Teladan Pesantren Aljihad Menyambut Tahun Baru Masehi 2022

Oleh: Rizka Yustisia Putri Islami.


Pondok pesantren Aljihad memperingati tahun baru Masehi 01-01 2022 dengan cara yang berbeda. Mungkin ini bisa menjadi contoh bagi lembaga pendidikan yang lain.

Malam tahun baru jumat malam sabttu 31-12-2021 ba’da isya diadakan acara do’a muhasabah diri bersama sama para santri, santriwati anak anak yatim-piatu, dewan asatidz dan masyarakat sekitar Jemur Wonosari.

Acara diawali dengan pembukaan, pembacaan sholawat, dzikir bersama dan do’a. Dan acara selanjutnya adalah santunan dari pengasuh pondok KH Imam Khambali untuk semua santri dan ramah tamah makan bersama sama.

Sabtu pagi juga Istiqomah diadakan pengajian panguripan oleh pengasuh dan Sabtu malam nanti para santri santriwati, anak anak yatim-piatu ramah tamah dengan bakar bakar ikan untuk dimakan bersama sama.

Suasana ceria penuh kekeluargaan inilah yang menyebabkan sebagian para santri santriwati enggan untuk pulang ke rumahnya.

Dunia kini baru saja melewati pergantian tahun yang disebut dengan pergantian tahun masehi. Jika melihat tradisi pergantian tahun masehi di pondok pesantren mahasiswa al jihad dari tahun ke tahun, maka polanya bisa dikatakan selalu cenderung menuju ke sisi yang positif. Memang sudah sepantasnya kita sebagai santri yang bernotaben Islam melaksanakan aktivitas-aktivitas yang positif.

Lalu, kira-kira apa yang perlu kita lakukan ketika tahun baru?

Ada lima dimensi yang dapat dilakukan di tahun baru masehi 2022 ini, yaitu :
1) muhasabah diri.
2) optimis dalam menghadapi tahun baru. 3) menghargai waktu sebaik mungkin.
4) selalu mencari Allah Swt.
5) dan memiliki cita-cita yang mulia.

Dimensi pertama muhasabah, pada dasarnya makna kita merayakan tahun baru masehi ini bukanlah untuk melihat pesta kembang api, suara terompet, atau yang lainnya. Tetapi akan lebih baik jika momen seperti ini dijadikan sarana untuk berintropeksi dan bercermin pada diri sendiri, apakah sudah bagus kepribadian dan amal perbuatan di tahun yang telah lalu? Sehingga timbul kesadaran bahwa mulai sekarang di tahun yang baru ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki diri.

Apabila lebih banyak nilai kebaikan maka kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung, sebaliknya jika lebih banyak melakukan kesalahan maka kita termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi. Perintah munasabah atau introspeksi diri ini juga telah menjadi perintah Allah Swt. kepada hamba-Nya, seperti yang tertuang dalam surat Al-Hasyr ayat 18 : “waltanzur nafsum ma qaddamat ligadin” yang artinya “dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok”.

Dimensi yang kedua, selalu optimis dalam menghadapi tahun baru. Menunggu detik-detik waktu pergantian tahun baru, kebanyakan manusia dipenjuru dunia umumnya begadang semalam demi merayakan pergantian tahun baru, sehingga banyak juga tentunya dari kalangan umat muslim yang lupa atau bahkan berpura-pura lupa untuk melaksanakan ibadah sholat wajib lima waktu dengan berbagai alasan. Dan tak sedikit pula, tidak mengerjakan sholat subuh dikarenakan terlelap tidur nyenyak tanpa merasa berdosa meninggalkan kewajiban yang telah ditentukan oleh Allah Swt. hal ini sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Oleh karena itu, dalam menghadapi tahun baru 2022 ini, perlu merubah diri kita dengan sikap-sikap yang optimis, seperti semangat beribadah baik yang wajib maupun Sunnah, Selalu berfikir positif thinking terhadap sesama, melenyapkan diri dari sifat iri dengki hasud, menuju sifat ikhlas,sabar & syukur, serta Selalu mencari hidayah setiap saat.

Dimensi yang ketiga, menghargai waktu sebaik mungkin. Waktu sangatlah penting dalam kehidupan kita sehari-hari, karena waktu adalah sebuah misteri kehidupan, dimana waktu yang telah berlalu tidak akan pernah dapat diputar kembali lagi. “Al Waqtu Anfas Laa Ta’ud” artinya, “Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.” Maka dari itu, marilah kita memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana sabtu Nabi Saw. yang artinya: “Beramallah kamu untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya, dan beramallah kamu untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok.” (H.R. Baihaqi ).

Tentunya kita sebagai umat muslim memiliki aktivitas-aktivitas yang mana semua itu di atur dalam suatu waktu atau masa. Sehingga kita harus pandai dalam menghargai waktu yang dapat merealisasikan disiplin dalam kehidupan, salah satunya adalah dengan memanage waktu sebaik mungkin. Karena kita semua tahu bahwa manusia mempunyai waktu yang sangat singkat. Imam Syafi’i pernah mendapatkan pelajaran dari orang sufi “Alwaqtu Kassaif” artinya, “waktu laksana pedang”.

Rasulullah Saw. dalam memanage waktu membagi ke dalam 3 bagian, yaitu waktu untuk Allah Swt., dimana waktu tersebut digunakan Rasulullah Saw. untuk bermesraan dengan Allah Swt. dengan bentuk beribadah kepada-Nya. Kemudian waktu untuk diri sendiri, beliau tidak hanya menggunakan waktunya untuk beribadah saja, tetapi juga ada waktu-waktu yang Rasulullah Saw. gunakan untuk istirahat, makan, menjahit baju, memperbaiki sendalnya, dan lain sebagainya, dan yang terakhir yaitu waktu untuk orang lain, dimana Rasulullah Saw. mencontohkan dalam kehidupannya, yakni dengan beliau mengalokasikan waktu untuk melayani kebutuhan masyarakat, mengajar ilmu atau berdakwah, dan lain-lain.

Dimensi yang keempat, mencari Allah Swt. memang ada berbagai acara yang dapat dilakukan oleh kaum muslim dalam mengisi perayaan tahun baru. Seperti beraktivitas dengan berkumpul di dalam masjid yang diisi dengan acara berdzikir, bersholawatan, berdoa, dan masih banyak contoh lainnya.

Untuk menemukan Allah Swt. agar meraih kebahagiaan bisa dilakukan sdengan bertasawuf. Dimana seorang hamba yang bertasawuf dapat memenuhi kepuasan hati dan menimbulkan rasa cinta yang besar terhadap Allah Swt. dengan menempuh jalan melalui zuhud dan menjauhkan diri dari dunia yang bersifat sementara untuk menghabiskan sisa umurnya disebuah tempat untuk lebih mendekatkan kecintaannya kepada Allah Swt. Tasawuf adalah salah satu ilmu perantara (wasilah) yang suci untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.Tasawuf adalah obat dari penyakit-penyakit hati dan ajarannya dapat membersihkan hati dan mensucikan ruh yang merupakan cerminan dari kehidupan rohaniyah islamiyah.

Dimensi yang terakhir yaitu memiliki cita-cita yang mulia. Di awal tahun baru ini, tentunya setiap individu memiliki angan-angan atau berkhayal untuk pandangan ke depannya. Karena dengan cita-cita seseorang akan merasa termotivasi dan memiliki harapan untuk memiliki hidup yang lebih baik yang diiringi dengan ikhtiar ataupun usaha agar kita dapat mencapai keinginan tersebut. dan perlu diketahui bahwa cita-cita yang paling mulia adalah mengakhiri hidup dengan khusnul khotimah.

Kelima dimensi diatas adalah suatu hal yang jauh lebih positif dari pada kegiatan kemeriahan yang dilakukan hanya mengejar kepuasan sementar saja. Dimana sebuah kesadaran mestinya tumbuh dari lubuk hati yang paling dalam bahwa yang dilakukan selama ini sebetulnya tak lebih hanya sekedar ikut-ikutan semata tanpa pertimbangan akan segala efeknya bagi masa depan masyarakat Muslim dan agama Islam.
“Mahasiswi FTK UINSA Asal Lamongan, sedang nyantri di Pesantren Aljihad Surabaya, Pembaca Setia Menara Madinah com”