Ayatullah Sistani adalah Marja Taklid dan Ulama Besar di Irak. Dan ia adalah pemegang khumus (dana dari umat). Berikut ini lapiran Max Hendrian Sahuleka :
Dan menurut informasi yang saya pernah dengar, dana dari khumus yang dipegang oleh Ayatullah Sistani jauh lebih besar dari yang dipegang oleh Sayyid Ali Khamenei (Rahbar) di Iran.
Namun sebagaimana yang kita lihat dari foto yang saya sertakan dalam postingan saya ini, rumah Ayatullah Sistani sangatlah sederhana yang berada di dalam sebuah gang sempit (tidak dapat dilalui mobil). Jika saja ia mau menggunakan dana dari khumus tersebut untuk kepentingan pribadinya niscaya ia dapat membeli rumah mewah demi kenyamanan hidupnya.
Hal ini seharusnya dapat menjadi pelajaran bagi siapapun yang memegang dana dari umat agar janganlah menggunakan dana tersebut untuk kepentingan pribadinya.
Namun ironisnya, banyak yang menjual “agama” untuk kekayaan dan kepentingan pribadinya.
Jika ulama dikatakan sebagai pewaris Nabi, maka bukan hanya mewarisi ilmunya melainkan juga akhlak Nabi. Dan salah satu akhlak Nabi adalah hidup sederhana, yang dalam bahasa agamanya adalah hidup zuhud. Kezuhudan seseorang baru terbukti jika ia memiliki akses hidup kaya yang ada di genggaman tangannya. Kalau tidak punya akses hidup kaya di genggaman tangannya, itu mah bukan hidup zuhud, ya minimal hidup zuhud sebagai pilihan, tapi hidup zuhud karena terpaksa dan itu bukanlah Zuhud karena dalam benaknya sangat mungkin mendambakan hidup kaya.
Saya jadi teringat dengan Imam Khomeini yang juga hidup sangat sederhana. Bahkan menurut kabar, rumah tempat tinggalnya lebih kecil dari rumah Ayatullah Sistani, dan bahkan katanya itu juga merupakan rumah kontrakan alias bukan miliknya. Bahkan baju yang ia miliki hanyalah 2 – 3 buah saja. Dan ketika ditanyakan mengapa ia tidak membeli banyak baju maka beliau menjawab : “Aku tidak mau disibukkan dengan urusan dunia.” Dan memang banyak orang yang begitu disibukkan dengan urusan dunia bahka ketika mau pergi ke suatu acara saja, ia bingung memilih baju mana yang akan ia kenakan karena sangking banyaknya pilihan. Bukan hanya itu, ketika sudah dapat baju mana yang akan dipakai, masih sibuk dengan memilih celana / rok serta sepatu yang akan digunakan.
Di Indonesia, ulama-ulama seperti ini dapat saya lihat pada sosok Buya Syafii Maarif dan Gus Dur.
Seandainya saja banyak ulama seperti ini maka niscaya hidup akan berjalan jauh lebih tenang dan damai. Karena pangkal dari semua kejahatan adalah cinta dunia.
Salam Damai dan Sejahtera,
Max Hendrian Sahuleka