Halal Bihalal Keluarga Besar NU Kota Bekasi: Momentum Konsolidasi dan Pemberdayaan Potensi Ekonomi Nahdliyyin

Bekasi, Menaramadinah.com-Keluarga Besar NU Kota Bekasi menggelar Giat Halal Bihalal, Rabu (25/5) di Islamic Centre.

Acara yang dimulai pukul 19.30 WIB, diikuti oleh ratusan peserta, termasuk tamu undangan dari Forkopimda Kota Bekasi.

Bertema “Perkuat Ukhuwah Nahdliyah, Islamiyah, Wathaniyah dan Basyariyah” giat Halal Bihalal ini merupakan momentum strategis untuk “mbangun Roso ” kebersamaan dalam ikatan persaudaraan sejati, Ungkap Ketua Lembaga Perekonomian NU kota Bekasi H. Muhamad Nur Purnamasidi.

“Halal bihalal bukan sekedar ritus keagamaan, tetapi juga berdimensi kemanusiaan, serta kebangsaan. Karena giat ini merupakan tradisi positif, yang bisa membawa kemaslahatan bersama” imbuh Pria yang akrab disapa Bang Pur ini.

Istilah halal bihalal merupakan ide brilian dari tokoh NU KH. Wahab Chasbullah. Ketika Presiden Soekarno saat itu mengalami kebuntuan politik, dalam menghadapi tokoh-tokoh Islam dari berbagai latar belakang serta paham keagamaan yang beragam. Ada nuansa yang lebih meng-Indonesia dimana halal bihalal menjadi medium untuk terciptanya proses komunikasi yang lebih egaliter.

Secara substansi halal bihalal tidak sekedar saling memaafkan, tetapi juga saling membuka diri, menyambung ikatan persaudaraan dalam tata kehidupan yang lebih harmonis.

“Terbangunnya komunikasi, rasa kebersamaan , persaudaraan sebagai tali pengikat/ukhuwah dalam arti luas sebagaimana Thema yang diangkat, yang tidak lain juga merupakan pemikiran KH. Ahmad Sidiq Ulama kharismatik dari Jember” Tandas Politisi yang juga DPR RI dari Fraksi Partai Golkar.

Nilai dan semangat itulah yang menjadi pesan moral bersama untuk semakin mengokohkan dan mengkonsolidasikan potensi NU kota Bekasi.

Pada kesempatan ini juga sekaligus sebagai wujud rasa syukur setelah dua tahun lebih belakangan silaturrahim langsung terkendala Pandemi Covid 19.

Diaspora sumber daya manusia NU dalam berbagai bidang dan lintas profesi adalah bagian integral, yang masih sangat diperlukan terobosan pengelolaan manajemen yang baik serta tepat. NU kota Bekasi, baik secara jamaah maupun jam’iyah tetap harus bersinergi, berkolaborasi dengan stakeholder/pemangku kepentingan yang lain. Era Disrupsi dengan perubahan yang cepat serta eskalatif meniscayakan adanya penguasaan skill maupun kompetensi yang sifatnya lintas/interdisiplioner. Tidak sekedar memiliki satu bidang kompetensi, tetapi beragam bidang.

“Lembaga Perekonomian NU kota Bekasi dalam program strategisnya tidak sekedar memvalidasi, memverifikasi data beragam potensi kegiatan ekonomi warga Nahdliyyin. Tantangan terberatnya justru pada wilayah ikhtiar membangun jejaring dalam pengembangan serta pemberdayaan masyarakat.

“Peran sebagai “jangkar”, jembatan penghubung inilah yang bila tidak dilakukan secara simultan, penuh kehati-hatian, maka ikhtiar pemberdayaan ekonomi NU jauh panggang dari api. Pungkasnya. (Red./Alien)