Ada Apa Dengan Cinta

 

Catatan Filda Mufarrihati Yusmansyah.

Kehidupan adalah anugrah yang Allah berikan untuk kita. Namun di dalam kehidupan, kita mengenal ada sosok laki laki dan ada sosok perempuan kedua nya saling membutuhkan, proses yang mana harus kita lalui untuk menghadapi situsi dimana kita akan lebih dewasa dalam menyikapi kehidupan ini. tergantung bagaimana kita bersikap termasuk bagaimana cara kita membedakan ketika kita berhadapan dengan laki laki atau perempuan. Semua itu tentang proses, yang mana di dalam nya terdapat satu kata yang setiap orang pasti membutuhkannya.

Kata itu adalah Cinta, ada yang bilang cinta itu anugrah, cinta itu memang hadir untuk memaniskan kehidupan, namun mirisnya banyak para remaja yang hanya mengatasnamakan cinta, mereka rela untuk memberikan kehormatannya sebagai seorang wanita, tidak hanya wanita bahkan seorang laki-laki rela melakukan segala cara untuk memuaskan hawa nafsunya.

Begitu juga dengan pemuda zaman sekarang yang kita tau banyak yang menganggap bahwa zina tangan, zina mulut, bahkan hingga zina kemaluan, itu menjadi sesuatu yang sudah biasa terjadi di kalangan masyarakat. Bahkan kita tau bahwa sudah tidak asing lagi orang yang sedang pacaran ada di mana-mana, sehingga tanpa adanya urat malu mereka mengumbar dosa di depan banyak orang. Larangan pacaran tertulis dalam Al-Qur’an yang berbunyi

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا

_”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”_ (Q.S. Al-Isra: 32).

Banyak orang berlomba-lomba hanya untuk mendapat kan seorang doi atau pujaan hati, mereka takut tidak memiliki seseorang dalam hidup mereka, mereka takut tidak mendapat jodoh bila tidak pacaran, padahal jodoh itu sudah di atur oleh Allah SWT, meskipun dua orang saling mencintai tetapi Allah tidak meridoi maka tidak akan bersatu, maka dari itu kita sebagai seorang muslim sudah sepatutnya percaya pada setiap perintah dan larangan-Nya. Karena kita di ciptakan di dunia ini berpasang-pasangan dan jodoh setiap orang sudah di tentukan oleh Allah SWT.

Sebenarnya kita dapat mengganti hal itu dengan yang namanya *ta’aruf*. Perbedaan haqiqi antara *ta’aruf* dan *pacaran* adalah dari segi tujuan dan manfaat. Ta’aruf adalah media syar’iyang dapat di gunakan untuk melakukan pengenalan terhadap calon pasangan. Dalam hal ini sisi yang di jadikan pengenalan tidak hanya terkait dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecilyang menurut masing-masing pihak cukup penting. Dalam ta’aruf di perbolehkan untuk melihat wajahnya secara seksama bukan sekedar curi-curi pandang.

“Tidak boleh diantara laki-laki dan perempuan berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya (orang lain yang semuhrim), dan seorang wanita dilarang bepergian kecuali ditemani oleh mahramnya.”(HR. Muslim)

Kita sebagai seorang muslim harus bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena kita tau tujuan dari *pacaran* ialah lebih kepada kenikmatan sesaat, zina dan juga maksiat. Sedangkan ta’aruf tujuannya adalah untuk mengetahui kriteria calon pasangan. Jika tidak ada niatan untuk segera menikah maka tunda dulu jangan pacaran yang tujuannya mengarah kepada *ta’aruf*.

Antara memilih menikah atau pacaran?

Kenapa harus pacaran jika menikah itu adalah hal yang baik serta di ridhoi oleh Allah SWT. Sobat muda pernikahan itu indah, segla sesuatu yang kita lakukan ketika niat kita karena Allah maka semua itu akan bernilai pahala, kecuali kita melakukan hal yang salah, yang tidak di ridhoi oleh Allah. Makah al itu tetap menjadi sesuatu yang salah, tidak bisa kemudian berubah menjadi sesuatu yang baik.

Pagi ini saya mendengarkan pengajian Abah Yai Imam Chambali yang mana beliau dawuh bahwasanya seburuk-buruknya orang yang berilmu adalah ketika dia mengetahui sesuatu yang salah namun tetap di lakukannya, dan membenarkan apayang dia lakukan meski tau itu salah. Pernikahan tidak hanya menjadi satu-satunya institusi yang sah ataupun sebagai tempat hajat birahi manusia terhadap kawan jenisnya. Tetapi juga memberikan proteksi pada sebuah masyarakat dari ancaman kehancuran moral dan sosial.

Pernikahan itu indah, sebagaimana yang tertuang di dalam ayat Al-Qur’an

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

_“Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangaan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan saying. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”_. QS. Ar-Ruum ayat 21

Ada dua tahapan dalam proses meminang yag dijelaskan dalam bukunya Abu Al Hamid Rabi’ yang berjudul *Membumikan Harapan*, diantaranya:

1. Melihat calon mempelai sebelum mengajukan pinangan, yaitu dengan memandang seseorang yang akan dipinang (nadhar) dan hal ini tidak harsu mendapat ridho dari orang tersebut.
2. Ta’aruf untuk mengenal calon kepribadian pasangan, setelah melakukan nadhar, calon mempelai pria sudah berniat melakukan pinangan maka alangkah baiknya dari masing-masing calon melakukan ta’aruf agar mengenali kepribadian calon pasangannya.

Lalu apa lagi yang harus di khawatirkan akan hal ta’aruf, ada yang bilang takut karena dengan ta’aruf kita tidsk mengenal calon kita, takut karena dengan ta’aruf kita tidak mencintai pasangan kita. Hey sobat muda, jangan hanya berpacu pada satu pemikiran tetapi buka lah pemikiran yang baru dan luas pola piker kita tidak sempit, sebab Allah telah berfirman bahwasanya setiap pasangan halal akan ditumbuhkan dalam hatinya rasa kasih dan sayang sehingga keharmonisan itu akan selalu ada.

Setelah menikah, kita akan benar-benar merasakan dampak perubahan yang nyata dalam kehidupan. Dari sebuah ikatan suci yang akan melahirkan generasi yang kuat serta tangguh.

Kebesaran islam ini lebih banyak ditopang oleh anak-anak muda. Sebab, pemuda adalah kekuatan, inspirasi, kreativitas, ledakan ruhiyah, ketegaran, kesegaran, enerji, karya besar dan penopang peradaban islam. (Ibn Katsir)

Alasan Klasik menunda pacaran diantaranya adalah belum kerja, kerja bukan lah suatu alasan bahkan ketika kita menikah maka masalah pekerjaan bisa teratasi dengan melakukan bersama-sama, belum lulus bukan menjadi alsan hanya saja kita perlu bisa dalam memanajemen diri kita agar dapat membagi waktu antara berumah tangga dan kuliah, belum siap lalu kapan? nunggu tua? Sebagai seorang mukmin yang baik adalah menyegerakan sunnah yang dianjurkan oleh nabi salah satunya adalah menikah, ketika kita sudah memiliki pasangan namun tertunda karena belum siap maka hal itu akan menjadi sebuah penyakit baik dari sisi perempuan atau laki-laki. Jika alasannya adalah jodoh yang takkunjung datang maka kita perlu bersabar serta berikhtiar kepada Allah SWT.

Selain itu kecocokan juga menjadi pertimbangan dasar serta awal diantaranya factor agama, aqidah dan akhlaknya. Alah berfirman bahwasanya _“Mereka (perempuan-perempuan mukmin) tidak halal bagi laki-laki kafir. Dan laki-laki kafir pun tidak halal bagi mereka.”_ QS. Al-Mumtahanah ayat 10

Pacaran dalam pernikahan itu sungguh indah segala sesuatu yang kita lakukan bernilai pahala, dari sekian banyak ibrah tentang pernikahan, diantaranya:

1. Menjauhkan kita dari dosa
2. Melipatgandakan pahala
3. Memberi ketentraman jiwa
4. Membuka pintu rezeki
5. Memperbanyak keturunan
6. Mengingatkan kita akan kebesaran Allah
7. Serta menyempurnakan iman

Selain menentramkan jiwa, pernikahan juga dapat meningkatkan ketaqwaan seseorang, karena jika ada suami istri yang saling menasehati dan memotivasi dalam kebaikan maka akan terlahir keluarga yang takwa. Maka tunggu apalagi? Ketika segala yang kita lakukan di atas kehalalan maka semua yang kita lakukan atas dasar ridho dari Allah SWT.

Di kutip dari buku: *”Say no to Pacaran menanti dengan kesucian”*, Fauziyah El Khirzy, Surabaya, Saga.

Filda Mufarrihati Yusmansyah
Mahasiswi FISIP – Hubungan Internasional UINSA, Pembaca Setia Menara Madinah”