Tentang Waktu Yang Sakral

Oleh : Gus Ulil Absyar Abdalla.

Usai jamaah Maghrib, kami langsung membaca doa nishfu Sha’ban bareng2 bersama isteri dan anak2. Tradisi ini harus dirawat. Selain karena ini hal yang amat baik, tradisi ini juga mengingatkan kepada kita sebagai orang2 beriman bahwa “waktu” bukan sekedar ‘kronologi’, urut-urutan menit dan jam yang rampat, seragam, kosong, mekanis.

Waktu, di mata seorang beriman memiliki makna spesial. Ada waktu2 tertentu yang dipandang sakral, seperti malam nishfu Sha’ban ini, malam di mana Tuhan menampakkan Diri melalui “al-tajalli al-a’dzam.”

Yang tidak setuju dengan tradisi ini karena dianggap tidak ada dalilnya yang valid dalam agama, atau karena memandangnya sebagai hal yang tak masuk akal, sumonggo saja. Kita setuju untuk tidak setuju. Ndak usah dibikin “refot”, pakai fa’.

Semoga kita semua diberikan umur panjang hingga bisa melalui bulan Ramadan tahun ini, dan tahun-tahun selanjutnya; serta dijauhkan dari segala bala’/bencana, baik yang tampak atau tak tampak.

Amin.