Udheng dan Sarung Batik Motif Gajah Oleng

Catatan Aekanu Hariyono.

Ada beberapa lembar koleksiku udheng (ikat kepala) dan sarung batik bermotifkan Gajah Oling dari beberapa pengrajin pula.
Seseorang penasaran dan bertanya kepadaku tentang makna filosofi yang tampak pada ornamen hias utama dan isèn2nya.
“Dari namanya kita dapat mengetahui bahwa motif batik ini dalam penciptaannya mendapat ide dari binatang. Banyak pendapat pembatik dan perajin yang berbeda tentang arti dari Gajah Oling ini. Perajin batik saat ini tidak semuanya memahami arti yang berbeda dengan perajin terdahulu, karena mereka tidak mencipta tetapi meneruskan yang telah ada, begitu pula dengan pembatik yang ada. Batik motif Gajah Oling ornamen hias pokoknya adalah stilir dari belalai Gajah dan melingkar seperti Oling ke arah kiri. Kemudiam bungga manggar, bunga melati dan daun dilem.
Pada perkembangan selanjutnya, perajin kadang mengganti unsur-unsur yang ada, dengan menambah unsur pengisi bidang tanpa meninggalkan ornamen pokoknya yaitu Gajah Oling. Batik motif Gajah Oling yang dahulu hanya berwarna hitam kecoklatan dengan latar putih yang bermakna sakral. Kini motif Gajah Oling telah menjadi beraneka ragam atau berwarna-warni yang bermakna profan. Oling atau sidat adalah hewan sejenis belut yang bentuknya panjang dan besar.
Ada beberapa kepercayaan bahwa hewan ini oleh masyarakat Banyuwangi digunakan sebagai tumbal pada masing-masing desa, dengan ditanam di dalam tanah.
Batik motif Gajah Oling berhubungan dengan gambaran perputaran hidup cokro manggilingan perputarannya mengacu seperti pada gerak ritual Seblang yang berputar berlawanan jarum jam atau prasawya, juga seperti gerak dalam thowaf yang mengacu pada arah Ketuhanan.
Menurut Prof Jacob Sumarjo gerak berlawanan jarum jam adalah gerak menurun, gerakan dari sakral ke profan yang bisa diinterpretasikan sebagai media agar berkah Tuhan duturunkan kepada manusia.
Gajah adalah hewan besar, sementara Oling dianalogikan sebagai “eling” atau ingat, jadi Gajah Oling dimaknai sebagai pesan agar ingat kepada yang maha agung yaitu Tuhan YME.
Bunga manggar adalah bakal buahnya kelapa mengingatkan kita agar jadilah manusia seperti pohon kelapa di mana semua bagiannya bisa bermanfaat bagi makhluk hidup.
Bunga melati sebagai lambang kejujuran, ketulusan, putih suci mengedepankan kesabaran untuk mencapai kebenaran.
Daun dilem ini daunnya berbau harum baik ketika masih hijau maupun sudah mengering. Jadilah manusia yang berbudi luhur, jujur, dermawan dan harum jasa-jasanya yang dikenang baik semasa masih hidup maupun ketika sudah meninggal”.

Nah mengapa aku biasa memberikan souvenir kepada tamu baik saat di dalam maupun luar negeri dengan selembar kain sederhana bermotifkan Gajah Oling.

Semoga bermanfaat.

(By Aekanu – Kiling Osing Banyuwangi)