Berkuda Saja

Catatan : Eko Pamuji.

Naik kuda itu memberi sensasi tersendiri. Bagi saya, naik kuda sensasinya takut, yaitu takut jika kudanya tiba-tiba lari kencang setelah saya naiki. Awalnya memang takut naik kuda itu. Pikiran saya ya hanya satu itu, takut kudanya kaget setelah saya naik kemuian lari kencang. Saya kan bisa jatuh atau terseret kuda. Lucu kan. Lucu bagi orang dan sakit bagi saya. Eh…saya tetap memutuskan naik kuda. Sekaligus Uji nyali. Yen wedi ojo wani-wani, yen wani ojo wedi-wedi.

Kata pemilik kuda di kawasan wisata Lautan Pasir Bunung Bromo (maaf namanya lupa), ada banyak teknik yang harus dikuasai supaya mampu mengendalikan kuda dan mengatur kecepatan lajunya. Perlu keahlian khusus dan latihan rutin untuk memiliki kemampuan layaknya atlet penunggang kuda. Lha saya bukan atlet kuda, pun bukan ahli kuda. Saya hanya pengagum kuda karena kekuatannya yang luar biasa. Tentu saja ini kekuatan kuda menarik dokar sebagai angkutan umum tradisional.

Bukan tanpa alasan bahwa menunggang kuda itu menjadi salah satu olahraga hits. Maka dalam olahraga ada cabang berkuda. Ternyata pula berkuda ada banyak manfaat yang bisa didapatkan. Bahkan, Katherine Blocksdorf, pakar penunggang kuda menyebutkan berkuda ini memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan fisik, mental, dan juga spiritual.

Manfaat fisiknya, berkuda mampu melatih kekuatan otot kaki, area abdomen, bahu, hingga otot punggung. Ini terjadi karena tubuh harus berada di posisi tegak saat menaiki punggung kuda. Selain itu, menggerakkan tubuh mengikuti irama kuda yang dinaiki juga harus dilakukan
Menunggang kuda bisa menjadi salah satu terapi mental yang sebaiknya dicoba. Ya, terapi mental. Ini karena berkuda mampu membuat penunggangnya belajar memahami kuda yang ditunggangi. Di sinilah penunggang kuda bisa melakukan olah mental melalui pemahaman emosi kuda.

Penunggang tidak hanya sekadar naik punggung kuda, tetapi dituntut untuk memahami emosi dari kuda yang ditunggangi.

Biasanya akan ditemukan hal-hal tak terduga yang terjadi. Sehingga penunggang dituntut untuk memutuskan sesuatu dalam waktu cepat. Kebiasaan ini dapat menjadi sebuah kebiasaan yang baik untuk kondisi mental dan melatih otak untuk memberikan reaksi yang cepat dalam mengambil keputusan.

Begitulah, menunggang kuda memang akan mendapatkan banyak kejutan. Saat itulah penunggang harus cepat membuat keputusan. Dan saya pun membuat keputusan: tetap menuggang kuda dan sebelum rute perjalanan kuda selesai, saya minta turun. Inilah keputusan terbaik buat saya. Eh, adakah yang lebih kuat dari kuda?

Pertanyaannya: sudah 7 kali purnama Drupadi tidak pulang ke kerajaan. Di mana Mpu Gandring membeli bahan baku untuk membuat keris?