Banyuwangi, Menaramadinah.com-
Inisiatif keluarga Mochammad Rifai, mengubah fungsi rukonya menjadi Rumah Gembira, pure untuk kegiatan sosial.
Giat sosial nirlaba ini, ucap Wahyu Handayani, satu di antara terinspirasi oleh program-program Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang telah ditetapkan Banyuwangi sebagai Kota Welas Asih (compassionate City) , yang pertama di negara kita tercinta Indonesia. Pendatanganan piagam Charter of Compassionate City, 5 Agustus 2014 oleh Bupati Anas, telah membuka cakrawala Banyuwangi masuk dalam jaringan internasional.
Ada 40 kota di dunia yang telah mendapatkan branding Kota Welas Asih, di antaranya; Atlanta, Houston (AS) Capetown (Afsel), Groningen dan Leiden (Belanda), Gaziantep Turkey.
Prinsip-prinsip mengangkat nilai-nilai kemanusiaan dalam layanan program pemerintah seperti memperhatikan masa depan anak-anak yatim, anak-anak dari keluarga miskin, penyandang disabilitas, agar terlayani pendidikannya dan dijamin tidak putus sekolah.
Wujud kasih sayang sesama, humanisme dan pluralisme yang menjiwai setiap kebijakan publik dalam pembangunan ranah ekonomi, sosial dan budaya. Menciptakan Banyuwangi damai, sentosa dan sejatera bersama dalam kehidupan yang penuh saling pengertian, meringankan dan gotong-royong. Banyak yang telah diperbuat oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi mewujudkan Kota Welas Asih.
Layanan prima birokrasi pemerintahan, layanan prima bidang pendidikan dan kesehatan, ketahanan pangan dan pertanian, pemberdayaan pemuda dan perempuan, dialog dan musyawarah tokoh lintas agama, perlindungan sosial anak-anak dan perempuan, penghijauan sedekah oksigen, pembangunan wisata berbasis masyarakat, dst.
Peradaban tertinggi suatu bangsa, dalam pidato sambutan Bupati Anas waktu itu, adalah tatkala negara sanggup mewujudkan (budaya permanen) apa saja untuk mengangkat harkat martabat manusia dalam tindakan memanusiakan manusia secara utuh, kemegahan infrastruktur yang lain akan menjadi penting berikutnya.
Bupati penulis buku Anti-Mainstrem Marketing itu tidak hanya kaya ide, tetapi juga action. Bupati paling inovatif, paling produktif, disertai integritas tinggi yang nyata, diakui secara nasional. Kata orang Jawa sosok pemimpin yang ‘sumbut’, berprestasi.
Konsep rumah gembira seperti yang sudah banyak dilakukan orang para peduli sosial. Mulai merebak gerakan Jumat Berkah dan sejenis yang membag-bagi gratis makanan minuman di tempat-tempat umum; masjid, pasar, perempatan jalan adalah bentuk kesadaran sosial masyarakat bahwa hidup harus bisa saling berbagi dan saling meringankan.
Tidak jauh dari semangat mereka para pegiat sosial itu, konsep Rumah Gembira dirancang oleh keluarga yang kebetulan suami-istri menjabat sebagai kepala sekolah.
Mengumpulkan barang-barang bekas layak dan laik pakai meliputi pakaian, selimut, alat-alat dapur, pernak-pernik, apa sajalah yang masih bisa dimanfaatkan orang lain sementara di rumah berpotensi menjadi ‘sampah’ yang merepotkan. Konsep rumah modern tanpa gudang.
Barang-barang tak guna kalau disimpan akan menghabiskan ruang dan bisa menjadi tempat sembunyian tikus.
Motonya ‘Silakan Menaruh, Silakan Mengambil’, Datanglah dengan Senang Pulanglah dengan Gembira dan Ceria, menghiasi bagian depan Rumah Gembira di Dusun Tegalmojo (Gayam Lor), Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh.
Rumah yang awalnya dipakai sebagai rumah isolasi itu, rumah alternatif saat pandemi Covid-19 membutuhkan tambahan tempat, sekarang difungsikan sebagai toko ‘gratis’ untuk kaum dhuafa yang membutuhkan. Bekerja sama dengan pemerintah desa Gumirih, toko ‘gratis’ itu dibuka setiap hari Jumat dan Minggu.
Bahkan akan juga ditambah dengan program nasi bungkus gratis, ungkap Kades Gumirih, Achmad Murai, S.E., S.H.
Dukungan penuh anggota keluarga, giat sosial ini akan terus diupayakan dengan kegiatan-kegiatan lain (pemberdayaan) yang membawa manfaat untuk masyarakat. No politic, no racis, no SARA dan no money, slogannya.
Sekali waktu hidup ini tidak memandang uang sebagai hal yang penting dan satu-satunya solusi, kata Gembong Aji Rifai Ahmad, S.H. pengacara Peradi sedang naik daun itu. Anak sulung pasangan Lumajang-Kediri itu bersemangat mem-buck up’ di sela-sela kesibukan dinasnya, terangnya.
Husnu Mufid, Jurnalis Menaramadinah.com