Kitab Syiir Pesisir Suroboyo Karya Kiai Moentawi

 

: ngablak pasca-jumatan Mashuri Alhamdulillah.

Hari ini terasa indah sekali. Bagaimana tidak, habis Jumatan saya mendapatkan kiriman sebuah khasanah langka: kitab syiir karya Kiai Moentawi, Nambangan, Surabaya. Saya berterima kasih setulusnya pada sang cucu, Mas Mahrus Hadi, yang berbaik hati mengirimi saya karya unik & menarik dari kakeknya, yang diberinya tajuk: Pantai Penyair, Syiir-Syiir Kiai Moentawi. Hal itu karena syiir pesisir Surabaya termasuk langka.

Lebih maknyus lagi, karena Nyonya Meneer menyuguhkan menu makan siang hari ini dengan nuansa pesisir habis. Lodeh terong plus kacang panjang, lauknya ikan laut pindang besar-besar, dan sambal kemiri yang bikin bibir mendesah sampai jauh. Alhasil, sebuah ayat dalam surat Ar-Rahman yang berupa repetisi berulang kambuh lagi di hati: nikmat mana lagi yang kau dustakan, Dul?

Meski demikian, masih tersisa PR panjang terkait dengan hadiah kitab syiir Kiai Moentawi. Pertama, melihat biografi Kiai Moentawi yang memiliki koleksi karya syiir pesisir yang melimpah, tidak hanya dalam bahasa Jawa beraksara pegon sebagaimana dalam kitab Pantai Penyair, tetapi dalam bahasa Indonesia dan Madura, tentu masih banyak karya lain yang tercecer dan belum terdokumentasi. Nah, ini butuh penelusuran lebih intensif. Kedua, melakukan kajian dengan perspektif resepsi pembaca untuk melacak kesejarahan & horison harapan syiir-syiir Surabaya sebelumnya. Ketiga, rahasia. Cie cie.

Gituh sajah. Mugi-mugi barokah.

MA
On Siwalanpanji, 2021
Ilustrasi jepretan sendiri.