Film KKN di Desa Penari ; Receh di Mata Pemuda Asal Banyuwangi

Catatan Aji Satria Rifai, S. S.n

 

KKN di Desa Penari kini menjadi trending kembali setelah dua tahun yang lalu dan kini telah tayang filmnya di bioskop. Tak tanggung-tanggung film tersebut mencapai rekor film terlaris di Indonesia sepanjang sejarah.
Awalnya sempat dirahasiakan tempat dalam cerita tersebut yang kemudian tempat tersebut disetujui berada di Desa Bayu di Banyuwangi. Mungkin pengarang merasa takut menyinggung warga setempat, tapi justru sebaliknya warga menyambut baik adanya trending cerita itu, bahkan horor seperti itu adalah hal yang biasa dan tidak terlalu seram bagi warga Banyuwangi.
Ada banyak kejadian kelam di Banyuwangi yang tercatat sejarah seperti Perang Puputan Bayu, Lubang Buaya Ansor oleh PKI di Cemetuk, Wirjo pembunuh gila dan Ninja Banyuwangi. Kejadian – kejadian itu pun menelan korban yang tidak sedikit yakni 60.000 , 62, 30, dan 309.
Di Lokasi yang sama yakni desa Bayu, merupakan saksi sejarah kelam yang pernah dialami Banyuwangi dalam pertempuran melawan penjajah Belanda yakni perang Puputan Bayu yang menewaskan sebanyak 60.000an jiwa warga pribumi pada 18 Desember 1771 dan ini merupakan tragedi sejarah paling tragis di Nusantara. Sayangnya kejadian ini tak se-viral cerita horor KKN.
Perang Puputan Bayu resmi dijadikannya momentum hari Jadi Banyuwangi yang sebenarnya juga sempat digugat oleh kalangan budayawan dan sejarawan Banyuwangi sejak tahun 2010 silam dengan alasan momentum Hari Jadi seharusnya secara administratif yaitu ketika pengangkatan bupati pertama Mas Alit pada 7 Desember 1773, atau perpindahan pusat pemerintahan Banyuwangi dari Benculuk ke Banyuwangi pada 24 Oktober 1774. Selain itu momentum perang itu juga tidak humanis jika dijadikan Hari Jadi Banyuwangi lantaran terdapat sadisme (pribumi mengarak mayat kompeni berkeliling desa) bahkan konon juga terdapat kanibalisme. “Maraknya peminat cerita dan film horor ini mengingatkan saya kembali akan perjuangan kami waktu itu berasama kawan-kawan budayawan senior untuk mengubah penepatan hari jadi Banyuwangi. Semoga hingga hari ini banyak yang tahu tentang sejarah tersebut.”
Jadi horor sekelas KKN dalam cerita itu tidak sebanding jika dibandingkan dengan rentetan tragedi yang pernah terjadi di Banyuwangi, khususnya Perang Puputan Bayu. Namun kembali lagi bahwa ini memang sekedar hiburan komersial yang mana memerlukan unsur misteri dan drama dalam sajiannya.

Penulis : Aji Satria Rifai, S.Sn.
Lahir di Banyuwangi, 2 Agustus 1993