ASWAJA TEGAK BERDIRI DI NKRI, BERKAT KEGIGIHAN ULAMA

 

Oleh:Musthofa Zuhri.

 

Hari ini, aku buka buka lembaran buku, ada tulisan yang membuatku terkesima, tulisan itu berbunyi

“Agama islam akan hamcur, oleh perdebatan orang munafiq dengan mengatasnamakan al qur’an”

Sebuah kalimat yang membuat aku merenung lama. Diatas kendaraanpun masih terngiang dengan jelas, kalimat yang diungkapkan oleh sahabat Umar bin khattab, seakan menghujamkan pedang didadaku. Dan sangat relevan untuk diuraikan di beberapa tahun belakangan ini.

Beberapa kelompok islam trans yang sering menggaungkan cara cara tak elok dalam melihat sejarah. bahkan ada yang menjadi pencuri ilmu pengetahuan dari para alim kita, dengan memutar balikkan teks yang asli.

“Mereka dengan gampang dan sembrono menuduh kafir, sesat, murtad, musrik tanpa memahami esensi konteks dan teks kitab suci dan sabda Nabi dengan baik, pada kelompok lain.” ujar salah seorang kawan melalui WA.

Melihat situasi ini, says teringat kata kata dari pendiri NU, Hadirotusyech hasym asy’ari

“Sesungguhnya, menjelang hari ahir, akan bermumculan para pendusta. Jangan kalian tangisi agama ini jika kalian berada dalam perlindungan para ahlinya. Tangisilah agama ini, jika bukan dipahami oleh yang bukan ahlinya”

Sungguh luar biasa, ungkapan mbah Hasyim ini. Dan kuyakin, apa yang diungkapkan beliau adalah sebuah peringatan yang jelas untuk kaum aswaja agar, tetap berdiri tegak tanpa menggubris para ahli fitnah. Ahli memutar balikkan ayat ayat suci dan sabda nabi.

Adalah aswaja, sebuah potret yang sudah disebutkan oleh Nabi dalam Sabdanya

“Andai sekelompok umatku yang tidak pernah bergeser, selalu berdiri tegak diatas kebenaran, tidak dapat dicederai oleh orang yang melawan mereka, hingga datang keputusan Allah”

Aswaja beda dengan ahli fitnah, kaum ahli fitnah, lebih gampang memutar balikkan kebenaran, memungkarkan yang ma’ruf. Mereka mengajak pada kitab Allah. pada hal sedikitpun, tidak berpegang kitab suci al quran. Sanad dan sambungan yang ia terima tak berpangkal pada keshohehan.

“Hanya pemahaman yang parsial, tanpa diimbangi dengan landasan yang jelas” tandas seorang kawan.

DI indonesia, berkah para Ulama NU, Aswaja tegak berdiri. Itu sudah terbukti ratusan tahun, keharmonisan dalam berbangsa, bernegara, dan sudah tentu beragama fine fine saja.

Karena, para ulama NU paham betul, tentang bagaimana berdakwah di republik ini.
Yang penting Islam mampu menyeruak dibumi pertiwi, dengan konsep ta’awun. Tawazun, tawasuth dan i’tidal.

Komite hijaz adalah bukti bahwa penyelamatan situs sejarah penting yang telah msnjadi ancaman besar bagi eksistensi kesejarahan agama yg hanif ini. Dan itu fakta. Peran Nu sangat nyata. Sehingga generasi selanjutnya bisa menjalankan tradisi dengan ruh islam.

Kurang lebih dari separuh penduduk NKRI adalah warga NU, dan itu menjadi modal dasar dalam mengamankan Aswaja. Dan dari jumlah yang fantastis warga NU ini, rata rata mengenyam didunia pesantren. YANG tersebar keseluruh pelosok negeri. Baik pesantren besar, maupun kecil. Baik dikota, maupun dikampung kampung. Dengan mayoritas mengenyam di pesantren inilah, NU ditakuti oleh pihak wahabi. Juga dijadikan kekalutan bagi Islam impor, islam radikal yang sukanya bakar bakar.

Dalam posisi yang demikian inilah seharusnya, memahami gerakan Banser dan Ansor yang menghadang lajunya kelompok pengusung khilafah. Karena baik Ansor dan Banser merasa perlu utk menjaga stabilitas yang dicanangkan oleh para ulma. Sehingga aswaja dan NKRI menjadi tetap berjalan sesuai pedoman para ulama dan para pendiri bangsa ini.

Selamat ber harlah pemuda NU ( ANSOR,)ke 88 . Jangan pernah berhenti untuk menyuarakan perdamaian dan jangan pernah gentar dengan caci maki mereka yang khilaf di bumi Pertiwi ini karena lellahmu itu lillah