Di Jogja Banyak Laporan Pengemudi Becak Motor Tipu Wisatawan

Yogyakarta- menaramadinah.com-Kembali wisatawan merasa kurang nyaman sama tukang becak. yang sedang jalan-jalan di Malioboro, Yogyakarta.

Kini wisatawan menyampaikan soal ongkos naik becak motor yang tak sesuai kesepakatan.

Bermul dar unggahan akun Puji Setyorini yang viral di media sosial pada Minggu, 17 April 2022. Dia menceritakan nasib temannya saat berlibur di Yogyakarta.

“Temannya itu merasa ditipu oleh pengemudi becak motor di kawasan Malioboro pada Ramadan ini. Berjalan menuju penginapan di sekitar Malioboro, dia ditawari naik becak,” tulisnya.

Teman Puji itu tertarik karena pengemudi becak motor mengatakan tarif keliling Malioboro hanya Rp 20 ribu. Namun yang terjadi, pengemudi becak justru membawa wisatawan tadi ke pusat oleh-oleh yang harganya cukup mahal. Tidak ada perjalanan keliling Malioboro.

Wisatawan tersebut minta supaya pengemudi becak kembali ke kesepakatan semula, yakni mengantarnya berkeliling Malioboro tanpa membeli oleh-oleh yang memang tidak ada dalam rencana.

“Saat turun di dekat penginapan, teman saya kaget karena tarif becak itu naik dari Rp 20 ribu menjadi Rp 80 ribu,” demikian tertulis di akun Puji. “Kalau tidak mau bayar, dia (tukang becak) mengancam memanggil teman-temannya.”

Penulis cerita di akun tersebut menambahkan, tidak masalah dengan jumlah uangnya, melainkan pengemudi becak motor yang tidak jujur membuat dia sangat kecewa. “Kenapa tidak bilang sejak awal kalau tarifnya Rp 80 ribu,” kata dia.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, pengemudi becak motor paling banyak dilaporkan oleh wisatawan ketimbang becak manual.

Mereka kerap memberikan imimg-iming tarif murah untuk berkeliling, namun yang terjadi adalah mengajak wisatawan ke pusat oleh-oleh, seperti yang dialami oleh teman warganet dengan akun Puji tadi.

Menurut Heroe, petugas sudah memanggil pengemudi becak motor itu pada Sabtu, 16 April 2022. “Dia sudah diultimatum, jika masih melakukan praktik merugikan seperti itu, maka harus keluar dari kawasan Malioboro dan tidak boleh beroperasi di wilayah Kota Yogyakarta,” kata dia.

Heroe mengakui praktik menipu wisatawan dengan kedok tarif murah, kemudian mengarahkan mereka agar membeli sesuatu di pusat oleh-oleh bukan barang baru. Padahal, menurut Heroe, semua komunitas sudah berjanji tidak lagi memperlakukan wisatawan sebagai orang yang wajib membeli oleh-oleh di toko tertentu.

Heroe melanjutkan, masih banyak pengemudi becak dan andong yang memberikan pelayanan baik. Begitu juga dengan toko oleh-oleh yang sudah menjadi langganan para wisatawan karena pelayanannya bagus dan produknya cocok dengan selera banyak orang. Persoalan seperti ini, kata Heroe Poerwadi, membuat pengemudi becak, andong, dan pedagang oleh-oleh yang baik jadi terimbas.

Husnu Mufid