Ritual Sakral Tanah Jawa Penjamasan Pusaka Sunan Kalijaga

Demak-menaramadinah.com-Setelah melakukan Ritual do’a bersama yg dipimpin oleh Kyai Mustain. Edi Mursalin juru kunci Makam Sunan Kalijaga membuka pintu makam Kanjeng Sunan Kalijaga yang kemudian diikuti ahli waris yang  terdiri dari Kasepuhan dan Kanoman.

Prosesi Ritual penjamasan diawali pertama kali oleh Ahli waris kanoman dibawah pimpinan
Raden Agus Supriyanto ,Raden Kristiadi sebagai pengurus Yayasan Sunan Kalijaga sekaligus ketua Adat Kadilanggu yg berangkat dari gedung Wijil V /Adat Kadilanggu ke Astana Ageng /Cungkup Maqbaroh  Makam Sunan Kalijaga.

Setelah penjamasan pertama selesai untuk kedua kalinya Pusaka Ontokusumo dan kyai Crubuk ditambahi Kyai Sirikan dijamas oleh Kasepuhan dibawah pimpinan Sesepuh Raden Muhammad Cahyo Iman Santoso beserta keluarga ahli waris .
Kasepuhan beserta ahli waris Berangkat dari Pendopo Notobratan Kasepuhan Kadilangu9 ke Astana Ageng /Cungkup Maqbaroh / Makam Sunan Kalijaga.

Perlu kita ketahui bahwa Kyai Sirikan adalah keris pusaka berlekuk sembilan yg dipegang oleh ahli waris kasepuhan .
Keris ini juga di-jamas di cungkup Sunan Kalijaga pada saat Ritual penjamasan pusaka 10 Dzulhijjah
di cungkup Sunan Kalijaga. Hanya bedanya bila dua pusaka yang lain
disimpan di kotak di atas makam Sunan kalijaga, Kyai Sirikan dibawa sesepuh dari Natabratan.
Meskipun Kyai Sirikan disimpan di Natabratan tapi penjamasannya
harus dilaksanakan di Cungkup Sunan Kalijaga dan juga harus
dengan mata tertutup. Selain Kyai Sirikan, keris lain tak boleh dibawa masuk ke makam Sunan Kalijaga karena Akan bisa menghilangkan tuah keris itu sendiri

Begitu penjamasan usai dan tim penjamas keluar dari cungkup Astana ageng makam sunan Kalijaga para penjamas “disongsong” oleh ribuan pengunjung di luar. Mereka berebut bersalaman dengan pemjamas baik dari kanoman maupun kasepuhan  berharap mendapat berkah dari penjamasan pusaka ini. Oleh karena itu baik sesepuh dari kanoman maupun sesepuh dari kasepuhan harus dikawal sampai di Gedung Wijil V dan Dalem Natabratan.

Di tempat inilah para sesepuh baik dari kanoman maupun kasepuhan meluangkan waktu, menyambut para pengunjung yang ingin bersalaman dengannya tempat dan waktu yg berbeda.

Selesai Prosesi Ritual penjamasan saya bertemu dengan Juru Kunci Makam Sunan Kalijaga, Raden Edi Mursalien, mengatakan penjamasan pusaka merupakan tradisi ahli waris untuk merawat dan menjalankan wasiat leluhur. Menurut dia, upacara mensucikan pusaka Kyai Cerubuk dan Kyai Kotang Ontokusumo yang rutin tiap tanggal 10 Zulhijah itu dilakukan sejak ratusan tahun silam.

“Kita tim penjamas yang tujuh orang itu harus laku prihatin, harus berpuasa dan lain sebagainya. Puasa arafah sampai 9 Zulhijah. Tim penjamas 7 ini punya tugas dan kewajiban masing-masing yang dipimpin Bopo Panembahan,” kata Edi di Kadilangu, Minggu (10/7/2022).

“Yang menjamasi Bopo Panembahan. Kami ini yang mengambil peti, kita serahkan kepada Bapak Agus untuk dipangku kemudian dibuka. Kemudian Kyai Cerubuk diambil diserahkan kepada kami,” ungkap Edi.
“Kemudian, Bopo Panembahan mulai membersihkan layon-layon yang di dalam, yang satu tahun ada di dalam itu. Setelah bersih semua baru dijamas,” sambung Edi.

Edi mengatakan tim 7 melakukan penjamasan pusaka di dalam Cungkup Sunan Kalijaga dengan memejamkan mata. Pusaka itu tersimpan dalam kotak atau peti di ulon-ulon Makam Sunan Kalijaga.

“Kita tata lagi lekukan lempitannya tadi, terus kita minyaki. Itu yang membawa, yang meladeni, Bapak Andik, membawa minyak dan baki untuk sekar-sekarnya. Yang lain ada tugasnya masing-masing,” jelas Edi.

Kyai Kotang Ontokusumo adalah pusaka yang dijamas pertama. Pusaka Kyai Cerubuk dijamas berikutnya. Usai dijamas, dua pusaka itu dimasukkan lagi ke warangka, disekar, lalu dimasukkan ke peti lagi. “Selesai, kita kunci dan kembalikan ke atas,” ujar Edi.

Edi menambahkan, kunci peti penyimpan dua pusaka itu hanya ada satu. Kunci itu dari tembaga atau kuningan. “Bentuknya antik, memang kuno. Gembok kuno, lain daripada yang lain. Iya, satu kotak itu kecil, hanya isi dua pusaka. Kyai Kotang Ontokusumo di bawah, di atasnya Kyai Cerubuk,” paparnya.

Untuk menjamas dua pusaka itu, Tim 7 diiringi bregada Parampogan Prawiraraksa Adat Nuswantara. Rombongan bregada itu berjalan tanpa alas kaki di sepanjang jalan Raden Sahid menuju kantor Lembaga Adat Kadilangu yg dikenal Gedung wijil V.

Ketika saya berjalan dari Gedung Wijil V( Adat Kadilangu) menuju   Pendopo Notobratan Kasepuhan Kadilangu bisa bertemu langsung dengan Raden Muhamad Cahyo Iman Santoso selaku sinuwun kasepuhan Kadilangu mengatakan,”penjamasan merupakan tradisi yang terus dilestarikan oleh keluarga ahli waris. “Budaya ini terus kita lakukan, karena merupakan wasiat Eyang Sumare (Sunan Kalijaga) yang sesaat sebelum meninggal berpesan:
“Agemanku, mbesuk yen aku wis dikeparengake sowan Ingkang Kuwaos, salehno neng
dhuwur peturonku. Kejobo kuwi sawise aku kukut, agemanku jamasano” (setelah saya
dipanggil Tuhan yang Mahakuasa, letakkan “ageman”ku di atas tempat tidurku.”katanya.

Diakui, penjamasan sampai sekarang masih dijalankan dua pihak. Yaitu, lembaga adat dan kasepuhan. “Tahun ini masih dua pihak,”Pungkasnya.

Menariknya Acara ini bisa berjalan dengan Meriah dan Aman karena acara ini sebagai Rangkaian perayaan Acara Grebek Besar Demak di th 2022

Gilang Adiwidya menaramadinah.com