Pengurukan Balung Dowo Depan Musium, Akses Air Kolam Segaran Majapahit Terputus

TANGISAN MAJAPAHIT DI ULANG TAHUNNYA KE-725

Baru dilapori teman-teman aktivis budaya yang berdomisili di Trowulan tentang kondisi “KOLAM SEGARAN YANG MENGERING KERONTANG”. Padahal selama ini tidak pernah mengalami kejadian seperti ini, “Pertanda apakah ini ???”…

Menurut analisa saya dan beberapa pemerhati “Teknologi Majapahit” khususnya dibidang pengairan : Penyebab utamanya adalah KEGIATAN PENGURUGAN DAN PEMADATAN TANAH YANG BERADA DI SISI SELATAN KOLAM SEGARAN telah menyebabkan akses aliran bawah permukaan menuju kolam segaran terputus.

Resiko apa yang akan diterima sebagai konsekwensi dari perubahan lingkungan ini :

PERTAMA
Kolam Segaran diciptakan oleh kerajaan Majapahit sebagai bagian teknologi air yang dikagumi dunia. Maka dengan kerusakan sistem teknologi ini, para peniliti akan “menyayangkan kerusakan yang disengaja dan justru dilakukan oleh lembaga pemerintahan (pemerintahan desa Trowulan dan Kabupaten Mojokerto) berdalih sebagai lokasi rest area dan pasar cindera mata” di kawasan inti peradaban Majapahit yang seharusnya dijaga tata ruangnya. Mempertanyakan peran dari Bpcb Jawa Timur dalam menjaga Kawasan Cagar Budaya Nasional TROWULAN, mengingat kejadian justru didepan Museum PIM yang dikelolanya.

KEDUA
Kolam Segaran sebagai HILIR sistem air kerajaan Majapahit adalah hasil rekayasa teknologi lokal dalam mengatasi KEKERINGAN sekaligus BANJIR yag datang dari lereng pegunungan Anjasmara. Kolam ini pula digunakan sebagai pengendali distribusi air pada sistem pertanian di kawasan ibukota Majapahit. Maka dengan rusaknya ekologi rekayasa ini, masyarakat harus siap menerima konsekwensi sumur disekitarnya akan mengering dan menerima luapan banjir dari sisi selatan kawasan.

KETIGA
Berubahnya kelembaban kawasan, karena Kolam Segaran dan kanal-kanal yang ada di bekas ibukota Majapahit juga berfungsi sebagai pengendali kelembaban kawasan. Sekalipun banyak kanal yang sudah tertutup tanah diatasnya, tetapi tetap mengalirkan air pada struktur tanah porusnya berpatern pada aliran kanal kunonya. Kondensasi aliran air ini menyebabkan kawasan Trowulan sering mengalami situasi berkabut sekalipun adalah area dataran dan bukannya pegunungan. Maka dengan keringnya kolam utama sekaligus reservoar ini, saya perkirakan iklim berubah memanas dan kabut tidak lagi menjadi bagian dari Trowulan.

APA YANG HARUS KITA LAKUKAN
Pada intinya kita sebenarnya harus menjaga peninggalan peradaban Majapahit yang punya kontribusi pada lingkungan. Maka kerusakan harus dihentikan dan kondisi dipulihkan dengan membongkar urugan di sisi selatan dari Kolam Segaran serta merevitalisasi bangunan air yang berhubungan dengannya.

Pada tahun lalu 04 Mei 2017, kegiatan pengurugan sudah kami laporkan kepada Dirjen Kebudayaan RI untuk mendapat penanganan khusus. Beliau sempat mengintervensi agar urugan tersebut dihentikan. Tetapi beberapa bulan kemudian kegiatan tersebut diteruskan kembali oleh para pihak yang bernafsu untuk meningkatkan ekonomi lingkungan tetapi secara sadar justru merusak salah satu destinasi unggulan “Teknologi Peradaban Majapahit”.

Maka saya pribadi bersama aktivis Majapahit hanya bisa berdoa, semoga para pelakunya berani bertanggung jawab didepan LELUHUR dan HUKUM yang suatu saat meminta pertanggungan jawabannya. Kadang orang seperti saya dianggap bodoh dan mereka merasa lebih pintar, semoga pada saatnya nanti mereka yang merasa pintar harus berani bertanggung jawab atas perbuatannya.

Sebagai laporan kepada :

Direktur Jenderal Kebudayaan RI
Gubernur Jawa Timur
Bpcb Jawa Timur
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur
Badan Pelestari Pusaka Indonesia
Arkeologi Nasional RI
Balai Arkeologi RI

Tapak Kuntul

Koresponden MM.com