Paguyuban Puja Sudira Menggelar Wayang Kulit

 

Tulungagung-menaramadinah.com-Mengawali pertemuan usai pandemi, Paguyuban Puja Sudira (Purna Karyawan Dwija Mesu Ngudi Ngapura) menggelar wayang kulit bersama dhalang Ki Suyono di rumah Ibu Murti Sukesi Tanggung Campurdarat Tulungagung, Sabtu (2/7) siang.

Bapak M. Ridwan, pangarsa Puja Sudira ketika memberikan sambutan.

Sekitar 70-an orang anggota Puja Sudira dan simpatisan seni pedhalangan hadir di rumah Bu Murti sekaligus Sasana Budaya “Ngesthi Laras” pimpinan Ki Handaka.

Selain Ngesthi Laras, para wira pradangga (yaga) yang mengiringi pementasan wayang kulit siang itu juga para pensiunan guru yang tergabung dalam Paguyuban SUMBUD (Sumbaga Budaya) pimpinan Prof. Suparman. Sementara lakon wayang kulit yang dibawakan Ki Suyono pada pertemuan itu “Kangsa Adu Jago” yang mengisahkan rencana makar Raden Kangsa terhadap tahta Negara Mandura di bawah kepemimpinan Prabu Basudewa. Kangsa menjagokan Patih Suratrimantra, sedang jago Prabu Badudewa yaitu Raden Bratasena.

Laksamana Muda (purn) Harry Yuwono bersama Ki Wawan Susetya.

Panenggak Pandhawa itu ungguling jurit, Suratrimantra pun tewas. Bahkan Kangsa pun tak berdaya setelah terkena senjata Nanggala milik Raden Kakrasana dan senjata Cakra Raden Narayana. Demikian Wawan Susetya jurnalis Menara Madinah melaporkan dari Tulungagung.

Ki dhalang Suyono bersama para pesindhen (waranggana).

Pangarsa Puja Sudira, Bapak M. Ridwan mengingatkan kembali tentang berdirinya Paguyuban Puja Sudira pada tanggal 15 Mei 2015. Sejak saat itu paguyuban biasanya mengadakan pertemuan rutin tiap 3 bulan sekali secara bergiliran di rumah anggota. Pertemuan kali pertama tahun 2015 diadakan di rumah Bu Sri Indiyah Mangunsari dan pertemuan pasca pandemi yakni yang ke-18 di rumah Bu Murti Sukesi Desa Tanggung Campurdarat.

“Meskipun para anggota Puja Sudira kebanyakan sudah sangat sepuh, tapi mudah-mudahan keberadaan Paguyuban Puja Sudira ini dapat memberikan kemanfaatan bagi kita semua. Dengan memperbanyak silaturahmi semoga Allah Swt memberikan panjang umur dan kesehatan kepada kita,” ujar Bapak M. Ridwan berharap.

Pada kesempatan itu Bapak M. Ridwan juga mengajak para anggota untuk mendoakan 12 orang anggota Puja Sudira yang telah wafat sebelumnya.

Memang, dibentuknya Paguyuban Puja Sudira sesuai dengan namanya bertujuan untuk memperbanyak saling memohon maaf (mesu ngudi ngapura) di antara sesama pensiunan karyawan (TU) dan guru (dwija). Dengan memperbanyak silaturahmi melalui pertemuan rutin diharapkan mengetahui kabar di antara kawan-kawan sesama pensiunan lalu dilanjutkan saling mendoakan. Hal itu tak lepas dari gagasan Ibu Sulastri, Ibu Harmini dan kawan-kawan ketika merencanakan pembentukan paguyuban para pensiunan hingga terbentuk Puja Sudira.

Ki Wawan Susetya selaku pembawa acara pada pertemuan itu mengingatkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ilmu dan tindakan guru, yakni mulat (mengetahui keadaan murid-muridnya), milala (membombong), miluta (membimbing), palidarma (menjadi tauladan) dan palimarma (memberi maaf).

Tak seperti pada pertemuan sebelumnya, kali ini kedatangan tamu Laksamana Muda (purn) Harry Yuwono yang juga seorang Maestro (pelindung seni-budaya) dalam ForSabda (Forum Sarasehan Seni & Budaya) yang tiap bulan menyelenggarakan sarasehan budaya di rumahnya atau Lotus Garden Ketanon. Selain sarasehan juga menampilkan seni krawitan bersama Sasana Budaya “Ngesthi Laras” yang dikelola Ki Handaka.

Dalam kesempatan itu, Laksamana Muda (purn) Harry Yuwono mengingatkan bahwa sebentar lagi kita akan memasuki “tahun politik” menjelang pelaksanaan pesta demokrasi secara serentak, dari Pilkada II dan I, pileg (pemilihan legislatif) tingkat II, I dan pusat hingga pilpres (pemilihan presiden) tahun 2024.

“Saya bukan mengajak berpolitik kepada bapak dan ibu, tetapi jangan sampai perbedaan dalam wilayah politik itu menyebabkan persaudaraan dan pertemanan kita menjadi renggang. Banyaknya banyaknya berita melalui WA yang bermacam-macam tentu harus diseleksi dengan teliti. Sebab tidak semua berita melalui WA itu benar adanya,” kata Sang Maestro mewanti-wanti.

Setelah itu Ibu Murti Sukesi menyerahkan secara simbolis wayang Bratasena kepada dhalang Ki Suyono pertanda pagelaran wayang akan kulit dimulai. Pertemuan Paguyuban Puja Sudira dengan menggelar pagelaran wayang kulit pun usai sekitar jam 14.00 Wib. (WW)