Pidato Bung Tomo & Fatwa RESOLUSI JIHAD KH Hasyim Asy’ari

Oleh : Yahya Aziz.


Dalam rangka memperingati hari Pahlawan nasional 10 Nopember 2021 kami ziarah ke makam pahlawan Bung Tomo. Di dekat makam, ada batu prasasti yang bertuliskan Pidato Bung Tomo :

Allah Akbar… Allah Akbar… Allah Akbar……
Saudara-saudara….!
Darah pasti banyak mengalir………………
Jiwa pasti banyak akan melayang…………….
Tetapi pengorbanan kita ini tidak sia-sia saudara saudara……………….

Anak anak, cucu cucu kita dikemudian hari insha Allah akan menikmati segala apa hasil daripada perjuangan kita ini. Semboyan kita tetap :

MERDEKA atau MATI
Bung Tomo, Surabaya 10 Nopember 1945
Pidato Bung Tomo di atas adalah tex yang mendapat restu dari Hadrotus Syekh KH Hasyim Asy’ari.
Para ulama prihatin melihat kondisi bangsa Indonesia yang dijajah oleh Belanda dan Inggris.

Akhirnya diadakanlah pertemuan ulama se-Jawa dan Madura bertempat di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang.

Musyawarah dipimpin langsung oleh Hadrotus Syekh KH Hasyim Asy’ari.
Dari musyawarah ini lahirlah fatwa RESOLUSI JIHAD yang isinya adalah :

1. Para ulama sepakat bahwa para ulama dan ummatnya berkewajiban untuk membantu pemerintah yang sah di bumi pertiwi yaitu pemerintah Republik Indonesia (NKRI).
2. Bagi umat Islam yang tempat tinggalnya dibawah 96 km dari kota Surabaya mereka wajib datang ikut berperang melawan penjajah pasukan sekutu di kota Surabaya.
3. Sedangkan bagi umat Islam yang jarak rumah nya di atas 96 km dari kota Surabaya mereka tidak wajib datang ke Surabaya tetapi wajib membantu pasukan pejuang di daerah masing-masing.
4. Pejuang yang mati dalam berperang melawan penjajah dalam perang kemerdekaan layak disebut SYUHADA.
Para ulama memberitakan kepada ummat tentang fatwa jihad tersebut. Pada saat itu hubungan antara ulama dan ummatnya dekat sehingga tidak lama setelah pengumuman resolusi jihad itu, ummat Islam datang berbondong-bondong ke Surabaya untuk berperang, bahkan banyak dari mereka yang berasal dari luar Jawa Timur.

Fatwa RESOLUSI JIHAD ini kemudian digelorakan Bung Tomo sehingga berhasil membangkitkan semangat juang kalangan santri untuk melawan penjajah.
Para Kyai dan santrinya bergabung ke pasukan HIZBULLAH sebagai respon langsung atas resolusi jihad tersebut.

Tercatat dalam sejarah yang ikut berjuang untuk melawan penjajah pada 10 Nopember 1945 : KH. Wahab Hasbullah, KH. Masykur, KH Zainul Arifin, KH. KH. Mahrus Ali, KH. Abbas Cirebon.

Pasukan sekutu Belanda dan Inggris merasa tidak mampu menghadapi ribuan santri dan kyai. Perang ini juga menewaskan jendral Malabi dari penjajah. Tahukah Anda siapa yang menaruh bom di mobil perang Inggris ? Dia adalah seorang santri Tebu Ireng yang bernama Asy’ari.

Tahukah Anda siapa yang merobek bendera Belanda merah putih biru di atas hotel YAMANTO Surabaya ? ( Sekarang bernama hotel Majapahit )… dia adalah Asy’ari seorang santri yang berasal dari Madura.

Meskipun penjajah Belanda dan Inggris dengan senjata lengkap, sedangkan para kyai dan santri menggunakan senjata seadanya ( bambu runcing) tapi atas berkah doanya para ulama, Allah SWT menurunkan pertolongan Nya….. Arek arek Suroboyo menang dalam peperangan, sehingga tentara Belanda dan Inggris menderita kerugian besar.

Maka dari itu setiap tanggal 10 Nopember kemudian diperingati sebagai hari Pahlawan Nasional oleh Bangsa Indonesia….
Inilah sejarah yang harus diketahui oleh generasi muda sekarang…
Waallah’alam bisshowab….
( Ceramah Kuliah Subuh Masjid At-Taqwa Surabaya )
#Dosen FTK UINSA dan penulis buku Para Kyai Pejuang Kemerdekaan#