Momentum Mengevaluasi Panca Indra

 

Oleh : Maimura.

 

Ada yg salah Panca Indraku, ketika biola digesek Alur Lamandau, mengalun lembut lagu Indonesia raya, trhanyut perasanku, terbayang pnderitaan WR.SUPRATMAN mendekam di penjara Kalisosok dalam keadaan sakit paru paru dan jantung hingga hayatnya berakhir. Bunga tanda cinta dan penghormatan ditaburkan, bergantian bicara, Ki Bagong Sinukarto, Udin Sakera, Cak Rahmat (Keluarga WR. Supratman), Meimura,dll, semua pembicaraan tersimpulkan menekankan pentinnya “konsistensi”, konsisten thd tindak, tanduk, tutur kata, laku urip, begitu kira”. Maskerku rapat, begitu juga yg lain, tapi selaras tiup angin dari Barat ke Timur, bau… Menerobos kuat, hidung kami trnyata masih” konsisten” busuk bau sampah yg dibawa angin tridentifikasi dengan baik, begitu juga wangi bunga, musik biola Alur Lamandau, tetes airmata Ibu ibu, suara motor menderu. Semuanya bagai orkestrasi yg digelar berulang ulang, dan tepat hari Musik Nasional kami berorkestrasi sejenak disitu, dimakam Pahlawan yg selalu memgingatkan pentingnya membangun Jiwa terlebih dahulu baru Badan. Bukan metafora, logik dan kami memang perlu mengevaluasi panca indra kami, mungkin hingga adab. “sudahkah terbangun jiwa ku” …pertanyaan yg terus mengalir.. berulang ulang.