Wasiat Khusus Nabi Khidhir Untuk Habib Rizieq Shihab dan Kita Semua

*_Oleh : Muhammad Basis Alias Gus Muhammad (GM)_*
*_Alias Drs. H. Muhammad Basis, MBA, M.Ri_*
*{Pendiri Majelis Cinta Allah & Nabi Muhammad (MAJTANIM) + Pendiri / Guru Besar Padepokan Bhakti Nusantara (Tahun 1995) + Pendiri SMK Kes. Cipta Bhakti Husada (CBH) + Pendiri Lembaga Pend. Profesi Kes. (LP2K) CBH + Peruqyah Internasional + Trainer Nas. Ruqyah Massal Plus Terapi Ketuk Chi (RUMPUT TEKI) + Trainer Nas. Terapi Kekuatan Jiwa (TEKAJI) + Spesialis Terapis dengan Rahasia Minyak Bulus Alami + Herbalis Spiritual + Penulis}.*

*{C.P MAJTANIM (MAJELIS CINTA ALLAH & NABI MUHAMMAD) : 0838 4040 7500 (WA/SMS)}*

*SEMOGA MENJADI “PAHALA JARIYAH” BAGI PEMBACA, DENGAN MEN-SHARE TULISAN INI KE BERBAGAI GRUP WA, NOMOR-NOMOR LAIN, FB, IG, TELEGRAM, DLL.*

Wasiat alias pesan Nabi Khidhir ini *BUKAN* hanya untuk beliau HRS, melainkan juga untuk *saya (penulis) dan untuk kita semua.* Wasiat ini sungguh super konstruktif-positif. Wasiat ini no muatan politik dan vested interest. Karenanya, penulis *tidak menerima debat, apalagi debat ala supir delman alias debat kusir. Apalagi, jika si kusirnya itu hobi “mabok”.*

Wasiat ini, saya tulis, karena rasa sayang saya pada HRS (dan para fans-nya) plus sayang saya pada yang sedang membaca tulisan ini.

Saya tidak akan nyerempet-nyerempet yang soal HRS jangan dipanggil “Habib Rizieq Shihab” tapi “Syarif Rizieq Shihab”, sebagaimana kata Cak Nun (Emha Ainun Najib), sobat kental saya. Saya juga ingat dawuh Yai Maimun (KH. Maimun Zubair) Rembang. Soal agar kita jangan sekali-kalipun menghina “habib” atau “kyai”. Sebab, “habib”, bagaimanapun dalam dirinya ada darah Nabi dan “kyai” adalah pewaris Nabi. Saya juga tidak akan merambah soal ada pandangan : Ada habib-habib yang “keras bagai baja”, dan ada habib-habib yang yang “lembut-sejuk bagai salju” ?. Saya tidak akan masuk ke wilayah itu.

Saya berdoa, semoga Allah taqdirka, tulisan ini bisa sampai dan dibaca oleh *Presiden, Wapres, para menteri, para jenderal, para dirjen, para warga BIN (Badan Intelejen Negara), para gubernur, bupati / walikota, para tokoh, para pejabat, artis, konglomerat, para tentara, para polisi dan siapapun mereka yang sebagai manusia, aamiin.*

Adalah, in syaa Allah, jika berkenan meng-share tulisan ke manapun / ke siapapun, semoga, bisa menjadi “pahala jariyah” bagi pembaca, aamiin.

Siapakah Nabi Khidhir ?. Beliau adalah Nabi utusan Allah (bukan rasul). Beliau pernah hidup sejaman dengan Nabi Musa. Allah perintahkan Nabi Musa (yang seorang nabi dan rasul) agar berguru ke Nabi Khidhir. Nabi Khidhir tak keluarkan syariat-syariat (karena bukan rasul). Namun, Nabi Khidhir tetap bersyariat kepada Nabi Muhammad (walaupun Nabi Khidhir, diriwayatkan, sejaman dengan Nabi Musa. Rentang waktu jaman Nabi Muhammad ke jaman Nabi Musa adalah ratusan tahun. Nabi Khidhir jauh lebih dulu hidup dari Nabi Muhammad SAW).

Saya mencatat takzim *89 wasiat Nabi Khidhir.* 89 wasiat tersebut tidak ada di Google atau internet. Di Google hanya ada belasan wasiat beliau (yang ditulis, entah oleh siapa, sangat serampangan).

Wasiat Nabi Khidhir sangat luas, meliputi wasiat untuk *para ulama / pemuka agama / kyai / gus / buya / ustadz, para pejabat, para pengusaha, para aparat keamanan (tentara / polisi), para murid (mahasiswa / siswa / santri) dan wasiat-wasiat untuk berbagai elemen sosial lainnya.*

Khusus wasiat yang akan saya refleksikan untuk HRS dan fans-nya (yang notabene sebagai ulama / pemuka agama) dan wasiat untuk saya serta untuk kita semua, dalam catatan saya, terangkum dalam wasiat Nabi Khidhir urutan ke-77.

Dalam wasiat tersebut, muatan inti bebasnya, saya rangkum *ke dalam 7 refleksi,* yaitu :
1. Ulama / pemuka agama adalah ibarat seseorang yang menaiki pohon yang besar dan sangat tinggi. Dia berada di tempat yang sangat tinggi, dibandingkan dengan orang-orang lain yang “jelata”.

2. Jika siapapun berada di tempat yang amat tinggi, maka, tiupan anginnya makin dahsyat. Jika ia jatuh ke tanah hempasannya akan sangat kuat, yang bisa fatal akibatnya, jika terjatuh.

3. Di pohon tersebut, binatang-binatang sangat berbisa yang akan menggigit juga hebat-hebat.

4. Di pohon tersebut sangat banyak buah-buahannya. Buah-buahan yang lezat-lezat, ranum dan suangat enak-enak, tapi tak boleh dimakan. Buah-buahan tersebut sangat bisa menggelincirkan syahwat makannya.

5. Siapapun, jika berada di tempat yang sangat tinggi, biasanya “sering melupakan tanah tempat berpijaknya”. Bahkan, bisa saja “lupa turun”.

6. Seseorang yang berada di ketinggian yang sangat tinggi, biasanya akan timbul gumaman diri : *Ini lho “aku”.* Jika sudah begitu, maka akan ramai-ramailah datang anasir *sombong, riya’, ‘ujub, lali (lupa), rumongso biso mergo ora biso rumongso (merasa bisa karena tidak bisa merasa), angel di-rem (sulit di-rem), kroso bener dhewe (merasa diri paling benar sendiri) dan sejenisnya.*

7. Maka, jika siapapun berada di “ketinggian pohon yang sangat tinggi”, satu-satunya “penyelamat” adalah : *Eling lan Waspodo (Ingat dan Selalu Waspada) !.*

Di ketinggian pohon tersebut, siapapun jangan sampai merasa berada “di ketinggian”. Jangan sampai terjatuh, jangan sampai tergigit binatang-binatang berbisa dan jangan sampai tergiur makan buah-buaan terlarang.

Dan, siapapun agar selalu ingat pada Dia Sang Pembuat dan Pemilik Pohon tersebut plus *ojo lali (jangan lupa) tempat berpijaknya serta “segeralah turun untuk men-tanah alias mem-bumi” !.*

Sesungguhnya, ada 10 saran / masukan dari saya untuk beliau HRS. Saran-saran / masukan-masukan tersebut berkait dengan HRS yang pencanang *Revolusi Akhlak.* Bahwa *inti, hakekat dan akar* dari seluruh perjuangan HRS adalah di *Revolusi Akhlak* tersebut.

Jika *Revolusi Akhlak* adalah sebagai *Big System (Sistem Besar),* maka pasti akan lahirkan Subsistem-Subsistem. Subsistem-Subsistem ini *pasti* bisa lahirkan Juklak-Juklak alias Juknis-Juknis. Dari Juklak-Juklak alias Juknis-Juknis ini, *pasti* akan wujudkan *misi, visi, tujuan dan target* yang terang, gamblang, bening bin jernih !. Dari situ, *pasti* akan riil-kan *“keseragaman-keseragaman”* yang akan nyamankan semua. Dari situ pula, *pasti* tidak akan memunculkan berbagai *“kesimpang siuran-kesimpang siuran”.*

*Revolusi Akhlak* sebagai Big System, maka *mem-fardhu ‘ainkan* adanya kejernihan dan kebeningan beberapa kacamata. Ya, *Revolusi Akhlak,* di samping wajib terang / bening dalam misi, visi, tujuan dan targetnya, maka, wajib pula terang / bening di kacamata dan *sisi linguistiknya, epistimologiknya, makrifatik-ontologiknya, hakekatik-basic phylosophi-nya, psiko-sosialnya, historik-kulturalnya, nilai-nilai ideal-pragmatiknya* dan lain-lain.

Tanpa itu semua, apapun yang akan di-sistem-kan, apalagi akan di-big system-kan, pasti hanya akan jadi *buih-buih di pantai bin fatamorgana di gurun sahara ?.*

Sayang para pembaca, karena takut tulisan ini kepanjangan, maka, tulisan ini akan saya akhiri sekian dulu ?. Akan saya sambung lagi, jika Allah SWT memberi ijin. Tulisan saya yang berjudul *10 Saran-Saran Saya Untuk HRS,* akan saya gelarkan di lain waktu. Terima kasih atas atensinya membaca tulisan ini. Maafkan saya, atas salah-salah yang ada di tulisan ini. Hanya Allah-lah yang Mutlak Benar. Semoga, di hidup kita selalu *direngkuh-Nya, dilumuri berkah-rahmah-Nya dan mati kita kelak dalam husnul khatimah, aamiin, 99 x.*
*Wallaahu a’lam.*