PEMANFAATAN WAKTU DAN RUANG DALAM BERBAHASA ASING

Oleh : Achmad Farhan
Guru Bahasa Inggris MTsN 3 Kota Surabaya
Hasil Pelatihan Publikasi

Proses untuk memahami sebuah bahasa Asing di lembaga-lembaga formal kurang memuaskan dan bahkan bisa dibilang gagal. terbukti banyak lulusan pendidikan formal yang notabeni pelajaran bahasa asing yang sudah diberikan mulai dari tingkat dasar, dan ada juga yang dari Tk hingga ke Sekolah menengah atas tidak bisa dibuktikan hasilnya. Kegagalan disini bukan karena mereka tidak bisa mengerjakan soal dalam ujian, mereka tidak mampu mengaplikasikan bahasa yang mereka dapat dalam kehidupan sehari-hari, disamping itu kegagalan yang lain mereka yang telah belajar bertahun-tahun di lembaga formal, masih meningkatkan bahasa asingnya di lembaga-lembaga non-formal, dan yang paling extrem ketika melamar pekerjaan meraka gagal dalam test wawancara dalam bahasa asing.
Jika siswa saat ini diharapakan dapat menguasai bahasa asing dengan baik, semua pemangku kepentingan harus bersinergi dan mengubah semua kondisi dan praktik yang terbukti gagal dalam dunia pendidikan.
penyebab kegagalan ini pertama karena bahasa asing diperlakukan sama dengan mata pelajaran lainnya yang berbasis pengetahuan (knowledge based subject), seperti mapal sains, geografi matematika, dan sebagainya. kecendrungan inilah mapel bahasa asing kurang maksimal karena dipatok dengan nilai dengan penguasaan pengetahuan, sehingga siswa terjebak/terperangkap dalam knowledge based subject. factor kedua siswa sebagain besar belajar bahasa asing secara pasif, dari hasil berbagai penelitian seharus seorang siswa yang ingin berhasil dalam disiplin ilmu harus aktif. Artinya siswa dikelas bahasa asing ini tidak boleh hanya menunggu guru atau totornya meyajikan mata pelajaran. Faktor ketiga kurang motivasi dalam mempelajari bahasa asing, padahal dalam aktivitas apapun mitivasi yang salah akan menghasil produk yang salah, factor keempat yaitu jarang mempraktikan bahasa asing yang mereka terima. jarangnya mempraktikan ini membuat siswa pasif dan kurang motifasi untuk melakukan atau mempraktikan bahasa asing di dunia nyata yang mereka proleh dikelas. Faktor kelima ini terlalu banyak siswa yang tidak mempraktikan hasil pembelajaran bahasa asing di kehidupan nyata.
Dari aspek tersebut diatas maka perlu sebuah lembaga pendidikan berani merubahan kondisi tersebut dengan memanfaatkan ruang dan waktu di madrasah dan sekolah, ruang yang kita gunakan harus dipersempit untuk pemanfaat siswa dalam menggunakan bahasa asing,misalnya dikantin dan mushollah. sehingga dengan demikian siswa dengan terpaksa mau dan mampu melatih dan mempraktikan bahasa asing yang mereka pelajari di dalam kelas, kedua yaitu waktu. dalam waktu yang sediakankan siswa wajib mempraktikan dan melatih dirinya untuk bahasa asing tersebut, namun dalam hal ini kita harus berani untuk merubah dan melakah merubahan kebiasaan di lembaga pendidikan tersebut.
Apa yang dilakukan melalui penyedian ruang dan waktu sebagai upaya pembiasaan dalam berbahasa asing. Dengan demikian berbahasa asing tidak sekedar dipandang sebagai mata pelajaran tetapi juga sebagai gaya hidup (lifestyle). Jika hal ini terus dilakukan secara terus menerus maka akan menjadi terbiasa dan pada akhirnya peserta didik dengan kemampuan berbahasanya lebih siap menghadapi dunia kerja.