Sejarah Perkembangan Hadits

Oleh : Yahya Aziz.
Kamis 14 April 2022 pukul 10.00-12.30 wib kami memberi kuliah studi hadits pada pertemuan ke 6 dengan DARING, kelas A program studi PIAUD FTK UINSA.
Yang presentasi pada diskusi ini adalah :
1. Juwita Nathasa
2. Erlinda Nur R
3. Ifta Hasniah N
4. Lia Indriani.

 

Materi yang disampaikan adalah “Sejarah Perkembangan Hadits”
Materi ini membahas sejarah perkembangan hadits dibagi 7 periode, yaitu :
1. Periode Pertama : Perkembangan Hadits Pada Masa Rasulullah Saw. Pada masa ini disebut juga “Ashr Alwahyu Wa Tadwin” yaitu masa turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat Islam.

Pada masa hadits lahir berupa sabda, ucapan dan tindakan serta ketetapan langsung dari Nabi.

Nabi yang berfungsi menerangkan langsung berupa wahyu AL-qur’an dan Hadits kepada umat Islam, tujuan nya membentuk masyarakat yang bekeradaban.
2. Periode kedua hadits pada masa Khulafaur Rasyidin yaitu tahun 11 H – 40 H.
Periode ini disebut ‘Attasabut Wa Iqlal Riwayat” yaitu : masa membatasi dan menyedikitkan riwayat.

Pada masa Khalifah Umar dan Abu bakar untuk membatasi periwayatan hadits, lebih fokus kepada penyebaran Al-Qur’an.
Pada masa Khalifah Umar inilah ada gagasan untuk pembukuan hadits, tetapi setelah istikhoroh beliau membatalkannya.
3. Periode Masa Sahabat kecil & Tabiin.
Periode ini disebut “Ashr Intisyar AlRiwayah ila Amashr” ( masa berkembang dan meluasnya periwayatan hadits)
Pada masa ini, penyebaran agama Islam sudah meluas :
A. Syam
B. Iraq
C. Mesir
D. Pada tahun ke 93 H sampai ke Asbania (Spanyol).
Pada masa ini juga muncul lembaga central pengembangan hadits di berbagai daerah di seluruh negeri.
Di antara sahabat yang banyak menerima, menghafal, mengembangkan dan meriwayatkan hadits adalah :
A. Abu Hurairah meriwayatkan 5374 hadits
B. Abdullah bin Umar meriwayatkan 2630 hadits
C. Aisyah, istri Rasulullah saw meriwayatkan 2276 hadits
D. Abdullah bin Abbas meriwayatkan 1660 hadits
E. Jabir bin Abdullah meriwayatkan 1540 hadits
F. Abu Sa’id Al Khudri meriwayatkan 1170 hadits.
Dari masa pusat pusat pendidikan lembaga hadits di Madinah, Mekkah, Bashrah, Syam dan Mesir.

Pada masa ini juga muncul usaha PEMALSUAN DOKUMEN HADITS, yang dilakukan oleh orang orang yang tidak bertanggungjawab.
Kejadian ini setelah wafatnya sayyidina Ali bin Abi Thalib, maka muncullah golongan Syi’ah, Khawarij, dan Muawiyah.
4. Periode keempat, periode perkembangan hadits pada abad 2 dan 3 Hijriah.
Periode ini disebut “Ashr Alkitabah Wa Tadwin” (masa penulisan dan pembukuan).
Penulisan dan pembukuan secara resmi ada di zaman Rasulullah tapi bersifat perorangan.

Masa pembukuan resmi dimulai pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz tahun 101 H.

Tujuan pembukuan ini kekhawatiran beliau hadits hadits yang asli dari perawinya yang langsung dari Rasulullah Saw akan lenyap di muka bumi ini.

Jaringan pembukuan hadits ini, Khalifah mengirimkan surat surat kepada gubernur yang ada di bawah kekuasaannya untuk membukukan hadits.
5. Periode ke lima: masa Men – tashihkan hadits dan penyusunan kaidah kaidah nya.
Di abad ketiga inilah PUNCAK USAHA PEMBUKUAN HADITS.

Pada masa ini ada kemauan yang kuat untuk menghafal, mengumpulkan dan meriwayatkan hadits secara total, gembira, semangat dan meningkat.

Tokoh tokoh Hadits muncul pada masa ini : Muhammad Ibnu Jarir Atthobari, Ahmad, Bukhari, Muslim, Annasai, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dll”
6. Periode keenam : dari abad 6 hingga tahun 656 H.

Pada masa ini, ulama ulama hadits yang muncul abad ke 2 dan ke 3 digelari MUTAQODDIMIIN, setelah abad ke 3, bangkitlah pujangga hadits abad ke 4, mereka digelari MUTAAKHKHIRIIN.

Diantara usaha usaha ulama hadits yang terpenting pada periode ini adalah :
A. Mengumpulkan hadits hadits Bukhari Muslim, diantaranya adalah Aljami Bain Sakhikhain oleh Ismail Ibn Ahmad.
B. Mengumpulkan hadits hadits dalam kitab enam, diantaranya adalah Aljami’ oleh Abdul Haq Ibn Abdur Rahman Adu sibli.
7. Periode ke tujuh (656 H – sekarang )
Tokoh tokoh hadits pada masa ini yaitu :
Adzdzahabi (748 H), Ibnu Hajar Alasqolani (825 H).

Pada masa masa ini juga muncul madrasah madrasah hadits di Madinah, Mekkah, Yaman, Kuffah, Bashrah, Syam dan Mesir.
Barakallah, semoga bermanfaat.
“Penulis Dosen FTK UINSA, Penulis buku Taubatnya Peselingkuh, Kolumnis Menara Madinah Com”