Oleh : Saefullah Azhari
Rasulullah bersabda :
إنما بعثت لاثمم مكارم الأخلاق
“Aku diutus di dunia ini untuk menyempurnakan akhlak”
Hadits di atas pendek singkat padat mencakup seluruh aspek kehidupan. Solusi problem kehidupan adalah akhlak. Masalah ekonomi kalau yang dikedepankan AKHLAQ, maka tidak ada praktek riba. Masalah kemanusiaan kalau landasannya AKHLAQ maka tidak ada saling fitnah dan caci maki. Masalah pendidikan kalau benar benar sumbernya AKHLAQUL KARIMAH maka tidak ada bocor soal, jual beli nilai, suap menyuap jabatan kepala sekolah dan siswa tidak akan pernah murid membunuh gurunya.
Tidak ada demo mahasiswa ke dosennya
Bangsa Indonesia sudah mengalami krisis akhlaq. Banyak sarjana hilang tanggung jawab keilmuannya “MASULIYATUL ILMI”, ilmunya hanya di otak, hatinya belum berilmu. Maka lembaga pendidikan kita hanya melahirkan orang PINTER tapi gak BENAR.
Sarjana hukum banyak, tapi sarjana hukum yang dihukum juga banyak. Ada polisi tapi disidik, ada jaksa tapi dituntut, ada hansip ditangkap dan ada satpam tapi diamankan. Begitulah kata almarhum KH. Hasyim Muzadi mantan ketua umum PBNU.
Menarik mutiara hikmah KH. Hasan Abdullah Sahal :
“Banyak orang bertitel tapi tidak berkualitas
Banyak orang berkualitas tapi tidak bertitel
Jadilah orang yang bertitel dan berkualitas”
Saya yakin maksud berkualitas itu adalah kualitas ILMU, IMAN dan AMAL SHOLIH.
Semakin tinggi gelar seseorang seharusnya semakin tinggi pula ilmu, iman dan amal sholihnya.
Jika Anda sarjana S 1, maka kualitas ibadah dan keikhlasan Anda juga setara S 1. Apalagi juga Anda bergelar S 2 apalagi S 3. Maka kualitas Akhlaq, ibadah dan keikhlasan lebih meningkat. Semoga…
Tanda Tanda Tanggung jawab nilai nilai akhlak pada seorang siswa siswi SD-SMA, dan mahasiswa di Perguruan Tinggi adalah :
1. Semakin tinggi gelar seseorang semakin tawadlu’ terhadap sesama.
2. Semakin tinggi gelar seseorang semakin tinggi pula akhlak prilakunya.
3. Semakin tinggi gelar seseorang semakin tinggi pula kadar keikhlasannya.
4. Semakin tinggi gelar seseorang semakin banyak dzikir kepada Dzat yang punya ilmu.
5. Semakin tinggi gelar seseorang semakin takut untuk berbuat maksiat.
6. Semakin tinggi gelar seseorang semakin takut berbuat dosa dan merasa diawasi Allah swt.
7. Semakin tinggi gelar seseorang semakin tinggi pula selalu mencari hidayah Allah swt.
8. Semakin tinggi gelar seseorang semakin tinggi pula tahu karakter orang dan kalau bicara mudah dipahami lawan bicaranya.
9. Semakin tinggi gelar seseorang, maka tidak mudah untuk menyalahkan orang lain. Dan punya rasa malu mencaci menghina terhadap sesama.
10. Semakin tinggi gelar seseorang, semakin bermanfaat ilmunya di masyarakat.
Kesepuluh ( 10 ) poin di atas, inilah terjemahan dari hadits nabi :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
من أزداد علما ولم يزدد هدى لم يزدد من الله إلا بعدا
“Siapa yang bertambah ilmunya namun hidayah tidak berrtambah kepadanya maka ia akan semakin jauh dari Allah”
اللهم إني أعوذ بك من علم لا ينفع
“Wahai Allah aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat”
Solusi praktis mengatasi segala problematika kehidupan saat ini adalah meneladani akhlak luhur Rasullullah oleh Allah diberi MUKJIZAT dan akhlaq para Wali dan tokoh tokoh sufi yang diberi oleh Allah KAROMAH, begitu pendapat Mahjudin dalam bukunya berjudul : “Akhlak Tasawuf Mukjizat Nabi, Karomah Wali & Makrifat Sufi” hal 1-56 yang diterbitkan oleh Kalam Mulia Jakarta 2009.
Semoga para lulusan mahasiswa mahasiswi UINSA mempunyai Akhlak luhur mulia dan ilmunya bermanfaat di masyarakat. Aamiin
Tulisan sederhana, semoga manfaat aja.
Barakallah….!
“Dosen Akhlak Tasawuf PBA FTK UINSA Sidoarjo Pembaca Setia Menara Madinah com”