Catatan Kisah Heru Amurwabhumi , Penulis Cerpen Asli Nganjuk Dengan Prestasi Nasional Dan Internasional

Nganjuk . MenaraMadinah.Com. Heru Widayanto ( nama pena Heru Amurwabhumi dan Heru Mahadewa ) adalah salah satu pendiri dan ketua dari Komunitas Pegiat Literasi Nganjuk ( Kopling) .Minggu pagi, 11 Juli 2021 , kami mengunjungi penulis cerpen produktif itu di rumah orang tuanya di Talang, Rejoso, Nganjuk .

 

Sambil menikmati lezatnya rujak dan bakso , Mas Heru ( sapaan akrab Heru Widianto) bercerita banyak hal pada kami dari media online MenaraMadinah.Com Biro Nganjuk . Apa saja kisah- kisah menariknya yang dituturkan pada kami ?

Berikut ini catatannya:
1. Heru Widianto kelahiran Nganjuk, 14 Oktober 1979 mulai nampak bakat menulisnya saat ia duduk di bangku SMP. Saat itu, guru PMPnya memberinya tugas kelompok untuk membuat kliping artikel dan berita mengenai proses integrasi Timor- Timur dalam pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI) . Kawan- kawan sekelas Heru Widianto dari grup lain banyak yang hanya copy- paste dalam menulis kata pengantar pada kliping mereka .

Namun, hal itu tidak terjadi pada kelompoknya Heru Widianto. Ia mampu menulis kata pengantar berdasarkan ide dan pemikirannya sendiri. Guru mereka tertarik dengan tulisan kata pengantar dari Heru Widianto yang disampaikan dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar serta isinya berbobot. Singkat cerita, ia akhirnya diberi kepercayaan untuk mengelola majalah dinding sekolah.

2. Kakek dari Heru Amurwabhumi ternyata adalah dalang, baik dari pihak ayah maupun ibunya. Kakek dari pihak ayahnya adalah seorang dalang dari Baleturi Prambon, sedangkan kakek dari ibunya berasal dari Rejoso. Ibu dari Heru Amurwabhumi adalah seorang sinden yang kariernya eksis sekitar tahun 1980- 1990-an. Jadi, dalam diri Heru Amurwabhumi mengalir darah seni .

3. Ada kisah menarik mengenai penggunaan nama pena Heru Amurwabhumi yang telah melekat pada dirinya . Suatu saat, penulis cerpen yang gemar mengunjungi tempat- tempat bersejarah itu mengalami kesulitan ekonomi. Lalu, ia ingin menjual salah satu koleksi wayangnya yaitu Batara Guru. Hal aneh terjadi saat ia memegang wayang Batara Guru .

Seolah-olah, wayang itu menatap tajam pada pemiliknya. Beberapa saat kemudian, teman Mas Heru yang hendak membeli wayang Batara Gurunya membatalkan rencana pembelian wayang itu dengan mengirim kabar lewat SMS.

Semenjak peristiwa itu, ia memakai nama pena Heru Mahadewa dan Heru Amurwabhumi . Karena ia juga mengidolakan tokoh Ken Arok yang bergelar Sang Amurwabhumi dimana dalam kisahnya Ken Arok menyatakan diri sebagai titisan dari Batara Guru.

4. Cerpen karya dari Heru Amurwabhumi telah beberapa dibukukan, selebihnya dimuat pula di berbagai media online dan media cetak . Disamping itu, ia telah memenangi tidak sedikit sayembara penulisan cerpen di tingkat nasional seperti ajang lomba sastra yang digelar oleh Kemendikbud RI dan Kemenparekraf RI .

Eksistensi dan prestasi penulis yang ramah dan rendah hati ini semakin melejit saat dirinya terpilih sebagai Emerging Writer dalam Ubud Writers and Readers Festival 2019 di Bali bersama empat penulis lainnya yang diliput pula oleh media massa dari luar negeri. Dalam event sastra dan budaya bertaraf internasional tersebut, Heru Amurwabhumi berhasil menjadi salah satu pemenang dengan karyanya bertitle ” Mahapralaya Bubat” yang kemudian karyanya dibukukan bersama karya pemenang lainnya dan dialih bahasakan ke dalam Bahasa Inggris.

5. Sebagai penulis asli Nganjuk, Heru Amurwabhumi tidak lupa untuk menulis cerpen ” Setangkup Kabut Untuk Everdina ” yang mengangkat kisah cinta Pahlawan Pergerakan Nasional dari Kota Angin yaitu Dokter Soetomo bersama istrinya Everdina hingga akhir hayat. Dengan cerpen yang indah dan menarik itu, Heru Mahadewa sukses menjadi juara pertama dalam Kompetisi Penulisan Cerpen Tingkat Nasional MJS Publishing . @ Bro- J