Tape Butut

Catatan Aekanu Hariyono.

Dari namanya saja sudah sangat menggelitik apalagi mencicipi rasanya.
Jika anda pemburu kuliner Osing “tempo doeloe” pasti sangat kenal dengan rasa khas dari tape buntut ini.
Lho tape kok ada buntutnya?
Tape ini terbuat dari fermentasi beras ketan pilihan dengan pewarna kehijau-hijauan dari daun lengkuas. Kemudian dibungkus dengan daun kemiri yang masih ada tangkainya, inilah yang menyebabkan tape ini seperti ada gagang buntutnya, mudah untuk dibawanya.
Tape dibuat dan dibungkus pada hari Jumat dan dijual pada hari Minggu di pasar kuliner Osing desa Kemiren pada jam 06:00 – 10:00 pagi.
Tape didiamkan selama 3 hari dengan tingkat kematangan fermentasi sangat sempurna menghasilkan rasa tape yang khas dengan tanpa bahan kimia.
Rohaniyah warga desa Kemiren cukup piawai sudah bertahun-tahun membuat tape buntut ini, ia juga sering menerima pesanan. Bahkan tape buntut buatannya sudah ada pesanan yang dikirim ke luar negeri.
Dia menjual tape buntut berpasangan disantap bersama “kethot” (jadah terbuat dari beras ketan yang gurih rasanya).
“Perpaduan makan tape buntut dan kethot ini sudah menjadi kudapan istimewa turun-temurun di desa Kemiren ini”, ucap Rohaniah.

Ayo tunggu apalagi… nikmati manisnya tape buntut berpadu dengan lezat gurihnya kethot khas Kemiren, sangat pas juga untuk oleh2..

(By Aekanu – Kiling Osing Banyuwangi)