Profil Muhammad Sarmuji Politisi Mewakili Alumni Fak Ekonomi Layak Pimpin Kauje 2019

Muhammad Sarmuji, posisinya saat ini sebagai Wakil Sekjen DPP Partai Golkar sangat lekat dengan sebutan seorang aktivis. Dia adalah tokoh muda Golkar yang lahir di Surabaya, Jawa Timur, 12 November 1974. Nama lengkap Muhammad Sarmuji adalah Anggota DPR RI periode 2014-2019 dari Partai Golongan Karya. Terpilih pada usia 40 tahun dari Daerah Pemilihan (Dapil) VI.
Sarmuji terpilih menjadi anggota DPR RI pada Pemilu 2014 dari daerah pemilihan Jawa Timur VI yang meliputi Kota Blitar, Kabupaten Blitar, Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Tulungagung dengan meraih suara sebanyak 57.586 suara.
Di DPR RI, Sarmuji duduk sebagai anggota Komisi VI – Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi, UKM & BUMN, Stadarisasi Nasional. Sarmuji dipindah ke Komisi IX DPR-RI di bulan april 2015 pada pergantian komisi di Fraksi Partai Golkar.
Kemudian saat pergantian ketua DPR dilakukan lagi rotasi di tubuh fraksi golkar dan menugaskan Sarmuji di komisi XI yang membidangi keuangan dan perbankan.
. Sarmuji memulai perjalanan politiknya dengan menjadi anggota dari organisasi sayap Partai Golkar yaitu Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG). Sarmuji sempat menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jedral AMPI dari 2003-2008 dan menjadi Sekretaris Jenderal DPP AMPG dari 2010. Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Nasional (PPN) Pengurus Besar HMI periode tahun 2000 – 2002Lahir di Surabaya, Jawa Timur, Sarmuji menempuh pendidikan dari SD hingga SMA di Kota Surabaya. Setelah lulus dari SMA, ia masuk kuliah ke Universitas Jember, Jember, pada 1992. Di kampus Sarmuji masuk di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, hingga lulus pada 2000. Sarmuji melanjutkan pendidikannya di Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan meraih gelar master bidang administrasi bisnis pada 2006.
Jiwa pergerakan Sarmuji sebagai seorang aktivis sejak masih mahasiswa di Universitas Jember. Sejak masuk Fakultas Ekonomi Unej terus berkiprah di organisasi ektra mahasiswa HMI (Himpunan Mahasiswa Islam}. Menduduki jabatan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jember Komisariat Ekonomi Periode tahun 1995 – 1996. Menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jember Periode tahun 1998 – 1999. Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Nasional (PPN) Pengurus Besar HMI periode tahun 2000 – 2002
Saat menjadi Ketua Umum HMI Cabang Jember dalam periode 1998, saat itu situasi poilitik sedang mengalami perubahan besar dari Orde Baru ke Orde Reformasi yang ditandai dengan kepemimpinan dari Rejim Soeharto ke transisi presiden JB Habibie. Sangat berpengaruh pada kehidupan organisasi HMI, khususnya HMI Cabang Jember. ‘Saya lebih lama tahun periode menjabat Ketua Umum Cabang karena pengaruh situasi saat itu”, jelas Sarmuji.
Bahkan gerakan aktivis mahasiswa Jember menjadi barometer di tingkat nasional. Ada peristiwa demo mahasiswa di Alon-Alon saat itu yang sempat membawa korban jiwa ternyata juga menjadi prediksi tragedi menjalar ke tingkat nasional. Ada aktivis partai di Jember bernama Cak Ludiro selalu mendorong gerakan mahasiswa untuk tampil paling depan dalam berbagai aksi demonstrasi.
Rentang waktu yang cukup panjang selama sepuluh tahun, Sarmuji menjadi aktivis HMI dari tahun 1992 hingga tahun 2002 membuat dirinya kenyang dan matang dengan pengalaman gerakan mahasiswa. Lebih-lebih saat ekalasi gerakan mahasiswa sedang mengalami puncaknya di tahun 1998-1999, saat itu Sarmuji menjabat Ketua Umum HMI Cabang Jember. Dapat dikatakan sebagai poros penentu dalam gerakan aksi massa di Jember. Dia masih ingat bagaimana selaku Ketua Umum HMI Cabang Jember turun ke jalan sebagai pionir mengibarkan bendera HMI bergabung dengan aktivis elemen yang lain.
Menurut Sarmuji, Gerakan aksi mahasiswa militan saat itu tumbuh dengan subur, bukan hanya di kalangan organisasi ektra semacam HMI, PMII, GMNI, PMKRI, tapi juga di Jember muncul kelompok-kelompok berupa forum aktivis dan kelompok diskusi. Tempatnya bisa di warung-warung kopi menjadi tongkrongan mahasiswa berdiskusi dari minum segelas kopi membahas persoalan bangsa baru selesai hingga pagi hari. Tentu saja suasana gerakan aktiivis mahasiswa di Jember saat itu sangat berbeda dengan situasi dan kondisi lingkungan kampus Unej di Tegalboto saat ini. Sekarang munculnya kafe-kafe di lingkungan kampus Tegalboto lebih cenderung untuk kuliner mahasiswa untuk makan kenyang dibanding untuk tempat diskusi memperbincangkan persoalan bangsa.
Tokoh aktivis mahasiswa Unej juga sudah banyak yang tampil memimpin organisasi mahasiswa ditingkat nasional. Tercatat beberapa nama menjadi ketua Presedium dan Ketua Umum Pengurus Besar di Jakarta. Tampilnya nama Kristiya Kartika dari Fakultas Hukum Unej menjadi ketua Presedium GMNI dalam Kongres X di Salatiga tahun 1989 dan Hari Wardono yang juga Fakultas Hukum Unej sebagai Sekjen. Kemudian Hari Wardono naik menjadi ketua Presedium saat Kongres XI di Malang tahun 1992. Kemudian ada nama Ali Masykur Musa aktiis mahasiswa asal Fisip Unej terpilih menjadi Ketua Umum PB PMII 1991-1994. Sedangkan Taufik Hidayat aktivis mahasiswa Fisip Unej terpilih Ketua Umum PB HMI 1995-1997 dalam Kongres ke 20 di Surabaya pada 29 Januari 1995.
Tokoh-tokoh aktivis pendahu dari mahasiswa Unej menjadi inspirator bagi Sarmuji. Mereka mampu menapaki karir organisasi di tingkat Presedium atau Pengurus Besar. Jalur vertikal menduduki posisi puncak di tingkat Pengurus Besar akan membuka peluang dan kesempatan berkembang potensi diri dan berkiprah dalam arena yang lebih luas. Sarmuji mendudki posisi Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Nasional (PPN) Pengurus Besar HMI periode tahun 2000 – 2002

Singgih Sutoyo

Koresponden MM.com