
LUDRUK PUISI LIK GIR
* berdoa bersama buat almarhum Rakhmat Giryadi
Oleh: Aming Aminoedhin
Di tengah gempuran teknologi informasi yang terasa melesat cepat ini, seni pertunjukan ludruk memang terasa ter/dipinggirkan. Belum lagi bersaingan seni-seni modern kian mewabah dengan berbagai jenis, yang digandrungi kaum muda.
Dalam upaya kembali mengangkat dan mengenalkan kembali ludruk di kalangan kaum muda, PPSJS mencoba buat acara ludruk puisi. Kedengarannya memang agak aneh, tapi itu yang coba kami gelarpentaskan di berbagai kota, seperti: Yogyakarta, Blitar, Surabaya, Malang dan Solo.
Beberapa waktu yang lalu, tepatnya sekitar tahun 2015, ketika saya bersama komunitas PPSJS (Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya) mau pentas sastra Jawa, di Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta; muncullah ide garapan ludruk puisi ini.
Bermula dari ide R. Giryadi bersama Widodo Basuki, ingin tampil baca gurit dengan format lain dari yang lain. Pokoknya harus tampil beda, dalam sajian pentasnya. Maka muncullah ide, baca gurit di antara potongan lakon ludruk yang digarap secara sederhana. Tidak lengkap memang, tapi ide garapannya yang penting penonton tertawa, sekaligus mau dengar isi guritan yang dibaca.
Dari pentas Ludruk Guritan di Tembi Rumah Budaya – Yogya ini, ternyata audiens/penonton sangat menikmati sajian kami, komunitas PPSJS, menggelarpentaskan ludruk guritan.
Penonton di Yogyakarta terbahak-bahak, menonton kami. Penonton terpuaskan gaya baca guritan di antara lakon ludruk sederhana yang dibuatnya. Sungguh, sebuah terobosan baca guritan/puisi, bersama lawakan; yang menurut saya cukup berhasil.
Pada gelaran pentasnya, diawali dengan kidungannya R. Giryadi, lalu bercerita akan melakonkan sebuah cerita. Lantas muncullah Widodo, Aming, Djoko Prakosa, Harmono, ikut bergabung dalam memasuki lakon cerita dengan berdialog, yang dalam dialognya kental basa Suroboyoan, dan lebih berisi tentang guyonan parikena.
Itulah gambaran, betapa Rakhmat Giryadi, atau lebih dikenal dengan panggilan Lik Gir punya ide yang brilian demi sebuah seni pertunjukan. Sungguh, ia sosok seniman multitalenta.
Lik Gir, adalah anak kelahiran Blitar, 10 April 1969. Seniman multitalenta ini, telah lama jadi dedengkotnya Teater Institut (TI) Unesa. Ia Sarjana Pendidikan Seni Rupa IKIP Surabaya 1994. Ia jadi narasumber pelatihan teater Guru dan Siswa se-Jatim, sekaligus pelatih teater pelajar Jatim, guna persiapan lomba tingkat Nasional; dan terbukti berkali-kali pula, bersama asuhannya pulang dari Jakarta membawa piala kejuaraan.
Pada Sabtu, 24 Agustus 2019 nanti, akan digelar acara mengenang dan berdoa bersama untuk kawan kita ini, R. Giryadi, di Rumah Budaya Kalimasada, Gogodesa, Kanigoro, Blitar. Rumahnya seniman Bagus Putu Parto dan Endang Kalimasada. Beberapa nama yang bakal hadir, ada nama: Prof. Dr. Djoko Saryono, Dr. Tengsoe Tjahjono, Dr. Sutejo Ponorogo, Djuli Djatipambudi, Akhudiat, Alek Subairi, Aming Aminoedhin, Jil Kalaran, Amang Mawardi, Andrias Edison, Antok Yunus, Suharmono K., Widodo Basuki, Meimura, Kusprihyanto Namma, Tjahjono Widarmanto dan Widijanto – Ngawi, Rusdi Zaki, Alang Khoirudin, Herry Lamongan, Bambang Kempling, Pringgo HR, R. Djoko Prakosa, Sus S. Hardjono – Sragen, Agus Sighro dan Joe, BEP – Magelang, Binhad Nurohmat Jombang, Suyitno Ethexs – Moker, dan masih banyak lagi.
Semoga kehadiran kita untuk berdoa bersama mabrur, dan akan melapangkan almarhum Rakhmat Giryadi menuju rumah Allah SWT. Aamiin YRA.
Mojokerto, 11 Agutus 2019
Aming Aminudin
Jurnalis Citizen MM.com