Tirtha Kang Ingaran Amerta

Oleh : Kang Wanto.

 

TIRTHA kang Ingaran AMERTA. Air suci yang disebut air kehidupan. “Tirtha kamandalu, winadahan cacibuk mangga, asing inum ilang mala, ikang sudamala papa klesa”
(air suci yang diambil diminum akan hilang kekotoran batin, segala kemalangan dan kesusahan )

Lontar Kusumadewa

Air adalah salah satu dari sedulur papat lima pancer, kang nguwasani geni, bumi banyu angin dalam konsep alam pada mitologi Jawa , (lima energi besar/agung) yang membentuk bhuwana agung juga bhuwana alit (semesta dan manusia)

Nusantara dahulu menyebut agamanya secara arib dengan sebutan “Gama Tirta” atau keyakinan memuliakan air sebagai salah unsur bukti kekuasaan Tuhan Yang memberi Hidup.

Karena itu ada perilaku khas kepada air, yang tidak semata menempatkan air sebagai dua hidrogen dan satu oksigen. Tidak sebatas rumus H2O. Air (juga sebutan air diwaktu lampau) toya, banyu, kemudian air yang dimaknai dan ditempat sebagai ‘mahluk agung’ itulah disebut Tirtha.

Apresiasi kepada air menyebabkan lahirnya sebutan atau kalimat mengenai air ini begitu melimpah, (haus), ngelak, kasatan (bahasa halus untuk haus) dll.
Suatu pernyataan kebutuhan akan air.
Dan tentu saja memaknai perjalanan air, dari ngembes, netes, manthur, mili, gemrajak dan lain-lain, makin mengisyaratkan betapa air begitu lekat dalam hidup sehari hari.
Hujan makin menjelaskan betapa air adalah bagian dari hal yang sangat naluriah; hujan, ngerimis, kepyur deres atau air yang berlebih limpahan,

Dan sumber mata air disebut sebagai Tuk, Lak atau belik, kata ini akana disamakan dengan ‘denyut ubun-ubun’ atau disebut siwadwara lazim disebut pathak, dari kata Pethak atau putih simbol awal muasal Zat hidup.

Lalu akan dikenal kedokan ( cerukan kecil, biasanya berjejer ditepi parit atau sungai), tulakan, laren, wangan dan lain lain.
Makna ini akan membawa pada gambaran bagaimana air menjadi batang hidup bagi bahan pangan, yakni persawahan.

Di sawah, air adalah senjata sekaligus juga nyawa. Karena itu air dalam tubuh manusia akan memberi tengara atau pertanda isyarat kesehatan atau tengah kesakitan. Kathuken, (badan mendingin), riwe (semua pori mengeluarkan bintik air seperti embun kecil), kembloh (luar biasa basah disebabkan keringat ),

Bagaimana air yang melintas sungai-sungai, orang Jawa sangat hormat yang luar biasa kepada sing mbau reso kali ,
mereka yang menjaga sungai.
Jika pernah mendengar bawongan, bendungan, yang posisinya sebenarnya menampung dan menunda sejenak perjalanan air, adalah ritus praktek budaya yang menempatkan sang air, agar sudi menolong, tidak menumpah ruahkan, tidak menjadi ganas, tidak menjadi bencana tidak menjadi penyakit, agar selalu dimohonkan sebagai sebuah anugerah ukuran sebuah eksistensi kehidupan atas peranan Air.

Budaya Air.

LANDAK SABUK KAWI