Mpu Dalang Ki Mas Ngabehi Warsino Guno Sukasno

KI MAS NGABEHI WARSINO GUNO SUKASNO
(Empunya Dalang Wayang Kulit dari Baturetno)

================================================
Warsino banyak disebut sebagai salah satu guru bagi dalang kondang gaya Surakarta. Sebut saja “dalang setan”-karena sabetannya yang luar biasa-Ki Manteb Soedarsono, atau Ki Anom Suroto.

Dia sangat piawai memainkan tokoh-tokoh wayang kera. Karena itu, empu dalang dari Kedung Gebang Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri ini, dikenal sebagai dalang kethek (kera-Red).

Sering ketika membawakan lakon episode Ramayana, dia suka mengeluarkan empat sampai lima tokoh wayang kera yang dimainkan sekaligus. Hebatnya, meski dia hanya mempunyai dua tangan, sejumlah tokoh kera yang dia mainkan sekaligus itu, dapat bergerak secara atraktif.

Hal ini tidak saja mengundang decak kagum, tapi sering mengundang tafsir dia mempunyai kekuatan gaib untuk mengeksploitasi gerak kethek secara atraktif dan demonstratif, sehingga sulit dicari tandingannya.

Ki Warsino menyatakan, wayang kulit adalah benda mati. Untuk memainkannya, dalang dituntut mampu menghidupkan benda itu agar menarik pemirsa.
Dalang harus total dalam menggeluti pakeliran agar eksistensinya mampu memberikan roh pada wayang-wayang yang dimainkan.

Predikat dalang kethek diperoleh dari Presiden RI pertama, Bung Karno saat Ki Warsino ditanggap untuk melakonkan serial Ramayana di Istana Merdeka Jakarta.

Dalang ini lahir di Baturetno Wonogiri 10 Desember 1919, dengan nama kecil Warsino.

Warsino juga menyandang predikat dalang ”Kandabuwana” yang dimintai jasa untuk ritual ruwat Murwakala. Disebut dalang ”Kandabuwana” karena dia turunan ketujuh dari garis silsilah keluarganya yang selalu berprofesi dalang.
Ini diawali dari kakek moyangnya Ki Demang Bango Thonthong-Onggo Pati-Onggo Joyo-Guno Wongso-Guno Yoso-Guno Sukasno-Warsino.|

Sejak kecil dia belajar mendalang dari ayahnya, Ki Guno Sukasno. Kemudian pada 1934 dia masuk ke pasinaon pedalangan Mangkunegaran Solo. Setelah lulus dia mengabdikan diri sebagai abdi dalem Mangkunegaran.

Namun karena rindu kampung, dia memutuskan keluar dari Mangkungeran. Dia bertekad menjadi dalang di masyarakat.
Dengan mendalang, dia melanglang Indonesia untuk memenuhi tanggapan, di antaranya di Istana Merdeka Jakarta.

Dia pernah menerima anugerah kebudayaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan penghargaan Pancawarsa Adi Budaya dari Bupati Wonogiri Drs H Tjuk Susilo.

Dia diangkat menjadi sesepuh Pepadi Jateng, Ketua Dewan Juri Greget Dalang, mengajar mahasiswa asing yang nyantrik di padepokannya, seperti Lesy dari Amerika, Miyako dari Jepang, dan Jeff asal Prancis.

Ki Warsino wafat pada hari Jumat, 20 November 2009 pada usia 88 tahun.

Pringgo Kusumo

Koresponden MM.com