ππΎπ±πΎππΏβπΎππ±
γ°γ°γ°γ°γ°γ°γ°γ°γ°γ°
BLIND SPOT
Terlalu sibuk mudik hingga melupakan pulang kampung.
Kejadian yang selalu berulang setiap tahun akibat terlalu sibuk berhari raya hingga tak mempedulikan idul fitrinya.
Apakah fenomena ini juga bagian dari rentetan peristiwa kemarin, di mana kita sibuk berpemilu hingga lupa berdemokrasi?
Atau bahkan karena ketika berpuasa sibuk dengan Ramadhannya hingga lupa dengan bulan sucinya?
Salah satu sifat manusia adalah mengabaikan pada kejadian yang sering terulang dalam kehidupannya,
bahkan yang menjadi kebiasaannya.
Bulan puasa dan lebaran adalah contoh di antara momentum yang selalu ada di setiap tahun.
Biar pun setiap tahun ada dan hadir, namun ternyata juga tak luput dari keabaian diri kita.
Karena keabaian diri kita akan hal yang cenderung menjadi kebiasaan yang berulang membuat setiap momentum menjadi kehilangan nilai dan maknanya.
Ketika semua orang membiasakan berucap maaf ketika idul fitri, masihkah ucapan maaf saat idul fitri bernilai sebagai permohonan maaf?
Meskipun idul fitri tiba, kita masih tetap menunjukkan wujud orangnya daripada mengakui kemanusiaannya.
Lupakah kita bahwa dalam kehidupan ini apa pun itu, jika kita terlalu mengejar sesuatu justru akan semakin pudar dan saat seperti itu justru akan semakin sulit untuk menemukan esensinya?
Karena ketika kita terfokus pada sebuah titik, saat itu juga pandangan kita mulai terkaburkan dari titik-titik yang lain yang sejatinya justru lebih esensi daripada titik yang kita bidik.
Jika hidup adalah proses penghambaan, apakah kita lupa bahwa menghambakan diri itu lebih dari sekedar memantaskan diri?
Dan apakah kita juga lupa bahwa yang lebih esensi dari RAYA adalah FITRI nya?
Atau justru RAYA adalah jalan utama menuju FITRI,
seperti halnya kepantasan diri adalah jalan utama kehambaaan diri?
Prolog Maiyah SEGI TULUNGAGUNG edisi Juni 2019.
γ°γ°γ°γ°γ°γ°γ°γ°γ°γ°
π±πΎππΏππ±πΎπβπΏ
Wawan Susetya
Koresponden MM.com