Lamongan-Menaramadinah. com. Sebagai tempat tujuan destinasi wisata terakhir rombongan Studi Wisata 2022, siswa Smankar ingin mengabadikan segala kenangan terindahnya di Desa Adat Panglipuran, sehingga sore itu benar-benar menjadi best moment happy ending.
Dalam catatan posmonews. com yang beberapa kali berkunjung di desa adat Bali Aga, Desa Adat Panglipuran di Bangli inilah yang mudah dijangkau untuk dikunjungi.
Dua desa lainnya yakni desa adat Tenganan Pageringsingan dan Trunyan cukup sulit dijangkau dengan kendaraan bus besar. Sedangkan untuk ke Trunyan harus naik speetboot dan menteberangi Danau Batur.
Jadi pilihan untuk mengunjungi desa Panglipuran sangat tepat karena untuk kemudahan transportasi menuju desa yang konon dijuluki desa terbersih nomor dua sedunia itu.
Meski dalam perjalanan ke sana terhadang hujan, namun sesampai di Panglipuran air langit itu pun terhenti, reda, dan cuaca sore yang sejuk itu menyambut siswa-siswi Smankar untuk bisa berjalan-jalan ke seluruh penjuru desa.
Ketika memasuki desa Penglipuran, kita akan melihat sebuah jalan yang membelah pemukiman masyarakat setempat menjadi dua bagian. Pada setiap rumah adat di desa tersebut memiliki bangunan tradisionalnya masing-masing yang terbuat dari bambu. Luas tanah untuk setiap rumah adat juga sama. Pintu depan (angkul-angkul) rumah adat beratapkan bambu, serta pintu dan pagar halaman yang masih berbahan tanah. Setiap angkul-angkul, berisi nama dari pemilik rumah tersebut. Desa Penglipuran yang memiliki luas sekitar 112 Hektar terdiri dari pemukiman penduduk, hutan bambu, sekolah, tempat parkir, dan fasilitas umum lainnya.
Di jalan utama itulah para siswa mengabadikan moment dengan berfoto, dan video bersama dengan dihandel oleh kru travel berpengalaman. Dengan berbagai gaya, dan actionnya. Tak luput juga para guru pendamping ikut larut di sesi pamer wajah ini.
Di sisi lain para pendamping yang dimotori Pak Inul, Pak Suud, Pak Huda, Pak Haji Akhiat dan Bu Nurwati cs, meluangkan waktu masuk ke rumah warga. Mereka ternyata asyik berpesta makan duren khas Panglipuran.
Sedangkan Pak Haji Akhiat justru tertarik dengan kuliner khas di desa adat itu yakni loloh cemcem. Minuman khas yang terbuat dari daun cemcem atau daun kloncing yang berkhasiat untuk melancarkan pencernaan. Minuman ini juga dibuat secara tradisional dan dijamin tidak menggunakan pengawet atau pemanis buatan.
Tidak terasa sore itu begitu cepat berlari hingga rembang petang senja pun menandai akhir kunjungan di Panglipuran. Semua rombongan Smankar yang telah mengeksplor waktunya di Studi Wisata 2022 itu tentu memiliki kesan terbaik, dan bisa dijadikan pembelajaran, sekaligus pengalaman berharga. Kelak hal tersebut bisa diceritakan pada teman, sahabat ataupun keluarga.
*DANAR SP*