Kiprah dan Kisah KH.Dahlan Abdul Qohar Kertosono, Rekan Perjuangan Tokoh Pendiri NU Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari

Nganjuk .MenaraMadinah.Com. KH.Dahlan Abdul Qohar dari Kertosono memiliki kontribusi penting dalam perjuangan membidani lahirnya Nahdhlatul Ulama( NU) bersama KH.Hasyim Asy’ari, KH.Abdul Wahab Chasbullah, dan para ulama lainnya.

Peran dari KH.Dahlan Abdul Qohar adalah sebagai juru tulis yang langsung diperintah oleh KH.Hasyim Asy’ari di Ponpes Tebu Ireng Jombang. Karena KH.Dahlan Abdul Qohar sangat menguasai kaidah gramatika dalam Bahasa Arab.

“Malam- malam jam 2 saya sering dibangunkan oleh KH.Hasyim Asy’ari untuk menulis kaitannya dengan pendirian NU”, ujar KH.Qolyubi Dahlan dari Ponpes “Miftahul Huda” Keringan Nganjuk menirukan cerita dari KH.Dahlan Abdul Qohar .( 3/06/2021)
Perlu diketahui, KH.Qolyubi Dahlan muda adalah seorang anggota Pandu Ansor dimana ia seringkali berinteraksi langsung dengan KH.Dahlan Abdul Qohar dalam macam-macam kegiatan NU.

Kala itu, KH.Dahlan Abdul Qohar menjabat sebagai Ketua Partai NU Kabupaten Nganjuk selepas NU keluar dari Masyumi dan membentuk partai sendiri.

Dalam masa kepemimpinan KH.Dahlan Abdul Qohar, Partai NU di Nganjuk mengalami kemajuan pesat , terutama di Nganjuk bagian selatan seperti di Pace, Berbek, Sawahan, Ngetos, dan Loceret.
Pada Pemilu tahun 1955, Partai NU di Nganjuk menjadi pemenang Pemilu ke- 2 dibawah PNI.

Sebelum mondok di Ponpes Tebu Ireng Jombang, KH.Dahlan Abdul Qohar telah mengenyam pendidikan di HIS dan MULO sehingga tidaklah mengherankan bila ia mampu berbahasa Belanda secara fasih dan lancar.

Saat digelar Bahtsul Masail di Ponpes Mojosari Loceret Nganjuk tahun 1953, KH.Dahlan Abdul Qohar yang pernah menjadi penghulu dan pimpinan Depag Kabupaten Nganjuk ditunjuk menjadi ketua sidang Bahtsul Masail.Tema besar yang dibahas dalam Bahtsul yang dihadiri para ulama perwakilan dari berbagai wilayah di Jawa Timur tersebut adalah tentang sikap umat Islam yang harus diambil , apakah harus memihak Presiden Soekarno ataukah memihak Kartosuwiryo ,Kahar Muzakkar , dan tokoh – tokoh lain yang memberontak?

Akhirnya disepakati bahwa umat Islam harus memihak pada Presiden Soekarno demi persatuan dan kesatuan Republik Indonesia .
Jawaban tersebut disampaikan oleh Kyai Qomaruddin dari Ponpes Mangunsari Loceret Nganjuk.

Setelah Pemilu 1955 , KH.Dahlan Abdul Qohar mendapat amanah sebagai anggota Konstituante di Jakarta dari tahun 1956- 1959.

Sekembalinya dari Jakarta ke Nganjuk, KH.Dahlan Abdul Qohar melanjutkan kiprahnya lagi mengurusi NU di Kabupaten Nganjuk.

Di acara Maulid Nabi dan kegiatan NU lainnya, KH.Dahlan Abdul Qohar tidak pernah absen. Bahkan, ia kerapkali naik panggung untuk atraksi pencak silat.Selesai acara, KH.Dahlan Abdul Qohar juga tidak canggung untuk turut serta kerja bakti membersihkan lokasi acara.

Kiprah penting lainnya dari KH.Dahlan Abdul Qohar adalah ia pernah menjadi anggota Misionaris Islam Internasional dibawah pimpinan KH.Idham Chalid.

Ketika bertugas di luar negeri, KH.Dahlan Abdul Qohar meminta KH.Qolyubi Dahlan muda untuk menjaga putranya . ” Gus , tolong jaga anak saya , saya akan ke luar negeri “.( Ucapan KH.Dahlan Abdul Qohar pada KH.Qolyubi Dahlan muda)
Sepulang dari tugas ke luar negeri , KH.Qolyubi Dahlan muda sering mendapat oleh-oleh dari KH.Dahlan Abdul Qohar yang kebetulan keduanya sama-sama tinggal di lingkungan Mangundikaran.

Dikemudian hari setelah KH.Dahlan Abdul Qohar wafat tahun 1975, rumah KH.Dahlan Abdul Qohar di daerah Ganung Lor diberikan untuk KH.Qolyubi Dahlan tahun 1995 melalui anak tiri KH.Dahlan Abdul Qohar yaitu Haji Mulyoto.

Lalu oleh KH.Qolyubi Dahlan rumah itu dirobohkan dan didirikanlah sebuah masjid atas inisiatif dari kyai sepuh Nganjuk yang kini juga sebagai Dewan Pembina Jam’iyyah Ruqyah Aswaja itu.

** Kisah Hilangnya Keris Brojol KH.Dahlan Abdul Qohar, Penambahan Pintu di Masjid dan Pemasangan Tegel di Masjid Al-Mubarok Berbek**
1. Saat pergi ke Mekah untuk berhaji, KH.Dahlan Abdul Qohar membawa sebuah pusaka Jawa Keris Brojol.Namun ketika di atas kapal, Keris Brojol hilang entah kemana dicari dalam koper juga tidak ada.

Anehnya, Keris Brojol ditemukan lagi saat KH.Dahlan Abdul Qohar sudah pulang dari Mekah.Keris Brojol ada di lemari dalam rumahnya.Padahal, beberapa bulan sebelumnya keris itu dibawa saat berangkat haji.

2.Tokoh yang memprakarsai pemasangan pintu tambahan di Masjid Al-Mubarok Berbek ( Masjid Kanjeng Jimat) adalah KH.Dahlan Abdul Qohar. Awalnya, di masjid bersejarah tersebut hanya ada satu pintu di sisi timur . Sebab satu pintu itu dianggap terlalu pendek.

Pengunjung yang badannya tinggi harus membungkuk bila masuk masjid lewat pintu itu, maka dibuatkanlah pintu tambahan di sisi kanan dan kirinya.

3. Selain memprakarsai penambahan pintu di Masjid Al-Mubarok, KH.Dahlan Abdul Qohar juga yang memiliki ide untuk memasang tegel di lantai Masjid Al-Mubarok. Keanehan terjadi saat pemasangan tegel, tukang yang bekerja memasang tegel tidak bisa menemukan garis lurus yang tepat, meskipun telah dicoba berkali- kali .

Akhirnya, KH.Dahlan Abdul Qohar memanggil Kyai Ishaq yang ahli tirakat puasa Senin dan Kamis untuk memasang tegel. Kyai Ishaq adalah ayah dari KH.Djaelani Ishaq yang pernah menjabat sebagai Wabup Nganjuk. Kyai Ishaq bukanlah tukang , tetapi ia mampu memasang tegel di Masjid Al-Mubarok secara tepat.

” He, he, he, aneh-aneh dunyo, wong Mesjide Kanjeng Jimat, Yo kudu ikhlas sing masang !”, tutur KH.Qolyubi Dahlan menirukan ucapan KH.Dahlan Abdul Qohar yang masih teringat dalam benaknya.
Foto: Maqbaroh KH.Dahlan Abdul Qohar di Banaran Kertosono.
**@Bro-J**