Jatuh Bangun Shalat Berjamaah, Haji Muchlis Berpulang

 

*SIDOARJO:* Muchlish Chaliq (74 tahun) berpulang ke rahmatullah pada Jumat (12/11/2021) pukul 15.00 WIB setelah dirawat 4 hari di RSUD Sidoarjo karena gangguan saraf (parkinson). Almarhum meninggalkan seorang istri dan 3 anak, Rahmi Nurdjayanti (Emi), Lanang Maher (Alan) dan Christin (Titin).

 

Pria kelahiran Jember 29 Juli 1948 ini, semasa hidupnya dikenal sebagai sosok yang supel, punya jiwa sosial yg tinggi dan aktif sebagai takmir masjid “Al Falah” yang di kampungnya, Sawotratap, Gedangan, Sidoarjo.

Meski perjalanan karirnya di sebuah perusahaan otomotif dan alat berat mengharuskannya berpindah2 kota di Indonesia, namun ia selalu mampu membangun komunitas baru lewat kegiatan sosial di tempat tinggalnya dan lewat hobinya bermain golf.

Kota-kota besar yang pernah disinggahi almarhum saat bekerja diantaranya Surabaya, Jakarta, Balikpapan, Medan, Padang, Pekanbaru dan lain-lain. Di masa pensiun, almarhum pulang kembali ke rumah tinggalnya, jl Hayam Wuruk 2/14 Sawotratap, Gedangan, Sidoarjo.

Menurut Christin, bungsu almarhum, ayahnya telah sakit sekitar 5 tahun yg lalu karena gangguan saraf (parkinson).

“Pada 3 bulan terakhir, mengalami penurunan kesehatan tubuhnya hingga menyebabkan sering gelisah dan sulit berjalan,” katanya.

Meskipun kondisi sakit, kata Christin, ayahnya tetap ingin melakukan shalat berjamaah di Masjid Alfalah, sekitar 100 meter dari rumahnya. “Beliau berkali-kali jatuh di jalan krn ingin shalat berjamaah ke masjid. Tiba2 diantar tetangga karena jatuh di jalan,” tandasnya.

Sebulan terakhir, selalu gelisah dan merasa sedih tidak bertemu tetangga dan tidak bisa ke Masjid. Di rumah sering mondar-mandir dan sering jatuh saat mau ke kamar mandi. “Karena sudah tidak bisa berjalan lagi, keluarga sepakat untuk membawa ke rumah sakit,” ujar Emi, anak tertua almarhum.

Secara bergantian, istri almarhum –Dewi Gerilyati– dan dua anaknya, Lanang Maher dan Christin, mendampingi almarhum di rumah sakit. Christin selalu mengajak almarhum membaca Alquran, mengingatkan untuk dzikir dan kalimat tauhid saat opname di rumah sakit.

*BACA KALIMAT TAUHID*
Sehari sebelum meninggal, dokter sudah memperbolehkan almarhum pindah kamar, dari ruang HCU (sejenis ICU) ke kamar biasa, sebagai tanda adanya perkembangan kondisi yang makin membaik. Semua keluarga senang. Apalagi almarhum sudah sering bilang minta pulang.

Namun baru semalam di kamar biasa, yg berisi 3 orang, bertepatan hari Jumat Pahing, tiba-tiba almarhum mengucapkan kalimat tauhid, diiringi ucapan Allah… Allah, lalu menghembuskan nafas terakhir di depan istri yg sudah mendampinginya selama hampir 50 tahun.

“Saya kaget, saya dengar sendiri almarhum mengucapkan kalimat tauhid Lailaha Illallah, lalu diteruskan dg Allah.. Allah dan akhirnya tak bernafas lg,” ujar istri almarhum. “Saya ikhlas dan ridho, smoga ini tanda husnul khotimah”, tambahnya.

Almarhum dimakamkan di makam Islam, sekitar 100 meter dari rumah duka, pada pukul 20.00 WIB setelah disholatkan di masjid Alfalah. Banyak pengurus dan jemaah masjid serta aparat desa yg ikut memberi penghormatan terakhir kpd almarhum.

Kepala Desa Sawotratap, H Sanuri, yang ikut mensholati dan mengantarkan sampai pemakaman menyatakan ikut berbela sungkawa. “Beliau adalah tokoh masyarakat yang punya jiwa sosial yang tinggi,” ujarnya.

Ustad Maridin, imam Masjid Alfalah dan sebagai sesama pengurus takmir Masjid, juga mengakui bahwa almarhum adalah sosok yg ringan tangan dlm segala kegiatan masjid dan aktif shalat berjamaah.

M Ali Topan atau biasa dipanggil Om Tofa, rekan sejawat saat merantau di Medan juga hadir dan secara khusus turun di liang lahat. “Cak Muchlish ini orang yang baik dan relegius. Saya banyak kenangan dengannya. Saya ikut berduka yang sedalam-dalamnya,” ujarnya.

*HUSNUL KHOTIMAH*
Menantu almarhum, Ahmad Bajuri, mewakili keluarga menyampaikan pidato terakhir sblm kbrgkatan jenazah. “Apakah almarhum sebagai orang baik? Semua menjawab: Baik..!!!, terima kasih atas kesaksiannya, semoga Allah menerima kesaksian ini,” ucap Bajuri terharu.

Menurut Bajuri, husnul khotimah adalah hak prerogatif Allah. Namun dia melihat ada tanda2 bahwa almarhum husnul khotimah. “Almarhum meninggal di hari Jumat, kata Nabi SAW, Jumat adalah hari terbaik,” tegasnya.

Selain itu, kata Bajuri, almarhum telah sakit selama 5 tahun. Kata Nabi SAW, orang yang sakit itu merontokkan dosa2. Terakhir, almarhum mengucapkan kalimat Lailaha illa Allah. Kata Nabi SAW, kalimat tauhid ini adalah kunci surga.

Emi, anak sulung almarhum mengaku ada firasat saat berada di Jakarta. Seminggu sebelumnya, Emi sudah menyambangi almarhum di Sidoarjo. Setelah seminggu merawat almarhum, Emi pamit pulang ke rumahnya di Pekanbaru, Sumatra.

Namun saat ia sampai di Jakarta, pikirannya berubah. Hati kecilnya ingin kembali pulang mendampingi ayahnya di rumah sakit. Akhirnya, dia putuskan untuk kembali ke Sidoarjo dan pas saat kedatangannya itulah, almarhum menghembuskan nafas terakhir.

“Saya ikhlas, selamat jalan papa. Selamat bertemu dengan separuh rindunya, almarhumah Astrid Lazuardini (anak kedua almarhum). Papa adalah bapak yg baik, bertanggung jawab kepada keluarga, istri dan anak2nya,” ujar Emi.

Christin menulis dalam instagramnya: He is a family man, laki2 terbaik, selalu ada d sisi anak2nya utk support, gak pernah melarang, demokratis, cinta dan bertanggungjawab pada keluarga, selalu berusaha menyenangkan dan memfasilitasi anak2nya. Selamat jalan pa, take care of him now ya sis @astrilazuardhini.

“Terimakasih tak terhingga utk cinta dan sayang papa,” tulis Christin.

  1. _Selamat Jalan Bapak Haji Muchlish Chaliq, semoga Allah mengampuni kita semua dan sampai bertemu kembali di surga. Amin._ *(Qolbun Salim)*