PUASA MEREKA YANG SIA-SIA

Oleh : Musthofa Zuhri
(Kamad MTsN 8 Jember).

Bukan tidak hanya sekedar menahan lapar dan nafsu semata, namun lebih dari itu. Orang yang berpuasa harus mampu menjadikan dirinya memiliki kualitas dibandingkan sebelum dan sesudah ia berpuasa.

 

Dengan menata hati dan pikiran sejernih mungkin, orang yang berpuasa sayogyanya mampu mewujudkan kedamaian hati di bulan suci ramadhan ini. Tidakkah kita mencerna secara mendalam maksud salah satu hadist berikut ini, “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga, (HR. Ath-Thobroniy).”

Dalam hadist tersebut, kedudukan orang yang berpuasa secara tidak langsung disindir dalam menjalankan ibadah puasanya. Jika berpuasa tanpa didasari dengan hati yang tulus, dan niat semata-semata mengharap ridho Allah SWT, tentu kita akan menjadi bagian orang-orang yang disindir dalam hadist tersebut.

Satu hal yang tak kalah penting, terkadang setiap porang sudah meninggalkan perkara yang membatalkan puasa, namun sangat sulit baginya untuk meninggalkan omongan atau membicarakan sesuatu atau membicarakan aib keluarga saudaranya. Maka, kita pun kembali disindir dengan salah satu hadist nabi Muhammad SAW.

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari ),”

Sederhana namun bisa berakibat fatal. Mereka yang berpuasa namun sulit menahan amarah dan perkataannya, maka baginya tidak lain hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja.
Puasa ramadhan harus menjadi cermin yang mampu membedah keseluruhan borok kita.

Telepas perkara kebaikan yang pernah kita lakukan. Karena semua yang laksanakan tak ubahnya adalah sebuah pengharapan ridho Allah SWT, tuhan keseluruhan alam. (*)