Mbah Sum Yang Hebat

Pagi ini aku berkunjung ke rumah Mbah Sum, seketika mata nanarku terbelalak hatikupun begitu bangga saat melihat Mbah Sum yang sudah makin tua (92 tahun) dengan tanpa kaca mata, tangan keriputnya masih fokus menggoreskan lilin panas di permukaan kain putih motif latar uter atau moto pitik. Berikut ini kisahnya :

“Alhamdulillah sehat nggih Mbah?”, tanyaku kepada Mbah Sum.
“Nek kulo mèndel malah kraos sakit sedoyo Pak /Kalau saya diam malah rasanya sakit semua Pak”, ucap Mbah Sum penuh semangat sambil menerima bungkusan nasi soto kesukaannya.

Mbah Sum tampak makin ceria ketika aku tunjukkan sarung batik yang ku pakai juga batik tulis buatannya.

Siang hari di Omah Kopi Telemung, Imam Coffee segera membuatkan kopi kesukaanku.

Sambil ngobrol budaya tak sadar aku habiskan dua cangkir kopi Ekselsa tubruk dan kopi blend capucino yang rasanya sungguh mantap bersanding tahu walik dan kentang serta pisang goreng yang masih hangat.

Kembali berbicara tentang motif batik yang tampak pada selembar syal merah yang aku berikan kepada wanita muda hebat aktivis kemanusiaan Yati Andriyani, ia pun merasa nyaman memakainya sesudah tahu makna filosofinya.

Batik motif Gajah Oling ornamen hias pokok nya adalah stilir dari belalai gajah dan melingkar seperti oling ke arah kiri.

Kemudiam manggar (bunga kelapa), bunga melati dan daun dilem. Batik motif Gajah Oling berhubungan dengan gambaran perputaran hidup cokro manggilingan perputarannya mengacu pada gerak ritual

Seblang yang berputar berlawanan jarum jam atau prasawya, juga seperti gerak dalam thowaf yang mengacu pada arah Ketuhanan.

Menurut Prof Jacob Sumarjo gerak berlawanan jarum jam adalah gerakan dari sakral ke profan yang bisa diinterpretasikan sebagai media agar berkah Tuhan diturunkan kepada manusia.

Gajah adalah hewan besar, sementara Oling(sejenis belut) dianalogikan sebagai “eling” atau ingat, jadi Gajah Oling dimaknai sebagai pesan agar selalu ingat kepada yang maha agung yaitu Tuhan YME.

Bunga manggar adalah bakal buahnya kelapa mengingatkan kita agar jadilah manusia seperti pohon kelapa di mana semua bagiannya bisa bermanfaat bagi makhluk hidup.Bunga melati sebagai lambang kejujuran, ketulusan, putih suci mengedepankan kesabaran untuk mencapai kebenaran.

Daun dilem ini daunnya berbau harum baik ketika masih hijau maupun sudah mengering. Jadilah manusia yang berbudi luhur, jujur, dermawan dan harum jasa-jasanya yang dikenang baik semasa masih hidup maupun ketika sudah meninggal.

Malam harinya udara dingin pedesaan terasa hangat dari energi suara dan gerak tubuh Gandrung Temu yang menginjak usia 70 tahun ini sungguh memukau para penggemar beratnya.
Mak Temuk tampil energik mengimbangi dua gandrung muda asuhannya Lusi dan Icha.
Mak Temuk dengan penuh komitmen untuk melestarikan seni tradisi leluhurnya itu yang membuatnya tampil selalu menarik, ia harus menjaga stamina untuk menari dan menyanyi semalam suntuk, mulai episode jejer – repen dan paju, suara-performa serta ekspresi terbaik nya harus tetap terjaga.

Hari ini Sabtu 8/1/2022 sungguh istimewa karena aku bertemu WANITA WANITA HEBAT.

(By Aekanu – Kiling Osing Banyuwangi)