Tepuk tangan meriah dari para peserta Diklat Teknis Sustantif Penguatan Kompetensi Kepala RA. Seorang anak tampak semangat berangkat ke sekolah diiringi lagu Ayo sekolah. Dia bertemu ibu guru dan menjabat tangannya. Selang beberapa lama, ibu guru pingsan. Rupanya dia diserang virus yang tidak lain Covid-19.
Itu ada penggalan cerita yang diilustrasikan oleh para guru yang tergabung dalam lkatan Guru RA (IGRA) Kab. Mojokerto melalui teatrikal sebagai pertanda dibukanya pelatihan yang diselenggarakan kerjasama Balai Diklat Keagamaan Surabaya dengan IGRA Kab. Mojokerto di Vanda Gardenia Hotel Trawas (Senin, 15/3).
Tujuan utama dilakukannya diklat menurut Ketua IGRA Wiwik adalah agar peserta mampu mengubah perilaku sesuai fakta konsep dan prosedur penguatan kompetensi kepala Raudlatul Athfal. Kegiatan semula direncanakan diikuti 170 kepala RA, namun setelah melihat hasil rapid antigen, dua orang reaktif, sehingga tinggal 168 orang.
Sementara itu Kepala Balai Diklat Jeagamaan Surabaya Dr. H. Japar, M.Pd mnyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Kakankemenag dan IGRA yang telah bekerjasama dengan BDK Surabaya. “Semoga kegiatan ini bisa berjalan sesuai rencana”, harap putra Makassar itu.
Menurutnya, pelatihan disebut juga training. Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan. Training dilakukan melalui proses secara sistematis dan terorganisir untuk mencapai tujuan.
“Mengapa bapak ibu harus mengikuti, pertama tentu karena tuntutan tugas dan fungsi, serta tanggung jawab sebagai pelayan publik”, tuturnya. Kedua menurutnya kita berada di era revolusi indusyri 4.0. Kita juga berada dalam kondisi perubahan yang serba cepat. Maka harus mengkuti perubahan itu, termasuk aturan kebijakan yang ada yang harus diikuti.
“Bapak ibu ini diangkat oleh yayasan, harusnya sebelum diangkat memiliki sertifikat kepala. Maka untuk menjembatani hal tersebut aturan menetapkan bapak ibu harus mengikuti diklat ini” ujarnya. Artinya pelatihan ini menurut mantan Kabalai Denpasar itu sebagai persyaratan menduduki jabatan kepala madrasah/RA.
Lalu bagaimana pelatihan ini ada, menurut mantan widyaiswara dan guru matematika itu, sebuah pelatihan diawali dengan perencanaan, analisis kebutuhan lalu action dan dievaluasi.
Pengarahan kakankemenag H. Barozi sebelum membuka cukup singkat karena masih pandemi agarctidak berlama lama dalam ruangan. Dia hanya berpesan kepada peserta agar mematuhi prokes. Memakai masker dan jaga jarak. Sesering mungkin mencuci tangan. “Intinya kita harus menjaga diri dan orang lain”, pungkasnya. Hadir dalam kesempatan itu utusan Camat Trawas, Cabang Dinas Pendidikan, pengawas dan perwakilan widyaiswara. Kegiatan berlangsung lima hari berlangsung sejak dibukanya kegiatan sampai dengan Jumat (19/3). SHD