Mbolang Gunung Kelud : Wahyu keprabon untuk sang pemimpin

Kediri-menaramadinah.com-Setiap orang yang memimpin suatu wilayah diyakini memiliki wahyu keprabon.

Pemimpin suatu wilayah seperti kepala desa, bupati, gubernur atau presiden, yang dipilih langsung oleh rakyat, memiliki keistimewaan dibandingkan dengan pemimpin lain yang tak dipilih langsung oleh rakyat seperti menteri atau direktur suatu perusahaan.

Sebab, pemimpin wilayah ini juga berkuasa atas makrokosmos (jagat gedhe/besar) dan mikrokosmos (jagat cilik/kecil) atas wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.

Masyarakat Jawa meyakini, mereka yang menerima wahyu keprabon adalah sosok pemimpin sejati. Pemimpin sekaligus satria terpilih yang akan membawa keadilan dan kesejahteraan hidup rakyatnya.

Ada pula yang meyakini, wahyu keprabon adalah restu gaib dari para leluhur dan alam semesta. Atau semacam kepercayaan yang diberikan untuk memimpin suatu kerajaan atau negeri. Mereka yang menerima wahyu inilah yang kemudian diyakini layak menjadi seorang raja atau pemimpin.

Terminologi ini sangat lekat dalam budaya sinkretisme Jawa, di mana seorang raja tidak semata-mata berkuasa atas dunia nyata, namun juga dunia tak kasat mata alias gaib. Keduanya akan saling melegitimasi dan mengukuhkan kekuasaan seorang raja.

Dan hal yg berurusan dengan Dunia tak kasat mata atau Gaib calon pemimpin untuk meraih kekuasaannya mendadak melakukan ziarah kepada makam makam keramat pepunden khususnya ke petilasan dan Makam Leluhur yg sudah diyakini oleh masyarakat setempat dengan beberapa tradisi dan budaya untuk memperkuat keberadaannya.

Bahkan sang calon penerima Wahyu keprabon dengan power keyakinannya mendadak memperbaiki jalan, Cungkup Makam atau menganti lawon sbagai cara untuk menghargai jasa nenek moyangnya yang telah babat alas di desa atau suatu wilayah yg akan dipimpinnya nanti ,”Pungkas Mbah Lan atau mbah Suparlan 80 th sebagai Juru kunci Gunung Kelud .

Gilang Adiwidya Cht,CI
Menaramadinah.com