MENGHENTIKAN PERTIKAIAN , MENDORONG PERDAMAIAN BERSAMA RAMADAN

 

Oleh:Musthofa Zuhri
( Kamad MTsN 8 Jember).

Tak kurang dari hitungan jari, kita akan memasuki sebuah fase bulan PERENUNGAN”demikian wejangan yang disampaikan oleh da’i gaul di Masjid siang tadi.

Kita harus dengan sigap dan siap untuk melakukan intropeksi, dengan “Merenungkan seberapa besar manfaat kehidupan kita bagi sesama”,lanjutnya.

Saudara!,
Satu bulan penuh kita akan ditempa dg ragam godaan. jika kita mampu menahan godaan itu maka rasa kemanusiaan kita akan dikategorikan sbg insan yg bersih dan berhak atas tropi ‘idul fitri”ujarnya dengan suara yang menggema.

Tropi idul fitri, adalah sebuah tropi yang akan disematkan bagi mereka yang lulus selama menjalankan laku bathin ” sang ustad menyibakkan surban putih yang ia kenakan. Dan..

“Saudaraku kaum muslimin baik yang beraliran bumi datar maupun yang bulat nan terkasih!

Di bulan ini, kita juga sehatusnya untuk memulai merenungkan, dalam meraih sebuah tropi idul fitri , maka dalam Ramadhan ini tak cukup hanya sekedar basa basi CAKAP atas godaan lahiriyah yg berbentuk makanan saja, namun juga hrs mampu mewujudkan kecakapan ruhaniyah. Sehingga cakap yang kita ukir menjadikan ke CAKEPAN di bilik sunyi rohani, dan demikian juga jasmani.

Si ustadz gaul inipun menjelaskan tentang makna ramadhan dalam perspektif yang lebih luas. Ayat ayat nya pun disampaikan dalam ragam yang bisa di tangkap dengan mudah.

Didalam ramadhan kita seharusnya memfokuskan pada salam.perdamaian, sebagai rasa pengisi jiwa rohani . Damaikanlah yang bertikai, bukan malah mendorong pertikaian,

انما المومنون اخوه فاصلحوا بين اخويكم واتقوا الله لعلكم ترحمون

Artinya:
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

Untuk itu saudara, “jika tahun kemarin kita lulus atas godaan lahiriyah dg menekan nafsu makan dan konco-konconya, setidaknya tahun ini, harus meningkat tajam dengan nafsu lain termasuk nafsu membeli barang ketika mendekati tropi ‘idul fitri, lebih lebih nafsu syahwat ruhani “tandas sang ustadz dengan kalimat sedikit menukik.

Nafsu memaki, nafsu obral janji, nafsu obral selfi tanpa bukti, mencaci maki sesama, menghardik , mengumpat , adu argumen yang gak penting , menabur kebencian seperti di arena PILPRES , harus di hentikan dan di delede dalam rohani dan lebih lebih jasmani yang berbentuk MULUT ” tandas sang ustadz agak berapi api.

Bukankah Tuhan kita telah memberi rambu rambu di dalam ayat ayat suci kita?

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Saya melihat dengan jelas, dewasa ini ada Saudara kita yang dengan gampang mengobral sertifikat TAKFIR pada sesama muslim tanpa memhami esensi dampak lebel itu. Atau bahkan terlalu over rasanya jika, seakan surga sdh menjadi hak paten kelompoknya, sementara yang lain dianggap kafir, musrik, bid’ah dan atau sebutan yg lbh dari itu” , dan ini menurut bathin saya , amat sangat menyiksa. Begitu gampang nya , tuduhan dan saling tuduh diantara kita. Bukan kah jika tuduhan itu tak terbukti akan menjadi taraf fitnah. Dan fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Ini kata kata Tuhan, bukan kata kata saya” suara sang ustadz agak parau. Sedetik susana di masjid hening. Sang ustadz , diam sejenak.

Dan pada hari ini, ijinkan segalanya harus kita renungkan , dan kalau bisa saling menghujat dihentikan .

Dan harapan saya, mari kita sama sama merenungkan peristiwa 11 bulan yg lalu…sudah kah kita siap menyongsong bulan yg penuh berkah yg sebentr lagi tiba??

Aku yang duduk di belakang, melirik kanan kiri, kulihat para jama’ah menunduk dan terlihat khusuk menyimak kalimat per kalimat dari sang ustadz.

Sang ustadz pun menutup dengan kata kata “maafkan dosa saya , juga kekhilafan kami . Kita songsong ramadhan dengan ceria , “marhaban ya ramadhan, Aku sangat bahagia dg kedatanganmu”ungkapnya .

Dan …alhamdulillah .