Belajar Filsafat Itu Mudah

Oleh
Dewien Nabielah Agustin.

Sebagian dikalangan praktisi melihat bahwa filsafat itu tidaklah relevan dengan realitas / sulit dipahami dan sebaliknya para teoritis memandang filsafat sebagai rujukan yang harus dipahami untuk membuka cakrawala realitas. Kondisi yang seperti itu dapat kita jadikan rujukan bahwa tidak semua para ilmuwan senang dengan filsafat.

Tips dan trik untuk mudah memahami filsafat, yaitu :
1. Senang pada kebenaran. Filsafat merupakan ilmu yang berbicara tentang kebenaran diseluruh ilmu.
2. Tak berhenti mencari tahu. Sifat ini harus dimiliki sebab kita akan selalu menemui dengan berbagai permasalahan yang butuh solusi.
3. Berulangkali membaca realitas dari berbagai sudut pandang.
4. Tidak mudah menyalahkan realitas yang kita lihat / bersikap kritis.
5. Mencari perbandingan ilmu pada realitas.
6. Tak malu bertanya agar khasanah ilmu semakin luas.
7. Tetap berpegang pada nilai, norma dan hukum yang berlaku.

Sebagai contoh pemikiran Ibnu Khaldun.
lbnu Khaldun mengklasifikasikan Ilmu pengetahuan yang banyak dipelajari manusia menjadi dua bagian yaitu:
Pertama, Ilmu-ilmu transendental (’Ulum al-Naqliyyah), adalah Ilmu yang ada pada diri manusia dari pembuatnya dan yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Seperti Al-Qur’an dan Sunnah, Ilmu Tafsir, Ilmu Qira’at, Ilmu Hadith, Ilmu Ushul Fiqih, Ilmu Fiqih, Ilmu Fara’id, Ilmu kalam, Ilmu Tasawuf, Ilmu Tafsir Mimpi.
Kedua, Ilmu-ilmu rasional (’Ulum al-Aqliyyah) yaitu ilmu-ilmu yang merupakan buah kerja pemikiran dan perenungan manusia. Ilmu-ilmu rasional tidak memiliki keterkaitan dengan agama Islam atau agama-agama lain.

Pendidikan menurut Ibnu Khaldun bukanlah semata-mata suatu aktivitas yang bersifat pemikiran yang jauh dari aspek pragmatis dalam kehidupan, tetapi pendidikan sebagai gejala sosial yang menjadi ciri khas dan watak jenis manusia . Dengan menggunakan akalnya manusia berfikir untuk mengetahui atau mendapatkan apa yang belum diketahui atau dihasilkan, dengan mendatangi dan belajar dari orang yang lebih pengalaman atau dari orang yang telah belajar dari generasi sebelumnya. Kemudian hasil pemikirannya diuji dan diterapkan dengan realita dalam kehidupan. Sehingga menghasilkan teori yang bukan lagi sekedar teori namun sudah menjadi konsep yang menjadi naluri/skill (malakah) berfikirnya.

Jika kita memiliki sikap dan cara pandang diatas, maka kita bisa dikatakan sebagai berpikir secara filsafat.

Wallohu a’lam bisshowwab.
Penulis staf Pengajar STIBADA Ampel Surabaya, Pembaca setia menara madinah com.