Kabupaten Kuningan – menaramadinah.com-Kuningan merupakan salah satu daerah yang menjadi destinasi utama masyarakat Wilayah III Cirebon dan masyarakat Jawa Barat pada umumnya. Terdapat banyak wisata alam yang tersedia di Kabupaten Kuningan, salah satunya yaitu Objek Wisata Curug Bangkong.
Curug Bangkong mungkin masih terdengar kurang familiar apabila dibandingkan dengan Curug Putri Palutungan atau Curug si Domba. Tetapi jangan salah, Curug Bangkong memiliki keindahan dan keunikan tersendiri. Air terjun ini memiliki tinggi 23 meter dan lebar 3 meter dengan debit air yang deras dan kuat. Walaupun dimusim kemarau debit airnya tetap deras.
Curug Bangkong adalah objek wisata yang ada di Kuningan yang mana menawarkan keindahan panorama air terjun dengan keindahan alam yang begitu mempesona. Curug ini berlokasi di Kertawirama, Nusaherang, Kertawirama, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
Destinasi waterfall van Kuningan ini terkenal dengan pesonanya yang memanjakan mata, dengan dinding bukit yang dipenuhi pepohonan nan meneduhkan, ditambah kejernihan air yang mengalir sempurna membuat wisatawan betah berlama-lama. Panorama persawahan menjadi lanskap saat pengunjung melewati jalan-jalan menuju Curug Bangkong.
Nama bangkong sendiri bukan tidak punya arti. Di kalangan penduduk setempat beredar cerita seputar arti nama air terjun ini. Konon, air terjun ini didiami oleh katak berukuran besar yang merupakan jelmaan Abah Wiria, seorang petapa yang berasal dari daerah Ciamis.
Curug Bangkong juga memiliki kolam yang terbentuk tepat di bawah air terjun. Nama Bangkong merupakan pemberian masyarakat sekitar yang mempercayai adanya bangkong atau kodok besar di sekitar air terjun. Cerita bermula saat Wiria datang ke daerah Kuningan untuk melakukan tarikat guna menambah ilmu kebatinan yang dimilikinya. Dalam pencarian itu, Wiria merasa terpanggil untuk melakukan pertapaan di sebuah air terjun yang ditemuinya. Tidak hanya melakukan tarikat, dirinya juga bergaul dengan masyarakat dan mengajarkan cara membuat gula merah. Karena jasanya tersebut, masyarakat pun belakangan memanggilnya Abah Wiria sebagai tanda penghormatan.
Hari demi hari hingga tahunan, Abah Wiria tetap melakukan aktivitas bersama penduduk sekitar. Namun, karena pangggilan batin yang dirasakannya datang lagi, Abah Wiria kembali melakukan pertapaan di dalam gua yang terdapat di balik air terjun.
Masyarakat yang merasa kehilangan seorang tokoh pemimpin mulai resah karena Abah Wiria tidak segera kembali dari tarikatnya. Warga mulai mencari menuju air terjun. Namun, wujud Abah Wiria yang dicari tidak juga ditemukan.
Hilangnya Abah Wiria beriringan dengan suara kodok (bangkong dalam bahasa Sunda) yang selalu terdengar di sekeliling air terjun. Dugaan muncul Abah Wiria hilang karena ilmunya telah sempurna dan menjelma menjadi seekor kodok.
Satu yang mengherankan, bunyi kodok tersebut akan hilang jika didekati. Karena itulah, masyarakat setempat menamai air terjun dengan sebutan Air Terjun Bangkong atau Curug Bangkong dalam bahasa Sunda. ISI