MENIKMATI KESADARAN KUPAT “NGAKU LEPAT”

 

Oleh:Musthofa Zuhri
( Kamad MTsN 8 Jember)

Islam Indonesia hadir bukan mengganti budaya, lebih lebih membongkar budaya guna menjungkir balikkan hal hal yang sudah mapan di masyarakat.

 

Namun Islam hadir dengan memberi peluang secara luwes ditengah masarakat, dengn tetap memasukkan nilai nilai islam.

Kehadiran Islam di Indonesia tetap beradaptasi dan mengakomodasi budaya setempat yang dianggap relevan. Dan jika tidak relevan, maka para penyebar islam selalu mencari cara ( ijtihad, ihtihsan, ijma”, qiyas dsr) untuk menabur nilai nilai islam didalamnya.

Prinsip dasarnya adalah

المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح

Melestarikan (nilai-nilai) lama yang relevan dan mengadopsi (metode) baru yang lebih relevan

Atau setidaknya melakukan improvisasi antara berpegang teguh pada nilai nilai ortodoksi dan mengalir bersama arus sekular modernitas.”

Metode dan cara perembesan nilai-nilai Islam dengan pola akulturasi budaya ini digagas Wali songo, dengan sangat apik nan elok .

Para wali songo melakukan modifikasi dan improfisasi dakwah yg membangun nilai nilai islam utk disisipkan dalam ruh budaya lokal. Banyak hal, salah satunya adalah hari raya kupat atau tradisi KUPATAN.

Kupat dengan bungkus janur adalah salah satu tradisi yang menggemakan nilai nilai islam” .

Kupat yang dibungkus dengan anyaman janur. Yeach!! Janur yang di gerakkan dengan kalimat Ja “a nuurun. Ja’a elah datang . An nur cahaya kebenaran.

Jadi Janur bukan tanpa makna, ia adalah sebuah bungkus yang menyelipkan sepercik harapan setelah raga ditempa poso laku bathin selama ramadhan. Telah datang kebenaran, cahaya kemenangan dari laku bathin yang telah usai.

Biasanya dalam tradisi orang Indonesia, setelah Ramadhan usai, selang satu hari di bulan Syawal ada yang melanjutkan dengan tirakat nambah 7 hari dibulan Syawal untuk berpuasa

Dan jika usai puasa di bulan Syawal inilah orang Indonesia, Jawa khususnya ada riyoyo kupat. Ngaku lepat. Mengakui kekhilafan yang teramat sangat baik yang bersifat Hablum minallah maupun hablum Minan Nas

Kupat, ngaku lepat. Mengakui kehilafan dihari kemengan pada sesama. Bergembira secara bersama sama. Bertakbir, bertahmid, melepaskan rasa suka cita. Dengan hidangan kupat.

Kupat memiliki makna yang esensi.perhslatikan saja jika anda memperhatikan, bungkusan kupat, ada yg pojok lima. Tujuh dan sembilan menjukkan bahwa “keindahan dalam merajut kebersamaan dari ruwetnya hidup”.

Talli temali dalam rajutan janur kuning dalam membuat kupat, melatih diri dari balutan kasih sayang yg harus ditaburkan utk sesama..

Ketupat sendiri menurut para ahli memiliki beberapa arti, diantaranya adalah:

Pertama, mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia, dilihat dari rumitnya anyaman bungkus ketupat.

Yang kedua, mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan, dilihat dari warna putih ketupat jika dibelah dua.

Yang ketiga, mencerminkan kesempurnaan, jika dilihat dari bentuk ketupat. Semua itu dihubungkan dengan kemenangan umat Muslim setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak hari yang fitri.

Bentuk persegi ketupat juga diartikan masyarakat Jawa sebagai perwujudan kiblat papat limo pancer. Ada yang memaknai kiblat papat limo pancer ini sebagai keseimbangan alam: 4 arah mata angin utama, yaitu timur, selatan, barat, dan utara. Akan tetapi semua arah ini bertumpu pada satu pusat (kiblat). Bila salah satunya hilang, keseimbangan alam akan hilang.

Begitu pula hendaknya manusia, dalam kehidupannya, ke arah manapun dia pergi, hendaknya jangan pernah melupakan pancer (tujuan): Tuhan Yang Maha Esa.

Kiblat papat limo pancer ini dapat juga diartikan sebagai 4 macam nafsu manusia dalam tradisi jawa: marah (emosi), aluamah (nafsu lapar), supiah (memiliki sesuatu yang bagus), dan mutmainah (memaksa diri). Keempat nafsu ini adalah empat hal yang kita taklukkan selama berpuasa, jadi dengan memakan ketupat, disimbolkan bahwa kita sudah mampu melawan dan menaklukkan hal ini.

Kupat membungkus beras, dengan rasa has dengan ketahanan yang bisa berhari hari daripada sekedar nasi yang direbus dalam tungku. Atau lontong yg dibungkus oleh daun pisang.

Ya..kupat dengan balutan janur, ngaku lepat setelah datangnya cahaya sebuah tradisi cerdas dalm menyiarkan cahaya islam dijantung masyarakat indonesia .

Karya besar sunan kali jogo dalam memodifikasi dakwah.

Bukankah ini adalah dakwah yg seharusnya disebut modern dari sekedar yang digaungkan para pendakwah pro modernisme itu sendiri? ….

إِنَّ فِى ذَٟلِكَ لَءَايَةًۭ لِّقَوْمٍۢ يَسْمَعُونَ

Demikianlah sungguh itu adlah.tanda tanda bagi orang orang yang mendengar.

Yang berfikir. Yang menerima datanghya cahaya. Bukan yang tak mau ngaku lepat,memposisikan diri yang paling Hebat.

Wallahu a’,lamu bishowab