Mendengar kata Banyuwangi terbayang sebuah kerajaan Blambangan yang mewah nan agung dipimpin oleh raja bijak dan penuh karisma, Raja Prabu Awang Talun ,Sang prabu yang dikenal sakti mandraguna juga arif dan bijak ini, ternyata juga memiliki banyak pasukan tidak hanya dari kaum manusia, melainkan juga dari bangsa gaib. Berikut ini kisahnya.
Jika dari Jawa Timur ada Prabu Tawangalun dan Kumis Bodasnya maka, di Jawa Barat juga dimiliki PrabuSiliwangi dan Maung Bodasnya.
Salah satu dari pasukan gaib yang populer hingga saat ini yaitu pasukan gaib macan putih. Oleh karena itu lah kita sering menemukan banyak gambar maupun lukisan di mana seekor macan putih yang selalu berada di sekitar Prabu Siliwangi dan Prabu Tawang Alun.
Hadirnya dan penampakannya tak mengenal waktu seperti diceritakan penulis saat berada di Situs Rowo Bayu Tempat pertapaan Prabu Tawang Alun yg kejadiannya diluar Nalar kita.
Aum… ..Aummmm Raungan auaman Harimau putih dgn taring taring tajamnya siap merobek mengigit leherku.Sorotan awas tajamnya tak berkedip membidik terkaman pada tubuhku.
Cengkraman kuku kuku panjang dan tajam siap menghujam jantung punggung kiriku terasakan semakin masuk menusuk Area Jantungku.
Dengan Satu tarikan dan hembusan Nafas terdengar pekikan ” Allah Hu Akbar” Mengaung di jagad Alam semesta kaki Gunung Raung banyuwangi,”Cerita Gilang Adiwidya
Takbir itulah membuat Tubuh Mbah Saji menjadi melemah dan lemas dgn sigapnya Gilang Adiwidya memeluk tubuh dan menyadarkannya setelah terkena Ajian Jamas Gilang untuk menormalkan keadaan Mbah Saji 75th Juru Kunci setelah mewujudkan dirinya sebagai pasukan macan putih Prabu Tawang Alun
Alhamdulillah seusai penyematan Surban Eyang Macan Putih Guru Gaib ” Prabu Tawang Alun ” di Situs Pertapaan Prabu Tawang alun di Hari Anggoro Kasih bulan Maulud ini yg diterimanya sebgai bentuk balasan Anugerah Tuhan yg selalu menghadirkan Sareh,Sumeh dan semeleh.
sareh itu tenang dan sumeh itu artinya tersenyum dan semeleh itu artinya Pasrah dan apabila kata itu dirangkai maka kurang lebih artinya dalam menghadapi segala sesuatu kita harus tetap sabar, tenang tetap tersenyum dan pasrah serta Percaya
kepada penyelenggaraan Ilahi dalam hidup kita yaitu Allah Jala jalalluhu “….. maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah : 209).
Seusai penyematan surban putih Mbah Saji juga menyelaraskan dirinya Sebagai Eyang Macan putih yg menjelma sosok putih yg wajahnya ditutupi kain jubah panjangnya menyampaikan pesan dalam bahasa jawa sebagai berikut :
“Wenehono Teken Marang Wong Kang Wuto”
“Berilah Tongkat Kepada Orang Yang Buta”
“Wenehono Iyupan Marang Wong Kang Kudanan”
“Berilah Tempat Berteduh Kepada Orang Yang Kehujanan”
“Wenehono Busono Marang Wong Kang Mudo”
“Berilah Pakaian Kepada Orang Yang Telanjang”
“Wenehono Mangan Marang Wong Kang Luweh”
“Berilah Makan Kepada Orang Yang Lapar
penulis teringat hal tersebut diatas juga sebagai Ajaran Kanjeng Sunan Drajat yg terpajang Diatas Maqom /pesarean di paciran lamongan Sebagai lelaku cara untuk urip murup( kita dilahirkan di dunia ini bukan untuk berdiri sendiri, berkuasa dan semua hanya untuk diri sendiri, akan tetapi kita lahir untuk saling memberi, saling menolong dan saling membantu sesama tanpa ada rasa pamrih)
ucapan terima kasih kepada Anis Azhari pengusaha Pupuk Gresik dan Guru Spiritualnya Mbah Kyai wewe Gombel / Mbah Imron Genteng Banyuwangi juga memberikan kenangan Batu Gilang “Tawang Alun ” yg didapatkannya di situs Pertapaan Prabu Tawang Alun Rowo bayu di Kaki Gunung Raung Desa Bayu sangon Banyuwangi sebagai Cindera Mata Batin kepàda Gilang Adiwidya ditempat yg syakral dan penuh mistik ” Rowo Banyu” sebagai saksi dari rangkaian cerita kejadian Fakta Mistik tersebut diatas.
Terucap Rahayu & jazza kumullah khoir..
Gilang Adiwidya
Menaramadinah.com